Eomma!

8.6K 783 87
                                    

Misun meringis, kepalanya benar-benar sakit. Pipinya perih karena Sera menamparnya berulang kali. Kepalanya bertambah pusing karena Sera juga menarik rambutnya dengan kuat.

Tak Sera hiraukan ringisan Misun, bahkan sudah terlihat darah turun dari hidung milik Misun, Sera tidak perduli, yang ia inginkan hanyalah melampiaskan segala kekesalannya pada Misun. Bahkan tanpa ada hati Sera memukul kepala, tubuh, Misun sudah hendak kehilangan kesadarannya, namun seseorang tiba-tiba memasuki ruangan sempit ini.

"IM SERA! Jangan sampai anak itu mati, kau mau dipenjara?" Laki-laki dengan tubuh tinggi, berpakaian kerja itu menarik Sera, menjauhkan anak itu dari Misun.

"Cepat, bawa anak itu."

Sera memberentok, ia sudah seperti kesetanan ingin menghajar Misun kembali. "Lepaskan aku Appa, aku akan membunuh anak itu."

"Hei.. hei dengarkan, kita harus menjauhkan Misun, meminta tebusan karena orang tuanya sudah berada disini." Kata laki-laki yang ternyata adalah ayah Sera. Sera sendiri sudah diam, ia mengatur nafas nya yang memburu karena emosi.

"Kau mau Appa mu ini bertambah kaya kan? Jadi ayo ikut Appa." Mereka lalu berlalu mengikuti anak buah Tuan Im yang membawa Misun.

Sedangkan Haechan dan Mark beserta yang lainnya yang sudah sampai kini berkumpul di belakang gedung yang di duga tempat Misun di sekap.

"Hyung, ayo masuk." Haechan sudah mengedarkan pandangannya, ia benar-benar cemas tentang keadaan sang anak.

Mark mengangguk, ia berlalu kearah Hendry juga yang lainnya untuk membicarakan sesuatu, setelah beberapa menit barulah Mark menggenggam lengan Haechan untuk masuk bersama.

"Jangan pernah lepaskan tanganku, tetap berada disisiku, kau mengerti Haechan?"

Haechan mengangguk, tangannya sudah dingin, bahkan bibirnya sudah nampak pucat. Ia sangat ketakutan, takut sang anak kenapa-napa di dalam sana. Di sepanjang ia memasuki gedung bersama dengan Mark yang menggenggam tangannya dengan erat, sepanjang itu pula Haechan merapalkan doa, berharap bahwa anak-anaknya baik-baik saja. Pandangannya mengedar menatap keseluruh penjuru gedung tua nan kotor ini.

"Hyung, itu Misunie, dia dibawa kesana Hyung." Kata Haechan ketika ia melihat segerombolan orang membawa anaknya dengan gerakan kasar, Haechan menangis sejadi-jadinya. Ia rasanya ingin segera berlari untuk memeluk sang anak yang ternyata tidak baik-baik saja sekarang.

Mark menoleh, ia mengangguk, matanya bahkan memanas menahan emosi, mereka mengikuti segerombolan orang itu secara diam-diam.

"Hyung mereka mengarah ke tebing."

Mark lagi, hanya bisa mengangguk, ia mencoba untuk tenang padahal nyatanya hatinya sangat risau, apa yang akan mereka lakukan pada anaknya?

Haechan tak berhenti menangis, memegang lengan Mark dengan kuat. Ia benar-benar merasa tidak berguna sebagai seorang Ibu, sebab membiarkan anaknya terluka di tangan orang lain. Bahkan Haechan tidak bisa menolongnya segera, hukuman yang paling berat adalah melihat anak sendiri menderita tanpa ia bisa apa-apa.

.
.
.

Renjun mendengus, ia melihat kearah handphonenya dengan tatapan kesal.

"Haechan tidak menjawab panggilan telponnya."

"Ini sudah malam, yasudah kita menginap di hotel saja. Besok baru temui Haechan juga Misunie." Ujar Jaemin.

Renjun mengangguk, menyeret kopernya dengan lunglai, padahal ia sangat merindukan Misun sekarang. Alhasil mereka berdua menaiki mobil yang sudah mereka pesan untuk menuju ke hotel yang dekat, mereka memutuskan untuk istirahat karena hari memang sudah malam. Mereka baru saja tiba di Jeju, sengaja tidak memberitahu Haechan juga Misun sebagai kejutan.

[END] 𝐆𝐮𝐚𝐫𝐝𝐢𝐚𝐧 𝐀𝐧𝐠𝐞𝐥 •𝐌𝐚𝐫𝐤𝐡𝐲𝐮𝐜𝐤• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang