Appa..

8.4K 754 56
                                    

Hari ini Misun menyambut kedatangan sang ayah dengan wajah ceria, ia sudah memutuskan untuk berdamai saja dengan kenyataan yang ia ketahui lewat buku diary yang ia baca. Tentunya dengan banyak pertimbangan yang ada, Misun sampai beberapa hari memikirkan tentang hal ini saja, meminta saran kepada para Imo-nya bahkan.

"Selamat Pagi Appa!"

Mark tentu saja terkejut, seminggu atau bahkan lebih ini Mark berusaha sekali untuk mengajak sang anak berbicara, mencoba mencari tahu kenapa sang anak bersikap demikian kepadanya. Tapi apalah daya, Misun sama sekali tidak memberikannya celah untuk mendekati anak itu barang beberapa detik pun.

Tapi lihat hari ini, Misun sendiri yang menyambut dirinya dengan sebuah keceriaan yang melingkupi dirinya, Mark tersenyum bahagia menatap kearah sang anak. Sigap memeluk Misun yang sudah menabrakkan diri kearah dirinya.

"Appa Misun masuk 3 besar ranking pararel. Jieuni juga." Katanya dengan bahagia, ia tersenyum menunjukkan deretan giginya yang rapih.

"Benarkah? Wah Appa bangga sekali kepada kalian. Pertahankan yaa." Kata Mark sambil mengecup kening sang anak, tak lama Ji-eun juga datang. Anak itu tersenyum lebar.

"Dad!"

"Haii Princess.. apa benar masuk 3 besar ranking pararel." Tanya Mark sambil tersenyum lembut.

Ji-eun mengangguk, ia ikut masuk kedalam pelukan sang ayah bersama dengan Misun. "Hadiah yaa Dad." Katanya lalu melirik kearah Misun, Misun tersenyum ia mengeringkan matanya.

"Jadi kalian mau hadiah hm?"

"Tentu saja! Daddy harus mengapresiasi kerja keras kami ini sebagai siswi yang teladan. Jadi ayo kita liburan."

Mark tertawa, tanpa ba-bi-bu lagi ia mengangguk, "baiklah kita akan liburan. Princess-princess Appa ini mau kemana memangnya."

"Kemana saja asal bahagia." Kata keduanya secara bersaman, keduanya lalu tertawa dan melepaskan diri dari Mark, mereka menuju kearah Haechan yang sudah datang dengan cemilan rumahan yang ia bawa.

"Eo Hyung sudah datang?"

Mark mengangguk, ia memeluk Haechan sekilas lalu ikut bergabung bersama dengan kedua anaknya. Duduk di sofa yang berada di depan TV sedangkan Haechan kembali lagi ke dapur untuk mengambil beberapa buah-buahan yang sudah ia siapkan.

Haechan tersenyum, melihat bagaimana kedekatan antara ketiga orang yang sedang tertawa tersebut. Mereka menertawakan lelucon yang sedang salah satu siaran tv tayangkan. Ia bahagia tentu saja, dan Haechan harap semua ini akan berjalan dalam waktu yang sangat lama. Tiba-tiba saja ia jadi teringat dengan Eomma juga Appa.

Beberapa jam setelahnya Haechan menyuruh Mark juga Misun untuk membeli bahan-bahan membuat kue. Iya, rencananya mereka akan membuat kue hari ini. Ji-eun sendiri sudah Haechan suruh untuk ikut juga tapi gadis cantik itu menolak. Ia lebih memilih bersama dengan Haechan saja di rumah. Alhasil Mark dengan Misun saja yang pergi.

"Appa?"

Mark menoleh, "ya?"

"Maafkan Misunie ya."

Mark menoleh, ia melihat kearah sang anak dengan tatapan bertanya, "untuk apa? Anak Appa ini tidak membuat kesalahan sedikit pun."

Misun menggeleng, "ada, Misunie mendiamkan Appa selama 1 Minggu atau bahkan lebih. Tidak menjelaskan kenapa Misunie bersikap demikian juga." Katanya, Misun menatap cup minuman yang berada di tangan kirinya.

Mark tersenyum, ternyata soal itu, "memangnya kenapa Misun mendiamkan Appa? Apa kesalahan yang sudah Appa perbuat?"

Misun terdiam, ia menatap sang ayah sekilas yang ternyata juga menatapnya dengan raut wajah penasaran, "soal Appa dan Eomma dimasa lalu."

Mark membeku, jantungnya berdetak lebih cepat dari batas normal ketika mendengar sang anak mengatakan hal tersebut, "darimana?"

"Buku diary Eomma.. semua tertulis dengan rapih di sana. Appa.. aku membencimu, sangat membencimu waktu itu. Kenapa, kenapa Appa sejagat itu dengan Eomma.. pantas saja Eomma tidak mau menceritakan luka tersebut denganku, ternyata rasanya begitu menyesakkan."

Misun tersenyum tipis, "tapi sebaik apapun aku berekspresi dan menutupi segala keluh kesah ku Eomma akan tahu, jadi saat tahu hubungan kita tidak baik-baik saja Eomma mengajak ku untuk berbicara dan kata-kata Eomma berhasil membuat aku sadar bahwa memang benar kalau kita saling memaafkan maka itu adalah kunci kebahagiaan."

Misun lalu tersenyum kembali, kini lebih lebar lagi, "Eomma yang mempunyai luka itu sendiri saja berani untuk memaafkan Appa, jadi kenapa aku tidak. Appa, aku membencimu tapi juga aku mencintai mu melebihi apapun itu." Katanya lalu memeluk Mark dengan erat.

Mark sendiri hanya bisa tersenyum, ikut memeluk sang anak, ia tidak menyangka bahwa kata-kata yang sering Misun ucapkan pada Haechan kini anaknya itu ucapkan untuknya.

"Appa juga mencintai anak Appa ini melebihi apapun itu."

Misun mendengus, "bohong, cinta Appa sekarang kan hanya untuk Eomma." Misun terkekeh, yang mana Mark sendiri tanggapi dengan sebuah kekehan pula. Anaknya memang benar-benar tahu kalau ayah mereka sangat mencintai ibu mereka.

.
.
.

Malam ini Haechan juga Mark sedang duduk dihalaman rumah mereka. Berbincang dimalam hari, para anak gadis mereka sudah tertidur karena jam memang sudah menunjukkan pukul 10 malam.

"Haechan anak-anak ingin liburan."

Haechan menoleh, "benarkah? Mereka mau kemana?"

"Mereka bilang terserah, asal bahagia." Kata Mark terkekeh, anak-anaknya kompak sekali.

"Hyung, aku merindukan Eomma, Appa." Haechan menyandarkan pundaknya pada dada bidang milik Mark. Mark sendiri dengan senang hati memberikannya, merangkul kan lengannya pada pundak sempit milik Haechan.

"Bagaimana kalau kita ke Seoul saja? Kita bertemu dengan Dad dan Mom? Kau sudah siap?" Tanya Mark, ia mengelus punggung Haechan dengan pelan.

Haechan mengangguk, mungkin inilah saatnya ia mempertemukan Misun dengan Ibu Mark, "apa tidak apa-apa?"

Mark mengangguk, "soal pekerjaan tidak perlu khawatir, kamu tahu kan?"

Haechan mendengus, "tidak usah sombong."

Mark terkekeh, "tidak tuh, aku memang Boss nya."

"Yayayaya."

Mereka terdiam cukup lama sampai akhirnya Haechan kembali bersuara, "ayo masuk, sudah malam Hyung."

Mark mengangguk, mereka lalu berdiri dan memasuki flat kecil milik Haechan ini. Mengunci pintu, mereka akan segera tidur juga.

"Hyung kau tidur di sini?" Tanya Haechan ketika Mark duduk di sofa dengan TV. Mark mengangguk ia menatap kearah Haechan setelahnya. Haechan sendiri hanya mengangguk setelah itu memasuki kamar untuk mengambilkan Mark sebuah bantal juga selimut.

Tak lama Haechan kembali Mark mengambil bantal beserta selimut tersebut. Ia tersenyum setelahnya, "Selamat malam Haechan-ah."

"Selamat malam Hyung." Setelahnya Haechan kembali lagi ke dalam kamarnya sendiri. Meninggalkan Mark yang kini merebahkan dirinya di sofa. Ia menatap langit-langit rumah Haechan lalu senyum tipis terbit di sana. Sepertinya ayah dari 2 anak itu sangat bahagia hari ini.

.
....

Part depan ada... 🌚

Jangan lupa tungguin yaaa!!

Jangan lupa Vote sama Komennya 😉

See youuu 💚💚💚

[END] 𝐆𝐮𝐚𝐫𝐝𝐢𝐚𝐧 𝐀𝐧𝐠𝐞𝐥 •𝐌𝐚𝐫𝐤𝐡𝐲𝐮𝐜𝐤• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang