Side Story 03: Atsushi

408 43 5
                                    

"Hayato, kami benar-benar hanya sebatas senior dan junior," jelas Riku untuk kesekian kalinya, namun kekasihnya itu benar-benar tidak memberi tanggapan apapun. Hayato hanya tetap diam tanpa berniat menyahut sedikitpun. Bahkan saat hendak tidur pun, tidak ada kecupan malam seperti malam-malam sebelumnya. Tidak ada pelukan hangat dari Hayato, maupun usapan kepala dari kekasihnya itu. Yang ada, Hayato tidur membelakanginya, membuat Riku benar-benar ingin nangis saat ini.

Riku melingkarkan tangannya memeluk punggung Hayato. Isakan kecil lolos dari bibirnya karena perlakuan dingin Hayato yang tiada henti. Ia akan lebih senang jika Hayato mengeluarkan suaranya untuk memarahinya dibanding diam seperti ini.

"Aku tidak berniat selingkuh. Aku hanya melakukannya demi mengumpulkan tanda tangan dengan lebih mudah," jelas Riku dengan isakannya yang tidak berhenti. Ia tidak ingin jika Hayato sampai membencinya, atau bahkan lebih parahnya, memutuskan hubungan mereka.

Hayato masih bergeming tanpa berniat menjawab. Riku semakin mengeratkan pelukannya, tidak ingin Hayato tiba-tiba saja menghilang dari tatapannya saat ia bangun besok.

***

Hal yang ditakuti Riku benar-benar terjadi. Pagi hari saat Riku membuka matanya, ia tidak menemukan Hayato di kamar mereka. Rasa panik menghampirinya. Ia sudah akan menangis ketika tiba-tiba saja pintu kamar mandi terbuka, memperlihatkan Hayato yang baru saja selesai mandi. Pemuda tinggi itu tersentak saat Riku tiba-tiba saja berhambur ke pelukannya seraya menangis, "Maafkan aku, Hayato."

Hayato menghela nafas lelah. Ia mendorong tubuh Riku agar berhenti memeluknya, menunjuk wajah Riku, "Aku memang marah padamu."

Riku menunduk. Seluruh tubuhnya bergemetar, jantungnya juga turut berdetak cepat. Tenggorokannya terasa begitu kering saat ia melontarkan kata-kata selanjutnya. "Aku benar-benar tidak selingkuh. Kami harus mengumpulkan lima puluh tanda tangan para senior, dan senior yang satu itu menawariku lima belas tanda tangan hanya dengan berkencan dengannya setelah event kemarin selesai. Aku benar-benar melakukannya karena tanda tangan dan tidak bermaksud lebih dari itu."

"Apa yang kalian lakukan kemarin?"

"Hanya menonton dan makan bersama, tidak lebih dari itu," cicit Riku pelan.

"Ia jelas tertarik denganmu. Bagaimana jika ia berbuat yang tidak-tidak terhadapmu? Kamu tidak memberitahuku apa yang terjadi, jadi bagaimana aku dapat menyelamatkanmu jika kamu berada dalam bahaya?" omel Hayato. Riku hanya terus menunduk. Ia tahu ia salah, namun ia juga bingung dengan apa yang harus ia lakukan.

"Kenapa kamu tidak memberitahuku saat aku meneleponmu kemarin?" desis Hayato, membuat air matanya kembali menggenang di pelupuk matanya. "Kamu pasti akan marah jika aku memberitahumu bahwa aku menerima tawarannya."

"Ya, aku pasti marah. Tapi, apakah kamu begitu tidak percaya denganku? Apapun emosi yang kurasakan terhadap suatu kasus, aku tetap akan mendengarkan alasanmu melakukannya dan mempertimbangkan lagi tindakanku berikutnya. Babe, saat ini kita bukan lagi individu yang terpisah. Kita adalah sepasang kekasih, yang artinya apapun yang kamu lakukan, kamu harus memberitahuku, begitu juga sebaliknya. Aku juga memberitahumu tentang Cecilia yang tidak berhenti menggodaku. Kenapa? Karena komunikasi itu penting dalam menjalani suatu hubungan agar tidak terjadi salah paham," ceramah Hayato mengungkapkan pemikirannya. Riku tertegun dengan ucapan kekasihnya itu. Ia merasa seperti anak kecil sekarang, dengan pemikiran yang tidak bijaksana itu.

"Lalu kenapa kamu begitu marah sampai tidak menanggapiku kemarin? Aku sudah menjelaskan bahwa aku tidak berniat selingkuh." Riku memberanikan dirinya bersuara. Bahkan suaranya terdengar begitu bergemetar, namun apa daya ia masih takut dengan Hayato yang sedang marah saat ini.

[BL] Audi Me - Listen to Me 🔞 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang