"assalamualaikum"
Itu suara salman, ia baru kembali dari pesantren, hanya setengah jam ia berda disana, singkat memang.
"waalaikumsalam" jawab serempak semuanya.
Senyum merekah terlihat di bibir orang tuanya, hanya beberapa hari saja salman meninggalkan ke2nya, malah iti sering ia lakukan ketika di pesantrennya dulu, itupun dengan jangka waktu berbulan-bulan, ke2 oràtuanya begitu merindukan salman saat itu, terlihat saam mereka membelai pundak salman saat bersalaman."ummi, abi, afwan aa tadi kesana dulu" ujarnya sambil duduk di sofa kosong.
"kamu ini, ko ngajar jangan buru-buru, nati malah salah ngajarnya"tukas abi terbata-bata.
Terharu sekali mendengarnya, tak menyangka putra sulungnya itu bisa berkesempatan memperluas ajaran islam di tempat lain.
"hah? ngajar ya bi?" jawabnya kembali bertanya,ia menggaruk tekuknya yang tak gatal.
Terlihat sekali ia tak ingin di ketahui orang tuany pasal ini.
"iya! ummi tau, ummi seneng dengernya"
"saya juga seneng menantu bisa ikut ngajar disini, abah fatimah sama ali udah hampir kewalahan, soalnya lagi kekurangan yang ngajar mi..."ujar ummah nurul.
Tawa kecil meramaikan keheningan, percakapannya memang tidak ada yang lucu, namun kebersamaan perdana mereka menambah tawa mereka.
"loh..loh...?" kejut ummah nurul melihat fatimah yang hendak keluar rumah.
"kamu mau kemana neng? kok buru-buru"
Fatimah sangat gugup, apalagi disana terdapat salman yang memandanginya entah apa artinya.
"emmm, itu mah, ada kurir diluar"
"oh yaudah" jawab ummah mempersilahkan
Tak beberapa menit setelah kepergian fatimah, salma setengah berlari ingin mengejar fatimah.
Namun ketika ia tersadar dalam kumpulan keluarga itu ada satu sosok yang belum ia temui, ia berhenti disana, tentu saja jadi tontonan hangat mereka.
"de salma, kenapa?" tanya ummi zia
"itu....ummi, dede mau nganter teh fatimah"
"gak usah, kamu kenapa gk istirahat?" itu suara ummah nurul
" bukan tante ummah" timpal salma cepat
"de salma" goda salman memanggil, ia menghapiri adik tersayangnya dan mengulurkan tangannya.
"gk sopan kamu, ngapain lari? hah?"ketusnya.
"enggk a, dede gk lari, tadi tuh ceritanya mau nganter teh fatimah, tapi udah deh ketinggalan jauh"
"cuman kegerbang doang? gk kan kesasar kok, lagian ini rumahnya"
"tapi a....tadi-" ucapannya terputus, salma diam, ia lupa bahwa salman tak mengetahui bahwa dirinya tau swmua tentang salman dan fatimah, ia harus berjuang sendiri demi saudara tersayangnya salman.
BEBERAPA MENIT LALU....
"teh dede ke kamar mandi dulu ya bentar, tetehnya jangan kemana-mana dulu, bentaran doang"
Salma beranjak ke kamar mandi, tidak! itu alasan salma mencurigai gerak gerik kakak iparnya yang sangat gelisah.
Salma sengaja menghidupkan kran air dan memainkannya seolah ia benar-benar menggunakannya.
DRRRT....DRRRT..
Handphone fatimah bergetar, sebuah panggilan masuk.
Salma berhasil, tak sia-sia ia izin ke kamar mandi, ternyata ruangannya tidak kedap suara walau menghidupkan kran air.
Fatimah mengangkat telponnya
"maafin aku, kamu tungguin disana, bentar lagi"
'masa sama kurir gitu ngomongnya?' batim salma.
"tapi malik, ngertilah keadaanku"
Malik? mata salma membulat sempurna, malik? siapa dia?.
Nama itu berhasil mengingatkan salma akan seseorang yang pernah mengisi hatinya tempo lalu, namun seketika hambur karna sebuah penghianatan.
'haidar?'lirih salma
"iya oke oke aku kesana"
Medengar itu, salma bergegas membuka pintu kamar mandi seolah memberi isyarah agar tidak pergi terlebih dulu.
"ehm...teh, mau keman?" tanya salma setengah berteriak melihat fatimah hendak membuka pintu kamar.
"eumm ..kurirnya udah dateng, saya harus kesana, assalamualaikum" Fatimahpun pergi
"waalaikumsalam"lirih salma
"tapi-" sayang salma tak bisa melanjutkan kalimatnya karna fatimah sudah berlalu.
"tadi?" ulang salman tak faham
"eumm maksudnya dede pengen aja jalan-jalan he..."
"belum waktunya, kan tadi ummab bilang istirahat dulu, keras kepala"
"ih...aa bukan gitu, tapi-"
"udah sini"potong salman, ia membawa salma duduk di sampingnya.
"kamu gk cape?" tanya ummah nurul
"eum...bentar lagi juga pulang kok"semuanya hanya menggeleng-geleng kepala serta senyum mendengarnya.
"uuuhhhh a!" bisik salma di telinga salman.
"dede sebenernya kebelet pipis" salma mengernyitkan mulutnya tak tahan.
Tanpa salman kutik, ia memanggil seorang khodimah untuk mengantarnya kekamar mandi.
Semua hanya tertawa melihat sifat salma yang manja.
Memang benar, kali ini salma ingin buang air kecil, tidak bersandiwara.
Khodimah itu mengantar salma ke kamar mandi yang ada di dalam dapur, ruang terakhir di rumah baru salman sehinggalah terlihat pemandangan indah yang mungkin sengaja di buat keluarga ini dalam sebuah taman.
Selesai buang air, rasanya salma ingin berjalan terlebih dahulu sebentar menikmati kehijauan taman, sesekali ia juga mengambil beberapa foto dirinya disana.
Sebelumnya ia sudah meminta khodimah untuk tidak menunggunya, karna ia akan pergi ke taman terlebih dahulu.
"hah?"
Salma sangat terkejut ketika dirinya yang tengah berfoto selfi mendapati 2 insan dalam layar handphonenya sebelum ia ambil.
Salma segera berbalik ke arah dimana 2 insan itu berada, lebih tepatnya di luar gerbang.
"astagfirulloh, gk, gk, gk percaya"
Salma terus mundut mencari tempat untuk bersembunyi.
"bener! fatimah bukan temui kurir, tapi...tapi haidar"
Mata dan mulutnya membulat sempurna, benar-benar terkejut melihat haidar memegang tangan fatimah, dan mirisnya lagi, perempuan itu tak menolak sekalipun.
Selama ini salma berhubungan buta dengan haidat, tak pernah sekalipun ia melakukan itu, walaupun nampak biasa, tapi disini orang-orang melihat pangkat serta keluarga mereka yang tak satu orangpun tak kenal dengan abahnya.
Salma menyeringai sinis, satu kejutan untuk fatimah darinya.
"kasian banget sih nasib kamu fatimah," ujar salma tetsenyum kecut.-
-
-
-
-
-
KAMU SEDANG MEMBACA
FATIMAH
Teen FictionSebuah kisah cinta di awali dari 2 minggu lalu. Fatimah menyadari betapa gelapnya cinta tanpa ikatan, dosa, cibiran, itu ia ketahui setelah 2 minggu lalu, 2 minggu dimana ia mengaku hamil atas suaminya yang sudah jelas jelas belum sama sekali ia sen...