"Lepaskan aku! Lepaskan aku!" teriak Riku memberontak. Pemuda itu bahkan entah sudah ke berapa kalinya mencoba menendang Hayato, namun semua usahanya gagal begitu saja.
Hayato menariknya ke sebuah kamar di club lalu membaringkannya ke ranjang di sana sebelum mengunci pintu kamar itu.
"Lepaskan aku!" teriak Riku untuk yang kesekian kalinya, ketika Hayato mengunci pergerakan kedua tangannya. Air mata Riku kini mulai menetes. Seluruh tubuhnya gemetaran karena rasa takut yang kian melandanya.
"Mari kita membuat adegan seorang gay yang bercinta dengan jalang yang sesungguhnya," kata Hayato dengan nada yang dingin, dengan smirk di bibirnya.
[Warning: 18+]
"Apa yang—AKH!" Riku berteriak kencang ketika seluruh pakaiannya ditanggalkan secara paksa, membuat kain-kain itu robek.
"Hen-hentikan!" teriak Riku lagi ketika Hayato mulai meninggalkan beberapa tanda di bagian leher dan dadanya. Riku berusaha mendorong dan menendang Hayato, namun ia tidak sekuat pemuda itu. Kedua tangannya bahkan dapat ditahan dengan mudah oleh Hayato menggunakan tangan kirinya saja.
Alarm Riku berbunyi ketika telunjuk kanan Hayato bermain di sekitar lubang miliknya, membuatnya semakin berteriak kencang.
"He-hentikan—AAAAAKH!"
Jari itu menusuknya, membuatnya merasa sakit di bagian bawah. Jari terkutuk itu kemudian keluar dari tubuhnya, membuat Riku sedikit lega karena setidaknya ia sudah lebih aman sekarang.
Atau ternyata tidak, karena tiba-tiba saja sesuatu yang jauh lebih besar dan tebal menusuknya dari bawah, membuat air matanya kini mengalir dengan begitu derasnya.
"Akh! Hentikan itu," tangis Riku menahan rasa sakit yang teramat sangat di bawah sana. Ia tidak pernah sekalipun membayangkan ia yang dimasuki, bukan ia yang memasuki.
Dan ini pertama kalinya bercinta, dengan laki-laki pula!
"Fuck!" umpat Hayato, menikmati semua hal yang ia lakukan. Ia benar-benar benci dengan orang yang bermain hakim sesuka mereka, seperti Riku contohnya.
Ia benar-benar murka karena itu.
Mungkin kalian bisa menganggapnya hal sepele, tetapi hal itu tidak sepele bagi Hayato. Semua orang memiliki perasaan yang berbeda, kau tahu?
"Tolong hentikan itu," tangisan Riku tentu tidak menghentikan apa yang dilakukan Hayato. Ia tidak peduli. Jika pemuda itu tidak memedulikan perasaannya, ia juga tidak akan memedulikan perasaan pemuda itu.
Apa yang kau tanam, itulah yang kau tuai.
Riku masih tidak berhenti menangis, bahkan setelah Hayato selesai dengan kegiatannya. Pemuda itu terus-menerus terisak.
Hayato mengeluarkan milik pribadinya dari lubang yang baru saja ia gali semakin dalam itu. Tepat di saat itu pula, cairan putih keluar dari sana, diiringi dengan cairan berwarna merah; sperma dan darah.
Hayato melepaskan cengkramannya sebelum beralih mencengkram rahang Riku dengan keras.
"Aku paling benci dengan orang yang menghakimiku."
Hayato melepaskan cengkraman itu. Ia memakai kembali pakaiannya dan keluar dari ruangan begitu saja. Ia bahkan tidak menoleh sedikitpun kepada Riku.
Hayato membayar biaya kamar sebelum kembali ke tempat berkumpulnya tadi, dimana Edward masih menunggunya di sana, tetapi tidak dengan Baby Boy.
Riku menangis. Ia tidak perawan lagi. Ia tidak pernah ingin diperlakukan begitu, apalagi dengan orang yang tidak ia cintai.
Ia menangis dalam ruangan itu untuk waktu yang lama, tetapi ia sendiri tidak tahu berapa lama. Ia mengusap air matanya pelan. Ia akan berjalan pulang sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Audi Me - Listen to Me 🔞 [COMPLETED]
RomanceCerita ini dipindahkan dari akun @im_eryn , jadi ini BUKAN MERUPAKAN PLAGIAT. *** MATURE CONTENT 🔞 READ AT YOUR OWN RISK. GAY CONTENT. VULGAR WORDS. [COMPLETED] *** "Tolong ... lepaskan aku," Riku berujar lirih. Hayato sama sekali tidak memedulikan...