bersamamu

6 6 2
                                    

03.00 AM dimana orang menyebutkan dengan nama sepertiga malam.

Tak ingin rasanya salman melewatkan waktu muastajab do'a  sehinggalah ia tak pernah sekalipun meninggalkannya, walau hanya melaksanakan 2 roka'at saja.

Sudah menjadi kewajiban pula sebagai seorang hafidz yang harus menjaga semua hafalannya, salman memuroja'ah Qur'an setelah 6 rokaat shalat malamnya, itu menjadi salah satu rutinitas salman sehari-harinya.

ceklek...

Suara pintu kamar mandi ditutup.

Salman sejenak menghentikan hafalannya menoleh mearah pintu.

"mungkin dia sudah bangun" lirihnya pelan.

Salman kembali melanjutkan hafalannya, sekitar 4-5 juz dalam seharinya, sebenarnya bukan sebanyak itu yang salman inginkan, namun begitulah orang dewasa.

"shodaqollohul'adzim"

Salman mengakhiri lantunan merdu hafalannya.

Bersamaan dengan itu, pintu kamar mandi terbuka.

Di tatapnya fatimah yang sudah mengganti pakaian hingga fatimah kembali ke ranjangnya.

Senyuman selalu salman tebarkan, melihat istri cantiknya, tak bosan ia memandanginya, parasnya yang cantik membuat salman tak pernah merasa kenyang, ingin rasanya matanya itu tetap memandanginya.

Fatimah yang merasa di pandang mentah-mentah oleh suaminya menjadi salah tingkah, rasanya? jangan di tanya, akupun tak tauuuu..

Salman mengerutkan dahinya ketika menangkap tingkah istrinya yang sedang mencari sesuatu.

Salman pergi ke sofa dan mengambil benda pipih nan pintar itu dari meja.

"kamu cari ini anisa?" ujarnya sambil menunjukan handphone.

Fatimah terdiam! ia lupa mengambil handphonenya semalam.

"kemarilah!"ajak salman sambil menepuk nepuk sofa sampingnya, mengajak untuk fatimah duduk disana.

"Anisa...kemarilah, kalo kamu gk mau kesini, handphone kamu aku sita"

Fatimah membulatkan matanya sempurna, jika handphonenya di sita bagaimana dirinya...bagaimana dirinya?? gk ngerti yaaah

Fatimah dengan perlahan turun dari kasurnya itu dan menghampiri salman.

"kamu tidak akan berdiri teruskan? duduklah..." sambil menarik tangan fatimah lembut hingga istrinya itu terduduk.

Salman tetap tak melepaskan genggamannya.

"anisaaa...."lirihnya, salman terus saja mengelus-elus tangan lembut nan dingin itu.

Jika fatimah mempunyai keberanian, ia akan menarik paksa saja tangannya itu, namun begitulah ketika ia di dekat salman.

"kenapa kamu gugup? hem..?apa aku melukai hatimu? ataukah kamu belum menerimaku sepenuhnya?"

Fatimah terhenyak! ia memandang suaminya itu yang juga sedang memandanginya lekat penuh harapan cinta.

Jantung fatimah berdekup kencang saat ia melihat tangan miliknya diangkat menuju benda hangat milik suaminya, ia memalingkan wajahnya ketika salman mencium tangannya, tak ingin melihat rasanya....

"siapkah kau selalu berada di sisku istriku?" tukas salman sontak membuat fatimah memalingkan wajahnya menghadap salman.

"kau sudah menjadi istriku...itu sudah menjadi mewajiban seorang istri pada suaminya bukan?"

DEG!
Hati fatimah rasanya tertusuk mendengar itu, sakit rasanya ia menyadari kenyataan pahit bahwa dirinya bersama orang yang mungkin sangat ia benci.

"jadilah istri yang patuh anisa" salah satu tangannya kini hinggap di kepala fatimah.

Salman merasakan sekujur tubuh fatimah bergerak ketika tangannya itu berada di kepalanya.

"a....a...afwan..ssssaya mmmau ke....ke kamar mandi" sambil menarik lembut tangannya dari genggaman salman.

Salman hanya tersenyum menyikapi, senyuman mengibaratkan kasih sayang.

Salman menarik tangan fatimah sebelum istrinya itu pergi, ia menarik kembali fatimah hingga terduduk.

'alloh buatlah kisah indah untuk kami' batin salman.

"ingin sekali kamu menjauh darimu anisa?apa yang kamu fikirkan?aku adalah suamimu, bukankah boleh saja melakukan apapun kepadamu?"

Tangan salman kini beralih meraih tubuh fatimah, ia merengkuh hangat kekadih halalnya, kedamaian terdapat disana, Ah...andai waktu selalu memihaknya.

Tak mustahil jika jantung fatimah terus berdekup kencang, fatimah berharap salman tak mendengarnya.

Ia pasrah dalam situasi ini.

"janji suciku telah kuucapkan di depan para saksi, para jamaah lainnya, alloh membuat skenario ini untuk kita, alloh merestui kita bersama, doaku selalu menyertaimu isriku...ana uhibbuki fillah ya zaujati"

Fatimah? entahlah dengannya, beribu rasa ia merasakannya, fatimah benar-benar pasrah, seolah ia berusaha menyambungkan sinyal cinta salman  kedalam hatinya, begitj indah memang...namun

"kamu tentu inget gk bakaln ke sentu sama dia, y kan?"

Ucapan haidar malam itu terngiang di telinganya, sinyal itu sangatlah cepat hingga tanpa ragu ia melapaskan tangan salman dari tubuhnya.

'gk malik, aku gk kesentuh sama dia, maafkan aku' batin fatimah

Salman mengerutkan dahinya heran.

"anisa? ada apa?"lirih salman

"A..aafwan ssaya, ma..mmaksudnya ummah panggil saya"

"tapi dari tadi gk denger apa-apa"

Tanpa menghiraukan ucapan salman, fatimah pergi keluar membawa handphonenya begitu saja.

Satu ulasan senyum miris salman buat, sakit! walau begitu salman tetap merasa bersyukur kepada alloh atas kisah indah yang baru saja terjadi, mungkin itu cukul menghiasi pernikahannya.

Huft! hembusan nafas kasar salman hembuskan, perih, hancur salman rasakan, namun ia tak boleh egois, ia harus supur duper memahami fatimah,ia tau betapa perihnya menyimpulkan kisah pernikahannya.

Fatimah yang tak mencintainya, fatimah yang tak ingin di sentuhnya, fatimah yang taknmenginginkan pernikahan ini , fatimah dan bla bla bla.

Salman yaqin, ada kisah indah di balik kepedihan ini, itu pasti.
-
-
-
-

FATIMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang