Lembar Keduapuluh Delapan

8.2K 803 79
                                    

...

Aku baru menyadari bahwa Putriku tumbuh dengan baik, wajahnya manis juga cantik.

Dia mirip sekali dengan Ayahnya, tapi sayang hanya sekali mereka bertemu, semuanya gara-gara aku.

...

"Eomma" Misun dengan pelan mengetuk pintu kamar milik Haechan.

Tak lama pintu terbuka memperlihatkan Haechan dengan wajah mengantuk nya, memang hari sudah malam, jam sudah menunjukkan hampir jam 10 malam.

"Ada apa?" Meski mengantuk, Haechan tetap tersenyum. Menanggapi sang anak yang menatapnya dengan wajah merasa bersalah.

"Eumm tidak jadi, besok saja." Tanpa kata Misun memutar tumit, gadis manis itu memasuki kamarnya dan menguncinya rapat-rapat. Meninggalkan Haechan dengan raut wajah terbengong-bengong miliknya. Lantas ia menggelengkan kepala, tak habis pikir dengan sang anak yang tingkahnya terlalu random.

Haechan itu orangnya tidak akan pernah bisa marah pada Misun, waktu itu, ketika di mobil, itulah kali pertama Haechan marah sampai melayangkan tamparan di pipi anaknya. Bahkan setelah sampai dirumah Haechan langsung meminta maaf, walau permintaan maafnya sama sekali tak dapat respon dari gadis itu. Membujuk dengan segala hal, menyerah ketika Misun tak kunjung membuka suara untuknya, Haechan kemudian pasrah, membiarkannya mengalir begitu saja.

Merebahkan dirinya Haechan memeluk selimut serta memejamkan mata, kadang saat ia hendak tidur, bayangan bayang Mark melintas dengan tak tahu dirinya didalam kepala. Bagaimana mantan suaminya itu marah, kesal, atau bahkan bertingkah manis padanya. Teringat semua saat masa-masa indah ia mencintai Mark dengn damai semasa SHS. Ia yang menikah karena menggantikan Mina juga semua yang ia lalui setelah kehadiran Misun bersama dirinya. Menangis tersedu, lalu dengan sendirinya tertidur.

Oh ya, soal Renjun juga Jaemin. Teman-temannya itu memang sering kali datang berkunjung untuk menemui Misun, begitu juga dengan Ibu Haechan dan suaminya.

"Ah Nana-Imo mungkin tahu dimana Appa kan?" Misun bergumam, ia menganggukkan kepalanya seakan mengerti apa yang harus ia lakukan nanti. Besok, ia harus menanyakan hal ini dengan teman ibunya itu. Semoga saja ia mendapatkan jawaban nantinya.

Mengikuti jejak sang Ibu, Misun menyelami alam mimpinya.

.
.
.

Dilain tempat, disebuah apartemen yang dihuni oleh sepasang anak juga ayah itu kini sedang riuh. Musik berdentum dengan kencangnya karena Ji-eun sedang asik berjoget diruang keluarga dengan sangat lihai. Gadis itu baru sampai beberapa menit sehabis pulang dari rumah Misun diantar oleh anak buah sang ayah.

"Astagaa! What wrong with you?"

Sontak saja tubuh yang sedang bergerak random itu berhenti, menolehkan kepalanya kebelakang. Tersenyum ketika melihat sang Ayah sedang berdiri dengan kedua tangan yang bertengger di pinggang kokoh miliknya.

"Ohh what's up Dad!" Ji-eun juga mengikuti sang ayah, tapi bedanya jika wajah Mark menekuk maka Ji-eun tersenyum terang.

"Bisakah kau kecilkan volumenya? Daddy sedang bekerja"

"Siapa suruh bekerja di rumah? Bekerja itu dikantor Dad"

Mark menghela nafasnya pelan, "ini sudah malam Lee Ji-eun"

Ji-eun berdecak, merentangkan tangannya tanda ia akan menurut, mematikan musik yang tersambung pada speaker, ia juga mematikan TV.

"Done." Ji-eun tersenyum paksa, lalu berjalan melewati Mark untuk menuju kamarnya. Tapi, langkahnya terhenti ketika Mark memanggilnya dengan sebutan 'Princess'

[END] 𝐆𝐮𝐚𝐫𝐝𝐢𝐚𝐧 𝐀𝐧𝐠𝐞𝐥 •𝐌𝐚𝐫𝐤𝐡𝐲𝐮𝐜𝐤• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang