kebenarannya

7 6 0
                                    

"a ali...."triak fatimah

Ia menarik tangan ali yang baru saja keluar dari mobil

"apa sih neng...."

"ya alloh a....fatimah bahagia banget liatnya, panyesan aa dari tadi gk jawab jawab, malu y? tapi gk pp lah fatimah bahagia banget akhirnya ada juga yang mau sama aa, selamat y a"

Ali sudah tau ucapan fatimah, bagaimana tidak, sekitar rumahnya sudah seakan istana.

Dekorasi yang indah dan mewah.

"yy, itu tadi ummah nunggu di rumah"

"yaaa! fatimah tau, tapi fatimah seneng banget deh, aa kok gk kasih tau fatimah mau nikah? aa kapan ngekhitbahnya, trs kok bisa ngedadak gini? aa kok bisa gk sempetnya cerita? hah? sakittt tauuj, tapi gk ppa lah, fatimah bahagiaaaaa banget akhirnya ada juga yang mau sama aa"

"hust! kamu kira aa gk laku neng? enak aja, ....udah ah ummah nunggu di rumah"

Fatimah tertawa, Ali menarik tangan fatimah menuju rumahnya.

Fatimah sempat heran dengan dekorasinya, tidak akan mungkin bukan semewah ini jika dirumah pengantin laki laki? selain itu juga tatapan para santri disana yang entah nelihatnya.

Fatimah di buat 50% ragu akan semua ini, sebuah ketidak mungkinankah? atau perihal besarkah?atau ini itu dan bla bla bla.....

"assalamualaikum ummah"

Sebelum masuk, fatimah melihat begitu banyak sandal yang terdapat di depan rumahnya.

Fatimah tau itu, tamu tamu yang akan berdatangan sebelum acara pernikahan atau dalam kamus sunda dinamakan nyambungan.

"waalaikumsalaaam"jawab serempak ibu ibu yang ada dirumahnya, lebih tepatnya para tamu.

"duh...ieu geuning panganyen teh..kamana wae atuh neumbe ka tinggali bageur?"

Sambutan itu pasti tertuju untuk ali, karna dari tadi ali keluar untuk menjemput fatimah.

Namun.....

"kamana wae atuh geulis....?

geulis?? masa iya itu laki, kan gk mungkin....

Mendengar itu sontak membuat fatimah terkejut bukan main, apa yang tamu itu katakan? harusnya ali yang mereka sambut....

"hapunteunnya ibu...fatimahna bade istirahat heula, neumbe dongkap ti kobongna" ujar lembut ummahnya yang kala itu sedang menjamu para tamu.

Apakah?benarkah?bagaimanakah? kapankah?.

Semua pertanyaan itu muncul di benak fatimah, ia mulai ragu dengan ali yang ia tasa aneh itu, apakah ini alasan ali diam?.

☆~☆

"a?"panggilnya ketika ali akan kembali setelah mengantarkannya kekamar.

"apa neng" jawabnya pasrah

Ali menghentikan langkahnya. Ali tau apa yang akan fatimah ucapkan kepadanya, sebuah pertanyaan yang mungkin sejak tadi fatimah pendam.

"kenapa gk ada yang kasih tau fatimah soal ini?, gk ada sama sekali yang kasih tau, bahkan aa juga diem"

Ali terdiam, ia belum siap menjawabnya karna belum ada jawaban untuk itu.

Ali menatap lekat fatimah yang juga sedang melihatnya.

Gelisah? sedih? marah? dan sebagainya, itu yang ali lihat dalam wajah fatimah.

"maaf neng ummah panggil" ujar ali dan berlalu begitu saja.

Fatimah? Ia sudah meras roboh, rapuh....entahlah yang sedang ia rasakan, canpurannya begitu terpadu hingga ia tak tau apa rasanya.

Fatimah menjatuhkan diri kelantai, ia menjerit sebisanya disertai tangisan yang sangat histeris.

Sakit? memang....hancur? memang...Itulah balasan untuk fatimah yang tak menghiraukan perasaan salman saat itu, dan resiko untuk orang yang telah berselingkuh dari alloh lantaran mencintai seorang makhluk yang belum menjadi mahromnya, dan ini juga akibat orang yang mendekati zina, walau alloh sudah melarang dalam firmannya.

Namun dari itu, fatimah tidak akan menjadi perempuan yang hancur serta gagal untuk kedepannya, Fatimah akan menjadi orang yang sangat dan paling beruntung mendapatkan salman.

☆~☆

Hari ini tepatnya hari dimana pernikahan yang sangat tak diinginkan fatimah.

Sebuah grup sholawat telah siap sedia menyambut sang pangeran nantinya.

Benar benar kesibukan dibuat pada masing masing yang melakukannya yang mengurus setiap kelancaran acara.

Semua orang disana termasuk santri yang ikut serta antudias dalam acara pernikahan ini merasa disibukkan, dari mulai penyambutan pengantin beupa grup hadroh dari sebagian santri putra milik fatimah, ada juga yang sibuk dalam mengatur hidangan untuk para tamu untuk memasak, ada juga yang masih manata rapih dekorasi yang jelas jelas sudah rapi dan bersih.

Semua sudah siap, namun fatimah tidak.

Fatimah memang terlihat sangat cantik dengan riasan pengantin yang ia kenakan, namun...begitulah, namanya juga orang gk mau nikah y gini deh jadinya...

"afwan teh...kami tidah bisa meninggalkan tth sendiri, kami sudah di kasih amanat sama ummi"

Memang benar, ummahnya telah memerintah kepada sebagian khodimah di rumahnya untuk menjaga fatimah, takut jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

"kalian harus patuhi kalimat saya" bangkang fatimah

"afwan teh,, kami lebih mematuhi ummi"

"saya minta kalian keluar, saya bisa jaga diri disini"

"tidak teh"

Menjengkelkan sekali! Fatimah segera duduk di kursi riasnya menghadap cermin.

"teteh kenapa menangis?" ujar salah satu khodimah yang bertekuk lutut di bawah fatimah dan diikuti beberapa khodimah lainnya.

Memang saat itu fatimah tiba tiba daja menangis, matanya mulai panas mengingat ia akan segera menikah dengan orang yang ia tidak sukai.
-
-
-
-
-
Terus yaaaa

FATIMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang