Riku terus-menerus memerhatikan gerak-gerik wanita itu. Ia masih tidak bisa memercayai apa yang dilihatnya. Sedangkan wanita yang diketahui bernama Suni itu, ia tampak menyeka air matanya yang sempat menggenang.
"Nenek ... ia terjatuh dan tidak sadarkan diri begitu saja," isaknya. Hanami menepuk pundak Suni pelan, seraya menimang-nimang sang bayi yang sedang tertidur lelap.
Tak butuh waktu lama bagi Suni untuk menyadari kehadiran Riku dan Hayato di sana. Wanita itu tersenyum canggung, sebelum mulai bersuara, "Ini ...?"
"Ah, aku lupa kembali mengenalkan kalian. Ini Suni, cucu dari nenek. Jika kau masih ingat, Suni, itu putraku, Riku. Pemuda di sebelahnya adalah ..." Hanami menggantungkan kalimatnya sejenak, "teman Riku, Hayato."
Suni tampak terkejut mendengarnya. Wanita yang lebh tua lima tahun dari Riku itu bangkit, menghampiri adik-nya itu, "Lama tidak bertemu, Riku."
Riku hanya tersenyum canggung, enggan membalas ucapan ataupun uluran tangan Suni, membuat wanita itu menarik kembali tangannya. "Ah ... kau masih membenciku, ternyata."
Taro bersedekap dada, menatap Riku dengan tatapan mengintimidasinya, "Kamu sudah setua ini, namun masih suka menyimpan dendam, Riku? Lupakanlah! Semua itu sudah lama terjadi di masa lalu!"
"Lupakan? Semudah itukah kalian untuk melupakan kematian Suezo? Ia salah satu orang yang paling kucintai, tetapi sialnya ia malah meninggal di tangan orang yang kubenci!" seru Riku mengebu-ngebu.
"A-aku tidak bermaksud--"
"Tidak bermaksud, katamu?" Riku mendecih, "Pernahkah kau menunjukkan rasa sedihmu barang sedetik saja? Tidak! Apakah kau menangis tersedu-sedu hari itu? Tidak! Kau lebih buruk dari iblis, kau tidak pantas hidup di dunia ini!"
"CUKUP, RIKU!" bentak Taro murka. Riku kembali mendecih, "Apa? Aku salah lagi? Di mata ayah, aku hanya akan selalu salah, bukan?"
Hanami tampak menghela nafasnya. "Ibu tidak bermaksud membela ayahmu, namun kali ini kata-katamu terlampau kasar, Riku."
"Lalu apa? Kalian akan mengirimku untuk tinggal dengan Hayato lagi, sampai aku jera? Apa lagi alasan yang akan kalian berikan kali ini untuk membuatku pergi lagi? Well, meski kali ini mungkin aku akan pergi dengan senang hati. Apa kalian puas sekarang?" sahut Riku.
"Well, aku tidak mengatakan akan menyetujuimu untuk kembali ke rumahku," sahut Hayato dengan wajah datarnya. "Daripada kalian terus berdebat tanpa akhir yang jelas, kurasa ada baiknya jika kita membiarkan Riku dan Suni untuk berbicara empat mata."
"Berbicara? Aku tidak sudi," ucap Riku.
"Tapi aku sudi," ucap Suni menyela. "Kau tidak boleh terus mendendam kepadaku. Cepat atau lambat, aku akan segera pergi dari dunia ini. Aku harus menyelesaikan hal ini dengan damai, agar aku bisa meninggal dengan tenang nantinya."
"Woah ... aku tidak percaya kau mengancamku dengan kematian,"ucap Riku. Kali ini, Suni kehilangan kesabarannya. Wanita itu menatap tidak suka ke Riku, "Kau kira aku tipe orang yang menganggap remeh dengan kematian, jadi aku bisa dengan semudah itu bercanda dengan kematian? Aku tidak habis pikir denganmu!"
"Kalau bukan bercanda, apa itu namanya?"
"Cukup, Riku!" seru Hayato, Taro, dan Hanami bersamaan. Ketiganya melihat ke satu sama lain karena terkejut, sebelum akhirnya Hanami membuka suara, "Suni menderita Leukemia* dan saat ini sudah mencapai stadium tiga. Apakah kamu sudah mengerti maksud pernyataan Suni tadi?"
Riku terdiam cukup lama, mencerna kata-kata yang dilontarkan ibunya. Pemuda itu memilih untuk tidak menjawab lebih lanjut.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Audi Me - Listen to Me 🔞 [COMPLETED]
RomanceCerita ini dipindahkan dari akun @im_eryn , jadi ini BUKAN MERUPAKAN PLAGIAT. *** MATURE CONTENT 🔞 READ AT YOUR OWN RISK. GAY CONTENT. VULGAR WORDS. [COMPLETED] *** "Tolong ... lepaskan aku," Riku berujar lirih. Hayato sama sekali tidak memedulikan...