Lembar Ketiga belas

7.3K 705 71
                                    

Btww mohon maaf buat typo nyaa yaaa.. males banget mau benerinnyaa, biar jadi kenangan kegimana kacaunya tulisan Jee (ᗒᗩᗕ)



...

Apakah ini saatnya aku untuk mundur dan..
Melepaskannya?

...

Keesokan paginya Haechan bangun dengan kepala yang pusing, ia menangis semalaman, untuk buku yang akan ia pinjamkan pada Jaemin, Haechan beralibi agar Jaemin mengambilnya besok saja karena Haechan masih dirumah orang tuanya dan syukurnya Jaemin tak banyak bertanya dan mengiyakan hal tersebut.

Mencoba bangkit, Haechan bertumpu pada meja di samping kasur, kepalanya benar-benar pusing juga bibirnya yang kini pucat pasih, dari kemarin pagi menjelang siang sampai pagi kembali Haechan sama sekali tidak keluar kamar. Mark sudah mengetuk pintu tersebut beberapa kali di jam jam tertentu, begitu pula dengan Mina, namun nihil Haechan sama sekali tak menggubris keduanya.

Membuka pintu kamar miliknya, Haechan ingin mengambil air, tenggorokannya sakit juga Haechan rasa suaranya nyaris hilang karena menangis. Mengambil semangkuk es batu untuk mengompres matanya yang sudah pasti sembab.

Menenggak dengan rakus air yang ia ambil dari lemari pendingin ketika sudah sampai dapur, Haechan memejamkan matanya ketika rasa mual ia rasakan. Ia belum makan, perutnya kosong dan segera meminta untuk diisi. Namun suara langkah kaki yang mulai mendekat membuat Haechan dengan terburu mengambil mangkuk berisikan es batu juga botol minum yang sudah ia siapkan tadi.

"Haechan..", panggilan tersebut tak Haechan indahkan, ia tetap berjalan meninggalkan Mark yang ia duga sehabis mengantarkan sepupunya itu pulang.

"Tunggu sebentar", Mark menahan pergelangan tangan Haechan, dari sorot mataya menunjukkan rasa bersalahnya. Haechan menanggapi hal itu dengan tertawa di dalam hati, tidak ada gunanya menunjukkan rasa bersalah jika mereka memang ingin melakukan hal menjijikan itu kan?

"Aku mau kemar Hyung"

Mark masih menahan pergelangan tangan Haechan, tidak membiarkan Haechan pergi, "kau belum makan sedari kemarin pagi, sekarang ayo makan"

"Tidak perlu, aku tidak lapar"

"Haechan!", Mark memanggil Haechan dengan suara beratnya, menunjukkan bahwa ia tak bisa dibantah sekarang. "Aku suamimu! Maka dengarkan aku", lanjutnya yang berhasil membuat Haechan menciut.

Menunduk, Haechan mengikuti arah langkah Mark yang membawanya duduk di depan meja makan mereka. "Makan ini, aku membelikannya tadi"

Haechan hanya diam, namun satu tetes air mata lolos dimatanya, yang lama-lama kina membanyak dan membanjiri pipi mulus milik pemuda manis itu. Haechan terisak sembari menunduk, masih dengan mangkuk berisikan es batu juga botol minum di genggamannya.

Mark yang melihat itu lantas mendekat, merengkuh tubuh bergetar Haechan, mengelus punggung tersebut membiarkan Haechan menangis karena ulahnya sendiri.

"Rasanya sakit hiks Hyung.. entah kenapa kenyataan ini membuatku sama sekali tak berdaya", Haechan menguatkan genggamannya pada botol minum yang tengah ia pegang.

"Jangan memberiku perhatian juga harapan palsu jika kau masih mencintai Mina Noona, kau melakukan itu padaku tapi juga padanya hiks", Haechan makin menangis di dalam dekapan Mark, Mark sendiri tak banyak berbuat karena ini sepenuhnya memang kesalahan dirinya.

"Maafkan aku"

Haechan menggeleng, membuat dirinya lebih masuk lagi kedalam pelukan Mark, memberitahukan pada suaminya itu bahwa ia benar-benar merasakan sakit dihatinya.

[END] 𝐆𝐮𝐚𝐫𝐝𝐢𝐚𝐧 𝐀𝐧𝐠𝐞𝐥 •𝐌𝐚𝐫𝐤𝐡𝐲𝐮𝐜𝐤• Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang