Lembar Keduapuluh Tujuh #2

8K 821 42
                                    

Sejenak Ji-eun terdiam, pandangannya menerawang kedepan. Seolah-olah pertanyaan Misun adalah pertanyaan yang sangat sensitif baginya. Tapi nyatanya, gadis cantik itu tersenyum lembut, melihat kearah Misun yang menunggu jawabannya.

"Kenapa tiba-tiba menanyakan hal itu?"

Misun berdengung, alasan apa yang harus ia gunakan?

"Hanya ingin"

Lama mereka terdiam, nampaknya Ji-eun benar-benar menyiapkan rangkain kata agar tidak ada kalimat yang menyingung nantinya.

"Rasanya menyenangkan, tapi ada juga tidaknya," Gadis itu terkekeh. Hal yang membuat Misun ikut tersenyum tipis.

"Dia memang jarang mengoceh seperti Oma, sibuk bekerja dan kadang sampai lupa waktu, aku selalu memarahinya karena dia sering melupakan makan ketika larut dengan setumpuk dokumen yang terlihat memusingkan itu." Ji-eun meringis ketika membayangkan selelah apa Ayahnya, kadang sampai tidak tidur seharian penuh.

"Sebenarnya memiliki ayah atau ibu saja adalah hal yang tidak akan pernah kita inginkan, masing-masing peran mereka selalu berbeda. Tapi ketahuilah Misun-ah bahwa kau beruntung memiliki Ibu yang sangat sayang padamu, memperhatikanmu, mencoba melakukan hal yang terbaik untuk dirimu, begitupun sebaliknya, aku beruntung mempunyai Ayah yang baik terhadapku, ada saat aku butuh, karena sejatinya kita tidak dapat memilih apakah kita hanya perlu Ayah atau Ibu saja di dunia ini. Keduanya begitu penting bagi kita," Ji-eun menoleh, hanya sekedar ingin melihat bagaimana reaksi yang Misun keluarkan, gadis manis itu menunduk. Entah apa isi pikirannya Ji-eun kembali menatap lurus kedepan.

"Tumbuh tanpa sosok Ibu disampingku adalah hal yang sangat berat bagiku, ketika semua orang merengek pada Ibunya maka aku hanya bisa menggantikan sosok itu dengan Omaku, ketika semua orang di dongengkan tidur pada Ibu mereka maka aku dengan Oma atau juga kadang Daddy jika dia tidak sibuk," Ji-eun perlahan menunjukkan senyum tipisnya, mengingat hari-hari dulu yang ia lewati. Ia jadi merindukan sang Ayah yang pasti saat ini sedang sibuk di kantor barunya. Teringat kembali saat ia marah-marah dan memutuskan untuk pindah tugas hanya demi menemani sang dirinya.

[Flashback]

Saat Ji-eun pulang sekolah, ia berjalan dengan santai menuju apartemen milik ayahnya, ia sudah tinggal sendiri disana kurang lebih 2 hari. Atas bantuan Hendry Samchon, rekan ayahnya itu ia bisa pindah kesini dan mendapatkan kartu apartemen ayahnya itu.

Saat sudah memasuki apart mewah tersebut, Ji-eun merebahkan dirinya diatas sofa, harinya yang melelahkan tapi menyenangkan, Ji-eun suka.

Saat sedang asik asiknya bersantai diatas sofa tiba-tiba gadis cantik itu dengan shock berdiri sebab ia mendengar pintu apartemennya berbunyi, tanda seseorang berhasil lolos kedalam. Dengan perasaan was-was Ji-eun berjalan kedepan, tanpa menyiapkan apa-apa, ya kalau memang benar-benar orang jahat Ji-eun bisa dengan mudah mematahkan lengan atau leher orang tersebut berkat bela diri yang ia tekuni dari usia 3 tahun dulu.

"DAD! KENAPA KAU ADA DISINI?"

"LEE JI-EUN!"

Ji-eun memejamkan matanya ketika ayahnya itu menyebut namanya juga dengan nada tinggi, habislah Ji-eun setelah ini terkena ocehan dari sang ayah. Mark itu memang jarang sekali marah tapi jika sudah marah ia tidak segan-segan memberikan petuah hingga 2 atau 3 jam lamanya. Dan sialnya Ji-eun malah membuat masalah, habislah kupingnya nanti.

Dan benar saja, saat itu juga laki-laki tampan walau sudah sedikit tua itu menceramahinya habis-habisan karena pergi tanpa izin, melakukan pelanggaran-pelanggaran keras karena sudah berbohong dan juga nekat keluar rumah dengan pasal percobaan kabur tingkat pertama, nah kan Ji-eun jadi pusing, ayahnya ini suka mengada ngada.

[END] 𝐆𝐮𝐚𝐫𝐝𝐢𝐚𝐧 𝐀𝐧𝐠𝐞𝐥 •𝐌𝐚𝐫𝐤𝐡𝐲𝐮𝐜𝐤• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang