kepergiannya

8 5 0
                                    

DRRRT...DRRTTT..

Notifikasi masuk dalam WhatApp fatimah, ia melihat jam dalam handphonenya.

"jam enam?" gumamnya

Ia melihat pesan tersebut, nomornya terasa asing, tak tertera nama disana.

3 pesan gambar dari oesan misterius itu, fatimah segera membuka pesan itu dan....

"hah? fffoti ini?"

Fatimah sangat terkejut melihatnya, entah apa foto yang telah ia terima hungga membuat ia sangat risau.

Fatimah segera mencari tau siapa pemilik nomor tersebut, ia melihat profilenya yang tanpa pp dan tanpa nama yang jelas.

Ia mendengkus kesal, khawatir serta amarahnya bercampur tak karuan.

Siapa sebenarnya orang itu?

+6257

kamu siapa?

kaget ya?

kamu siapa? saya gk kenal sama kamu, ngapain kirim-kirim foto gk jelas, hah?

enggk ko, cuman mau kadih saran aja gimana kalo aku kasih foto ini sama suami kamu?

DOR! rasanya fatimh tertembak membaca pesan itu, siapa orang itu yang mengendap-endap mengambil fotonya bersama haidar di gerbang? dan dia mengancam akan memberikannya kepada salman, siapa dia?

eh! kamu siapa ya, saya gk kenal sama kamu apa urusan kamu sama saya?

gk ada sihh, tapi aku cuman mau kebohongan kamu lenyap

Tak ingin kalimat itu terus menggantungnya, fatimah memutuskan untuk menelponnya

"siapa kamu sebenarnya?" tanya fatimah dengan nada tinggi

"gk penting kamu tau aku"

Rasanya fatimah tak asing lagi mendengarnya

"apa urusan kamu sama saya?"

"emmm, enggk banyak"

"apa?"

"segitu takutkah kamu fatimah? hingga kamu buru-buru?"

"sebutin apa?" geramnya naik satu oktap

"siapa kamu? dan saya tidak ada urusan sama kamu" sambungnya

"jauhin laki-laki itu, dia laki-laki gk punya harga diri, dan apa kamu lupa udah nikah? perempuam macam apa kamu fatimah"

"siapa kamu" hanya itu yang bisa fatimah katakan

"beruntung banget sih kamu fatimah, dapetin suami kayak gitu, gk tau tuh suami kamu beruntung atau enggak nikah sama kamu"

"cukup..."sanggah fatimah

"dasar istri durhaka..tut...tut...tut.."

Telpin di tutup, baru saja fatimah akan menyerang orang itu dengan 1000 kata pedasnya.

Ia mendengkus kesal, siapa sebenarnya wanita di balik telpin itu?

ceklek

Pintu kamarnya di buka, salman yang terdapat disan dengan wajahnya yang akhir-akhir ini ia tampakkan kepada fatimah, tak berekspresi!, namun ketika berbaur dengan keluarganya, mereka akan nampak romantis, mereka hanya melakukan diam dan dian di saat berdua saja.

Salman langsung saja berjalan kearah almari tanpa melihat sedikitpun kearah fatimah.

Ia mengeluarkan koper kecil berwarna hitam dan mengemas barang-barang yang akan ia butuhkan dirumahnya.

Untuk beberapa hari kedepan, salman akan tinggal di rumah orangtuanya, akan ada banyak perihal pesantren atau pekerjaannya, salman memiliki cafe nusantara yang tak jauh dari rumahnya, itu selaku pemberian kakeknya sebelum meninggal dalam sebuah warisan.

Fatimah menghampiri salman fan membawa apa-apa barang yang akan salman masukan kedalam dan menyimpannya di luar koper, sebagai arti ia tidak mau di tinggal.

Fatimah memang belum mencintai salman, namun ia tak ingin salman jauh darinya, rasanya ia sudah nyaman berada di samping salman.

Salman tak memperdulikan tahanan dan tatapan redup fatimah, ia sibuk memilah barang yang akan ia bawa.

"salman kamu mau pergi?" lirihnya

Mendengar itu, salman menghentikan pekerjaannya sejenak, tanpa melihat fatimah yang sedang menangis du belakangnya.

Salman kembali menyibukkan dirinya tanpa menjawab.

"tolong! tetaplah disini, aku gk mau kamu pergi"

Tangisnya semakin deras, fatimah memeluk salman dari belakang, tak ingin tasanya kedamaian miliknya pergi seperti ini.

Salman yang terkejut merasakan pelukan hangat fatimah, ia mulai merasa luluh, ia membalikkan badannya dan memegang ke2 pipi fatimah.

"kamu jangan nangis anisa"

Salman menghapus air matanya

"bukankah ini yang kau inginkan? aku bakalan pergi dari hidupmu beberapa hari saja, untuk sekedar membahagiakanmu"

Salman tersenyum samar dan berlalu pergi kekamar mandi.

"kebahagiaanku bersamamu salmaan" teriak fatimah sebelum salman menutup pintu kamar mandinya.

Salman hanya menyimak sebentar lalu menutup pintunya, merasa kosong atas ucapan fatimah.

Fatimah yang hanya melihat suaminya seperti itu, mulai merasa rapuh, sangat rapuh.

Kini tangisannya sudah menyelimuti setiap sudut kamarnya, seakan asap yang siap mengepul dalam panci yang tertutup rapat.

☆~☆

Setelah cukup untuk berpamitan dengan semua keluarga yang mungkin bisa dikatakan tak mudah melepas salman, karna begitu banyak pertanyaan yang kian bertubi-tubi kepadanya, ya salah satunya " kenapa tidak di ajak fatimahnya".

Salman menjawab sebaik mungkin meyaqinkan keluarganya agar tidak ada yang di khawatirkan atas hubungannya.

"gk mah, disana salman banyak tugas juga di luar, gk kan sering dirumah, dari pada fatimah jenuh kan? di tambah nanti takutnya malah di gangguin de salma, jadi salman titip fatimah disini ya mah, bah, biar salman tenang he..."

Saat salman akan pergi, tak terdapat istrinya disana yang membuat semua orang heran, salman memang sedih, tak afdhol rasanya jika bepergian tak ada istrinya, namun itu tak masalah baginya, mungkin saja fatimah sedang istirahat di kamarnya.

Ketika salman hendak melaju, ia sempay mendapati seseorang  di teras atas, tepatnya di kamarnya.

"fatimah...." lirih salman perih

Salman sangat dibuat sakit hati melihay fatimah dalam keadaan kacau dan khawatir atas kepargiannya, fatimah tersenyum menahan isak tangis , dan melambaikan tangan.
-
-
-
-
-
-

FATIMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang