Ch. 22: Anger

1K 81 4
                                    

"Yamada, bisa kau pasingkan tissue?" pinta Carol tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya. Yamada yang notabenenya duduk di seberang pemuda itu, yang sama jauhnya dengan keberadaan tissue, menyerngit bingung. Bukankah keberadaan Edward yang duduk di sebelah Carol merupakan tempat terdekat dengan tissue saat ini?

"Biar aku saja," ucap Edward menyela. Pemuda itu mengambil secarik tissue dan memberikannya kepada Carol, yang disambut pemuda itu tanpa berkata apapun.

Alunan lagu Candy yang dinyanyikan oleh Baekhyun dari EXO menyapu ruangan cafe itu. Beberapa orang tampak ikut bernyanyi kecil, sedangkan yang lainnya tampak bercanda dengan teman-teman mereka.

Seraya menunggu makanan yang sudah mereka pesan tadi, Carol dan Yamada tampak sibuk dengan ponsel mereka, tidak seperti biasanya. Lebih tepatnya, Yamada memang selalu pendiam dan lebih sering bermain ponsel, tetapi tidak dengan Carol. Semenjak ciuman itu, Carol lebih sering mendiamkan Edward, tidak seperti dirinya yang dulu yang selalu bercerita tiada henti.

Pintu cafe yang terbuka berhasil menyita perhatian Carol dan Yamada. Hayato berada di sana, dengan seorang pemuda asing beserta seorang anak kecil di antara mereka yang tengah menggandeng tangan kedua pemuda itu. Ketiganya masuk dan duduk di meja yang sudah terlebih dahulu diduduki oleh tiga orang di sana.

Hayato menempatkan Kazu di sebelah Yamada. Ia mempersilakan Riku duduk di sebelah Kazu. Sedangkan dirinya sendiri, ia mengambil duduk di sebelah Edward yang duduk di hadapan Kazu.

"Halo, Paman," sapa Kazu kecil menampilkan deretan giginya.

"Siapa?" tanya Carol dengan pandangan tanyanya, menatap ke arah orang yang datang bersama Hayato.

"Kau tidak mengenal Kazu?" cibir Hayato. Hayato sudah berulang kali memberitahu ketiga temannya mengenai keponakannya yang satu itu, kenapa mereka masih bertanya?

"Maksudku, dia," ucap Carol menunjuk ke arah Riku, membuat pemuda yang ditunjuk ikut bingung. Pasalnya, ia tidak pernah bertemu mereka.

"Lama tidak berjumpa, Riku," sapa Edward, menjulurkan tangannya, "namaku Edward."

Riku tampak bingung dengan cara Edward mengetahui namanya, namun ia tetap menyambut uluran tangan pemuda itu, "Riku."

"Mungkin kamu lupa. Kita pernah bertemu di gay bar," jelas Edward. Riku tampak berusaha mengingat, namun ia tidak mengingat menemui pemuda itu di sana.

"Aku juga yang sudah memperbaiki ponselmu," jelas Edward.

"A-ah, terima kasih."

Kali ini, giliran Yamada yang menjulurkan tangannya ke Riku, "Yamada."

Riku menyambut uluran tangannya, "Riku."

Setelah Riku melihat wajah Yamada begitu lama, ia merasa wajah pemuda itu tampak tidak asing. Menyadari Riku memandangnya lama, Yamada kembali bersuara, "Kakaknya Yui."

Ah, ternyata.

Riku menatap ke arah Carol dengan pandangan tanya, namun pemuda itu tidak menatapnya balik. Ia hanya fokus dengan benda elektronik berbentuk persegi panjang di tangannya.

"Namanya Carol," jelas Edward berusaha memecah suasana yang mendadak canggung. Riku hanya mengangguk pelan dengan senyum di wajahnya yang dipaksakan.

Huwaaaa ... aku ingin pulang saja, batinnya berteriak.

"Kau tidak sekolah?" tanya Yamada ke arah Riku. Belum sempat Riku menjawab, Hayato sudah terlebih dahulu menyela, "Aku melarangnya ke sekolah."

"Kemarin mommy bermain dengan Kazu, jadi mommy capek," ucap Kazu menambahkan. Yamada hanya mengangguk paham mendengarnya.

[BL] Audi Me - Listen to Me 🔞 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang