Lembar Keduapuluh Enam

7.7K 781 46
                                    

...

Aku tidak mengerti, kenapa semua ini begitu sulit?

Seakan-akan semua masalah selalu datang padaku?

Kenapa dia harus datang diwaktu yang seperti sekarang, disaat Misun sedang ingin sekali bertemu dengan ayahnya.

...

Disekolah Misun adalah murid yang teladan, awalnya gadis manis itu selalu memiliki kepribadian yang ceria, menatap ramah pada semua orang, tapi kini senyum itu sudah hilang, menatap datar pada siapa saja seseorang yang melihatnya.

Dulu Misun adalah anak yang selalu peka terhadap sekitarnya, selalu menolong teman-temannya, tapi lagi semu itu kini tidak berlaku semenjak rumor yang beredar. Ia menjadi tidak perduli pada orang-orang disekitarnya.

"Heii"

Tersentak Misun menoleh kearah Si anak baru yang ia ketahui namanya adalah Lee Ji-eun.

"Ada apa?", Tanya Misun menatap kearah Ji-eun yang sudah duduk disampingnya. Entah sejak kapan karena Misun asik dengan dunianya sendiri sedari tadi.

Ngomong-ngomong mereka memang sedang jam istirahat.

"Kenapa sendirian?", Tanya Ji-eun menatap Misun.

Misun mengedikkan bahunya, "lebih nyaman seperti ini, mungkin kalau aku kesana semua orang akan mencaci makiku", Misun memainkan botol minumnya ia memang selalu ia bawa kemana-mana.

"Kenapa mereka begitu? Kulihat kau gadis yang baik, tidak banyak menganggu anak-anak lain", ujar Ji-eun, pandangannya fokus kearah lapangan yang dihiasi rumput hijau dihadapannya.

"Rumor itu mengubah segalanya"

"Rumor?"

Misun melirik kearah Ji-eun sekilas, "kau tidak mungkin tidak mengetahui rumor tersebut"

"Ahh ya, aku tahu tentang itu, Im Sera yang memberitahunya"

Misun hanya mengangguk, lalu kembali sibuk memainkan botol minum miliknya, mereka terdiam beberapa lama, Misun yang enggan membuka suara juga Ji-eun yang masih setia duduk tanpa niatan untuk pergi.

"Kau tahu, aku tidak perduli dengan rumor semacam itu, karena bagaimanapun semua bayi yang terlahir di dunia adalah bayi yang suci, tidak ada istilah anak haram atau sebagainya", Ji-eun memberanikan diri membuka suara, melihat kearah Misun yang diam saja, tapi Ji-eun yakin gadis disampingnya ini mendengarkannya.

"Dan juga, kau lahir ke dunia karena memang kau pantas untuk dilahirkan, itu artinya Tuhan yakin bahwa kau mampu menghadapi kerasnya dunia, menjadikanmu anaknya yang ia sayang karena kau membawa beban di pundak melebihi manusia yang lainnya, tidak perlu malu, karena derajat kita sama saja", Ji-eun tersenyum tipis diujung kalimatnya, mengusap pergelangan tangan Misun yang terasa dingin.

"Ingin bercerita? Aku bisa pendengar yang baik", ujar gadis itu dengan senyuman meyakinkan, Misun yang mendengar hal tersebut menoleh, menatap mata Ji-eun dengan teliti, mencoba mencari jawaban apakah Ji-eun benar-benar tulus padanya atau hanya ingin sekedar tahu saja. Tapi Misun tidak menemukan tanda-tanda bahwa Ji-eun akan berlaku yang sama dengan teman-temannya yang lain.

"Apa yang ingin kau dengar?"

"Terserah padamu, kau bisa menceritakan hal yang ingin kau ceritakan, jika tidak ingin maka simpan itu untukmu, jika kau siap baru ceritakan itu padaku", Ji-eun tersenyum lembut, berusaha membuat Misun nyaman dengan dirinya.

[END] 𝐆𝐮𝐚𝐫𝐝𝐢𝐚𝐧 𝐀𝐧𝐠𝐞𝐥 •𝐌𝐚𝐫𝐤𝐡𝐲𝐮𝐜𝐤• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang