Ch. 23: Sorry

1K 76 3
                                    

"Ada apa ini?"

Kazu langsung memeluk Riku erat, merengek, "Jangan tinggalkan Kazu lagi."

Riku sedikit membungkukkan dirinya, menarik Kazu ke dekapannya, "Maaf. Perut Mommy sakit sekali tadi."

Kazu memeluk leher Riku erat, menenggelamkan kepalanya ke leher pemuda itu. "Mommy jangan sakit lagi," tangisnya.

"Apa yang terjadi, Kazu?" tanya Hayato menatap Cecilia dengan tatapan dinginnya. Wanita itu berdeham sebelum melanjutkan, "Aku hanya memperlihatkan kuku-kukuku yang berwarna-warni padanya, tetapi dia malah menangis."

"Yaudah. Kau boleh kembali bekerja," ucap Hayato. Setelah kepergian Cecilia, Kazu tetap enggan melepas pelukannya pada Riku, membuat pemuda itu mau tidak mau harus menggendong si kecil agar mereka dapat mendekat ke arah sofa.

"Mommy," panggil Kazu di tengah isakannya. Riku yang menyadari panggilan si kecil menyahut, "Hm?"

Hayato sudah duduk kembali ke kursinya. Ia meminum air dari gelas untuk memuaskan dahaganya setelah memberikan ceramah kepada karyawan yang bermasalah tadi, seraya menyimak apa yang hendak si kecil sampaikan.

"Kazu tidak ingin mempunyai adik."

Hayato menyerngit. Ia meletakkan kembali gelas ke atas meja, menatap si kecil dengan pandangan tanya, "Kenapa kamu tiba-tiba mengungkit ini, Kazu?"

"Kata nenek lampir, kalau Kazu memanggilnya mommy, dia bisa memberi adik untuk Kazu," ucap Kazu. Si kecil menarik nafasnya dalam sebelum berteriak, "TAPI KAZU TIDAK MAU!"

Teriakan Kazu yang tepat di telinganya membuat Riku tersentak kaget. Ia mengelus kupingnya yang berharga, berharap masih dapat tetap berfungsi dengan baik.

"Nenek lampir? Maksudmu tante yang tadi?" tanya Hayato. Kazu kini menoleh ke arah sang daddy, "Dia itu nenek lampir, Daddy! Kukunya panjang sekali dan berwarna-warni. Mama pernah memberitahu Kazu, katak yang berwarna-warni itu biasanya beracun dan berbahaya, makanya Kazu tahu bahwa nenek lampir tadi benar-benar berbahaya."

Hayato tertawa kecil mendengar penjelasan si kecil. Kini tatapannya beralih ke Riku, "Kenapa kau meninggalkannya tadi?"

"Aku sakit perut, tahu! Tadi aku hendak memberitahumu sebelum pintunya diketuk Cecilia, ingat?" ucap Riku dengan wajah cemberutnya. Ia tidak ingin menjadi kambing hitam dari kasus ini.

Hayato menghela nafasnya kuat. "Baiklah. Kuharap kejadian seperti ini tidak akan terulang lagi."

***

Sudah satu jam berlalu sejak Edward tidak menemukan Carol di manapun. Ia mengusap rambutnya gusar, berharap dapat segera menemukan pemuda yang lebih pendek darinya itu. Matanya melirik kesana-kemari, namun tetap tidak membuahkan hasil. Hanya ada beberapa laki-laki di sana yang berusaha menggodanya, namun gagal karena Edward hanya terfokus mencari Carol.

Matanya terhenti ketika melihat seorang laki-laki yang hendak naik ke lantai atas, ke tempat di mana kamar-kamar berada dengan seseorang dalam rangkulannya. Tubuhnya kecil seukuran Carol, membuat jantung Edward berdetak kencang. Ia segera berlari mengejar mereka, bersusah payah melewati lautan manusia yang menghalangi jalannya.

Laki-laki dan pemuda itu sudah terlebih dahulu masuk ke dalam kamar saat Edward baru saja hendak naik ke tangga. Ia berlari secepat mungkin. Di lantai dua itu, hanya terdapat satu kamar dengan pintu tertutup, membuat Edward mudah menemukan keberadaan mereka.

Ketika Edward membuka pintu kamar itu, si laki-laki asing sudah melepaskan kemeja putihnya dan membuangnya ke tempat sembarang, bersedia melepaskan celananya. Sedangkan Carol, pemuda itu terlentang di atas ranjang, berusaha melepaskan kancingnya satu per satu.

[BL] Audi Me - Listen to Me 🔞 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang