...

7.3K 753 63
                                    

Pagi ini awan mendung menyelimuti langit di sekitar pantai, Misun menatap kearah luar dengan tatapan yang mendung pula. Ia menghembuskan nafas panjang sebelum ia berdiri lalu mengambil tas sekolah miliknya.

Diluar kamar Ji-eun tersenyum dengan wajah teduhnya. "Ini bekal punyamu, Nana-Imo yang buatkan."

Misun tersenyum seadanya, mengambil bekal yang Ji-eun sodorkan. Lalu menoleh kearah Jaemin yang juga tersenyum menatap keduanya.

"Ayo segera berangkat sebelum hujan mengiringi perjalanan kita." Ujar Jaemin, ia kemudian bergegas untuk mengambil payung sedangkan Renjun sedang sibuk mencari kunci mobil mereka.

"Renjun-ah sudah dapat? Ayo cepat hujan akan segera turun."

"Ya ayo." Jawab Renjun yang baru muncul sambil memasukkan handphonenya.

Mereka segera bergegas, tak lupa membawa payung yang tergantung di belakang pintu utama flat kecil milik Haechan ini, satu payung lagi sudah berada di mobil yang akan mereka gunakan. Diperjalanan Misun banyak terdiam, ia sempat melirik kearah Ji-eun yang juga hanya diam, gadis itu menyadarkan tubuhnya, matanya juga terpejam. Misun kembali menatap keluar jendela, teringat kembali perbincangannya semalam dengan sahabat ibunya, laki-laki yang mendapat julukan Imo cantik darinya itu.

Semalam Jaemin memang menenangkan Misun dari tangisnya, mendengarkan segala perkataan yang gadis manis itu lontarkan meski sedikit tersendat karena tangisnya sendiri. Misun menceritakan semuanya yang dapat ia simpulkan dari buku diary sang Eomma. Mengatakan bahwa ia mengerti siapa Ji-eun sebenarnya, awalnya Misun sedikit menaruh rasa marah pada Ji-eun, namun perkataan dari Jaemin membuat ia mengerti.

'jangan membencinya, Ji-eun tidak bersalah. Kau tahu kan kalau Ji-eun yang mempertemukan mu dengan Appa, kalian dalam posisi yang sama Misun-ah.. dia tidak pernah merasakan kasih sayang Ibunya, sedangkan kau tidak merasakan kasih sayang dari Appamu. Kau tahu kan kalau Ji-eun bukanlah anak kandung dari ayamu?'

Malam itu Misun mengangguk dalam pelukan Jaemin, 'dia juga tahu kalau dia bukan anak kandung dari Appamu, kalau ia jahat mungkin dia tidak akan mau mempertemukan kalian. Karena ia takut nanti kasih sayang dari ayahnya akan pindah ke dirimu, kenapa begitu? Karena kau adalah anak kandungnya. Tapi lihat, Ji-eun menjadi saudara yang baik bagimu kan? Dia sangat perhatian juga, menganggapmu sebagai adiknya sendiri.'

Misun saat itu terdiam, yang Imo nya ini bilang memang ada benarnya. Alangkah jahatnya jika ia memang benar-benar ikut menyalahkan Ji-eun nantinya. Ia tahu selama ini yang selalu berada disampingnya adalah Ji-eun, Ji-eun menjadi teman, sahabat, juga saudara yang baik untuknya.

'jadi jangan saling membenci ya, memaafkan bukanlah hal yang dibenci, bukanlah hal yang salah.'

Misun mengangguk, ia kemudian melepaskan pelukannya dari Jaemin, mengucapkan kata terima kasih karena sudah menasihatinya malam ini. Mengucapkan kata maaf juga karena mengganggu tidur laki-laki cantik itu. Misun beranjak diikuti pula dengan Jaemin dibelakangnya, Misun kembali ke kamar sedangkan Jaemin berlalu ke dapur untuk minum. Sesampainya di kamar miliknya Misun langsung saja merebahkan dirinya di samping Ji-eun. Ia menatapi wajah sang saudara dengan tatapan yang tak dapat diartikan. Tak lama ia memeluk tubuh tersebut, mengucapkan maaf dalam hati karena sempat ingin membenci gadis baik itu.

'Eung? Ada apa, kenapa menangis Misun-ah?' tanya Ji-eun yang tidurnya terganggu karena merasakan seseorang memeluknya, yang ternyata itu adalah Misun.

'aku merindukan Eomma.' ujar Misun dengan pelan. Selanjutnya hal yang dilakukan Ji-eun adalah mengusap punggung milik Misun. Mengatakan kalau besok mereka akan kembali berkunjung, dan tak lupa mengucapkan kata-kata penenang lainnya.

[END] 𝐆𝐮𝐚𝐫𝐝𝐢𝐚𝐧 𝐀𝐧𝐠𝐞𝐥 •𝐌𝐚𝐫𝐤𝐡𝐲𝐮𝐜𝐤• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang