pertemuan baru

7 6 0
                                    

"salman..."

Fatimah mmemeluk salman ketika matanya terbuka lebar, ia memeluk penuh rasa rindu, rasa sayang yang selama ini fatimah bendung.

Lega rasanya berda dibpelukannya setelah beberapa saat lalu mendapati mimpi yang terlalu mengerikan baginya.....

Salman membalas pelukan fatimah, akhirnya rasa rindunya itu telah terobati beserta buah yang begitu membuat dirinya bahagia.

"istirahatkan lagi ya" ujar salman berniat membaringkan fatimah.

Namun....fatimah bangkit kembali.

"kenapa?" tanya salman

Fatimah melihat ke arah salma dan tersenyum kepadanyan

"aku udah cukup istirahat, aku juga gk nyambut kedatangan kamu, jadi aku mau kamu yang istirahat"

Ada apa dengannya?

"ya itu pasti, tapi anisa, kamu harus banyak istirahat, aku gk mau dede bayinya sakit"

Fatimah tersenyum getir mendengar  DEDE BAYI, kesalahan apa lagi yang sedang ia perbuat? dia terlanjur melakukannya.

Fatimah melihat kearah salman yang hanya menyimak perbincangan mereka, ia menghampiri salma dan menyambut hangat adik iparnya.

"de salma! makasih buat semuanya..."sambil mengelus pipi unyu salma dannn menangis.

Salman mengerutkan dahinya, setaunya mereka belum dekat, ngobrol lamapun gk pernah tuh, hehe...salma yang cerita.

"teteh janji, bakalan perbaiki semuanya, syukron jiddan" tangisnya semakin membanjiri pipi mulusnya.

Fatimah memeluk salma yang sedang terherankan, salma ragu membalas pelukan fatimah, namun begitu tulusnya fatimah memeluk salma, ia mencoba membalasnya dengan ketulusan pula.

"loh? kok jadi nangis gini?" ujar salman heran.

Gimana enggk coba, baru juga kenal masa udah acara nangis-nangisan, kan gk ada yang sedih kayaknya, apa terharu? hah....enggk.

Mendengar itu, ke2 perempuan cantik itu melepaskan masing-masing tangannya dan saling bertukar tatapan satu mereka, lalu tersenyum.

"gk usah ikut campur, urusan perempuan" ketus salma

"yaudah terusin..."

☆~☆

"apa kau merindukanku anisa?"

Kini mereka sedang duduk santai diatas kasur, karna sudah malam, mereka sudah mengganti pakaiannya dengan baju tidur, dan ya! ini kali pertamanya salman akan tidur seranjang dengan fatimah.

Urusan salma? sudah ummah nurul bereskan untuk tinggal di kamar tamu saja yang bersebrangan dengan kamar fatimah.

Awalnya memang di tolak mentah-mentah....ya iyalah, niatnya jugakan mau mondok, pasti di keasramainlah, tapi ummah nurul selaku guru baru salma terus meminta salma agar tinggal di rumahnya saja "biar fatimah ada temennya" itu katanya.

Mau tak mau karna tak enak hati, salma menerima permintaan guru barunya itu yang disetujui salman.

Salman dan istrinya kini sedang berhadapan manis, untuk sekedar melepas rindu yang kian beberapa hari ia tak betsamanya.

"emangnya gk boleh?"

"sebegitu rindukah kamu sampe berubah total hari ini?"

"berubah? apanya yang berubah? apa keliatan udah tua?"

Salman tertawa dan mencubit pipi fatimah

"senyuman kamu indah, kamu lebih cantik, teruslah seperti ini selamanya"

Fatimah tersenyum getir mengingat 2 minggu terakhir ini yang rasanya sangat panjang untuk di lalui.

"2 minggu itu bukan waktu yang sebentar, banyak cerita yang ku lalui selama itu, alloh menaqdirkan cerita hambanya dengan teka teki, kamu pasti tau itu"

"apa kau masih mencintainya?" ujar salman yang berhasil di hadiahi pelototan fatimah.

Melihat itu salman merasa jail, salman sungguh menyukai itu.

"haid-"

"syuuut....." potong fatimah sangat cepat

"kau masih mencintai haidar?"

CUP....

Pipi fatimah memerah, tak mengatakan apapun ia langsung berbaring an menutup seluruh badannya dengan selimut

BANYAK NGOMONG SIH... KAN DAPET BONUS TUH...

"ana uhibbuka fillah ya zauji" teriak fatimah di balim selimut.

Sungguh malam yang indah, salman yang langsung terdiam ketika fatimah mencium pipinya hanya ternganga mendrngar pengakuan fatimah kali ini.

Begitu bahagia bukan? rasanya ia tak bisa berkata-kata lagi, ciyman itu telah mengunci mulutnya.

Salman tetsenyum, ia ikut berbaring di samping fatimah, eh...lebih tepatnya di belakang fatimah karna saat itu fatumah membelakanginya.

Salman mendekatkan dirinya di belakang istrinya itu, sangat dekat hingga mungkin nafasnya tetdengar fatimah.

"ana uhibbuki fillah ya zaujati" lirih salman di telinga fatimah yang masih di baluti selimut, iapun memeluk hangat mekadih halalnya.

Begitu damai rasanya, seakan dunia milik mereka ber2.
-
-
-
-
-
-

FATIMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang