Ch. 27: One Last Time

754 61 5
                                    

Sudah seharian ini Riku mengelilingi tempat tinggal Hayato. Dari perpustakaan, tempat gym, ruang games, bioskop ala rumah, dan yang lain sebagainya. Bahkan ia tidak pernah tahu rumah Hayato memiliki kolam renang dan kolam ikan yang besar di halaman belakang—karena selama ini ia tidak pernah menemukan jalan ke sana.

Sebagian besar waktunya ia habiskan di ruang games. Ruangan itu sudah seperti timezone, bedanya ini bersifat pribadi. Ia bermain balap mobil dan lain sebagainya.

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul enam sore ketika jam pulang Hayato tiba. Riku mematikan permainan-permainan yang menyala, mematikan lampu lalu segera keluar kamar. Sebentar lagi sang tuan rumah akan segera kembali dan ia berniat untuk meneruskan pembicaraan siang tadi. Ia akan memarahi Hayato habis-habisan jika pemuda itu benar-benar berniat mengusirnya.

Pintu ruang tamu akhirnya terbuka, menampakkan Hayato yang baru saja masuk. Nona Seo dan para pekerja lainnya juga sudah menanti kepulangannya, memberi salam sejenak sebelum kembali melanjutkan tugasnya.

"Tumben sekali kau menungguku?" tanya Hayato dengan satu alis terangkat. Ia melepaskan jas yang membalut tubuhnya lalu menggantungnya di sebuah gantungan di sebelah pintu.

"Aku masih kesal untuk masalah siang tadi," sahut Riku bersedekap dada.

"Kukira kau bersenang-senang di sini?" sahut Hayato seraya terkekeh. Pemuda tinggi itu berjalan ke arah kamarnya dengan Riku yang mengekorinya.

"Y-yah, aku bersenang-senang, tetapi bukan berarti aku sudah tidak kesal denganmu!" seru Riku yang kini mulai menaiki tangga.

Mendengar itu membuat Hayato teringat akan sesuatu. Pemuda itu berhenti di tengah tangga, berbalik lalu menyodorkan sebuah berkas di tangannya—yang bahkan tidak disadari keberadaannya oleh Riku sebelumnya.

"Apa ini?" tanya Riku seraya menerima berkas itu. Ia membuka amplop coklat yang melapisi secarik kertas penuh tulisan di dalamnya. Matanya melebar tatkala kedua bola yang dapat menangkap pemandangan itu terhenti di bagian paling bawah kertas itu.

"Lunas?" ucapnya membeo. Hayato mengangguk sebagai jawaban, "Benar. Setelah makan nanti, aku akan mengantarmu pulang."

Tes.

Setetes air mata terjatuh begitu saja, memberi cetakan bulat yang basah di atas kontrak itu. Hayato yang melihatnya menjadi panik. Pemuda itu turun beberapa langkah, menyejajarkan tingginya dengan si pemuda pendek lalu mengusap air matanya yang terus menetes, "Kenapa menangis, hm? Bukankah ini yang selalu kau nantikan?"

"Aku ingin tetap di sini," isak Riku. Ia tidak dapat menahan air matanya yang mengalir begitu saja. Sentuhan hangat jari jempol Hayato juga membuat air matanya semakin deras, tidak siap jika ia akan segera berpisah dari pemuda tinggi nan tampan itu.

"Orang tuamu merindukanmu," ucap Hayato sendu. Ia mengusap air mata Riku untuk kesekian kalinya lalu beralih mengacak rambut pemuda itu pelan. "Kau terlihat seperti sedang menghampiri pemakamanku," canda Hayato dengan kekehan di akhirnya.

"Tidak lucu," ucap Riku. Pemuda itu mengusap air matanya dengan lengan bajunya sebelum menatap tepat ke mata Hayato dan berseru, "Setidaknya kau harus memberitahuku sehari sebelumnya, bukan mendadak seperti ini!"

Hayato meringis. "Baiklah, baik. Jadi, apa yang kau inginkan sekarang?"

"Beri aku waktu satu hari lagi. Setelah itu aku janji akan pulang," ucap Riku.

"Janji?" Hayato mengacungkan jari kelingkingnya, yang disahut oleh jari kelingking Riku. "Janji."

"Baiklah, tetapi kau harus mengabari orang tuamu dulu. Pakailah telepon rumah karena signal di sini kurang bagus."

[BL] Audi Me - Listen to Me 🔞 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang