Pagi ini Haechan mendapatkan telpon dari Mark. Katanya hari ini Ji-eun sakit, badannya panas bukan main. Mark tidak mengerti harus bagaimana, jadilah ia menghubungi Haechan untuk meminta bantuan.
Haechan dengan tenang menjawab, beri obat dan kompres saja menggunakan air dingin. Tapi yang namanya jiwa laki-laki Mark itu kuat sekali ia sama sekali tidak mengerti, takut salah memberikan obat pada sang anak. Alasan juga biar bisa bertemu dengan Haechan sih sebenarnya.
"Yasudah bawa Ji-eun kemari, biar aku yang merawatnya." Kata Haechan, sebenarnya Haechan kasihan kepada Ji-eun jika harus kerumahnya yang sempit ini. Apalagi anak itu sedang demam.
"Eomma, lihat tidak kaos kaki ku dimana?" Suara Misun mengalihkannya ekstensi Haechan.
"Kemarin kan habis dicuci, coba lihat di jemuran siapa tau masih tergantung."
Misun mengangguk, berjalan menuju samping rumahnya untuk melihat kaos kakinya tersebut, tersenyum ketika melihat sepasang kaos kaki masih tergantung di sana.
"Ada?"
"Ada." Misun menunjukkan deretan giginya yang rapih.
"Sudah mau pergi? Sarapannya sudah dimakan?"
"Sudah Eomma, tinggal jalan kedepan untuk menunggu Bus saja." Kata Misun, ia mencium wajah Haechan dengan gemas. Bayangkan anaknya saja segemas ini dengan sang ibu, bagaimana dengan si oknum yang bernama Mark Lee itu?
"Ji-eun tidak sekolah, dia sakit. Mau pergi dengan Daddy atau tetap naik bus?" Haechan merapihkan dasi sang anak yang terlihat miring.
"Naik bus saja, nanti Daddy terlambat."
Haechan mengangguk, ia tidak bisa memaksa kalau memang itu keinginan anaknya. "Ji-eun sakit apa?" Tanya Misun kemudian. Wajahnya seketika murung karena pasti ia akan merasa kesepian. Meskipun semuanya sekarang sudah nampak baik-baik saja, semua orang sudah kembali seperti sedia kala. Misun tidak lagi dianggap sebagai anak haram, tidak ada lagi perkataan yang menyakitkan melintas digendang telinganya.
Namun, rasanya tetap saja hampa jika orang yang selama ini ada dan menemaninya tidak ada, rasanya ada yang kurang.
Tak lama suara ketukan pintu terdengar, Haechan juga Misun langsung saja menoleh, Haechan bergegas menuju pintu diikuti Misun dibelakangnya.
"Astagaa, kemari nak." Haechan menyuruh Ji-eun untuk berdiri disampingnya. Mark sendiri sudah siap dengan baju kantor miliknya.
"Titip Ji-eun ya, tidak perlu khawatir soal pekerjaan mu."
Haechan mengangguk, ia membawa Ji-eun untuk tidur kedalam kamar milik Misun. Setelah selesai ia kembali kedepan. "Jadi dia belum sama sekali diberi obat?"
Mark menggeleng, "takut salah, nanti keracunan. Aku tidak berani Haechanie." Mark menatap Haechan sambil mencebikkan bibirnya.
Sedangkan didalam kamar Misun menatap sedih kearah Ji-eun. "Kenapa kau bisa sakit? Lihat wajah bodoh mu kuyu sekali. Dasar jelek!" Kata Misun, sebenarnya dia tidak ingin bermaksud seperti itu, tapi ia menyuarakan protesannya kepada saudaranya itu kenapa sampai bisa sakit.
"Tidak tahu, kepala ku pusing sekali." Ji-eun memejamkan matanya. Membuat Misun meringis, seakan merasakan apa yang Ji-eun rasakan.
"Aaa kasihan sekali. Semoga cepat sembuh yaa! Jangan sakit lama-lama, tenang saja kau dirawat dengan Eomma, jadi jangan khawatir."
Ji-eun terkekeh, "iya, Appa mu memang benar-benar payah."
"Daddy mu juga." Kata Ji-eun sambil terkekeh pula. Tak lama Mark muncul. Ia tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] 𝐆𝐮𝐚𝐫𝐝𝐢𝐚𝐧 𝐀𝐧𝐠𝐞𝐥 •𝐌𝐚𝐫𝐤𝐡𝐲𝐮𝐜𝐤•
Fanfic"KAU IBU YANG BURUK" . . "EOMMAA MIANHEE" . . "Haechanie, maafkan aku" ..... Start: 8 Apr 2021 Finish: 12 Jul 2021 ⚠️⚠️⚠️ B×B jangan salpak!!