Ch. 08: Troublemaker

1.8K 127 1
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore ketika Hayato menginjakkan kakinya ke dalam rumah. Nona Seo berdiri di sebelah pintu ketika Hayato pulang, menyambutnya yang baru saja tiba di rumah.

"Di mana anak itu?" tanya Hayato tanpa basa-basi lebih lanjut. Bagaimanapun, ia tidak boleh membuat anak orang sakit, bukan?

"Di kamarnya, Tuan. Saya juga sudah memanaskan makanannya dan sudah saya letakkan di meja di sebelah kamar tuan muda Riku, tetapi pemuda itu masih belum menyentuh makanannya," jelas Nona Seo.

Hayato mengangguk ngerti. "Aku akan mengurusnya. Engkau boleh kembali bekerja."

"Baik, Tuan," kata Nona Seo. Wanita itu pergi meninggalkan Hayato, melanjutkan pekerjaannya untuk mengawasi kinerja kerja pelayan-pelayan yang lain.

Hayato melangkahkan kakinya ke lantai dua dan berhenti tepat di depan kamar Riku. Ia mengambil makanan dari atas meja sebelum mengetuk pintu kamar itu.

"Aku tidak mau makan, Nona Seo."

Suara yang terdengar lemas tentu berasal dari ruangan yang pintunya belum terbuka itu. Hayato tidak lagi mengetuk, namun ia langsung membuka pintu kamar tersebut yang untungnya tidak dikunci.

Saat pintu terbuka, tampaklah Riku yang sedang berbaring membelakanginya, dengan menatap ke luar jendela dimana hutan tampak jelas terlihat. Selimut membungkus tubuhnya bagai kepompong yang hanya bersisa kepalanya saja.

Mendengar pintu kamar yang tertutup, Riku berteriak kesal tanpa membalikkan tubuhnya, "SUDAH KUBILANG AKU TIDAK MAU MAKAN, NONA SEO!"

"Aku bukan Nona Seo."

Suara Hayato yang datar berhasil mengejutkan Riku. Pemuda itu bahkan langsung menoleh dengan kedua matanya yang melebar, tidak lupa mengeratkan selimut yang sedang ia gunakan.

"A-apa yang kau lakukan di sini?"

Hayato mendengus tidak suka ketika Riku melayangkan pertanyaan itu. "Menurutmu untuk apa?"

"Ma-maksudku, apa yang membuatmu ke sini?" tanya Riku. Pemuda itu semakin mengeratkan selimutnya hingga menimbulkan beberapa lipatan kecil di sana.

"Menurutmu?"

Riku mendengus kesal. "Kalau kau berniat untuk membuatku makan, maka menyerah saja, karena itu jelas tidak akan berhasil."

"Oh, ya?" Hayato tersenyum miring. Ia berjalan mendekati Riku, membuat pemuda itu bergerak menjauhinya dengan susah payah.

Hayato meletakkan piring ke atas nakas sebelum duduk di sisi ranjang Riku, sedangkan pemuda itu berbaring di sisi lainnya hingga mendempet ke arah dinding.

"Ma-mau apa kau?!" Riku berseru ketika tangan Hayato mendekatinya. Lebih tepatnya, mendekati arah bawahnya, ke suatu tempat yang mirip dengan pipa.

Riku segera membalikkan tubuhnya, membelakangi Hayato agar pipanya tidak dilecehkan lagi.

Tapi sepertinya dugaannya salah.

"AKH!" teriaknya kesakitan ketika tangan Hayato malah menusuk-nusuk sesuatu di bagian bawah belakangnya yang masih berdarah malam tadi.

"Ampun! Ampun!" ringis Riku kesakitan. Pemuda itu berusaha menjauhkan tangan Hayato, yang sayangnya tidak berhasil karena tangannya masih sakit.

"AKKKKH! HENTIKAAAAN!" teriaknya kesakitan.

"Kau mau makan, tidak?" tanya Hayato dengan nada datarnya, yang langsung disambut teriakan Riku, "TIDAK!"

Hayato semakin menusuk-nusuk dengan kejam, dengan tempo yang lebih cepat dan lebih kuat. Usahanya tentu tidak akan berhasil maksimal bagi Riku karena selimut masih terbalut di tubuhnya, namun ia yakin apa yang ia lakukan sudah cukup untuk membuat pemuda itu mengaduh kesakitan.

[BL] Audi Me - Listen to Me 🔞 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang