Hayato menggeram kesal tatkala Beni melapor padanya bahwa Riku tidak ditemukan di tempat yang disebutkan oleh pemuda asing dari sambungan telepon tadi. Meskipun ia melarang kedua orang tuanya mencari anaknya, tetap saja ia bertanggung jawab menjaga Riku agar aman.
Ia menelepon dan menelepon lagi ke ponsel Riku, namun tetap tidak terhubung.
Seharusnya ia melarang Riku ke tempat lain setelah selesai sekolah, tetapi ia lupa. Maka sekarang, mau tidak mau ia harus menyelidiki keberadaan Riku lagi, dengan melacak ponselnya.
Ia mendekatkan ponselnya ke telinganya. Terdengar suara berdering sebelum akhirnya sebuah suara menyahutnya dari seberang sana, "Yoshi menjawab. Ada apa, Tuan Muda?"
"Aku ingin kau melacak keberadaan ponsel seseorang," sahut Hayato dengan nada yang dalam.
***
Kaito menyelimuti tubuh Riku yang hanya bergeming di atas kasur. Kemudian, ia duduk dan mengeluarkan ponselnya. Tepat saat itu, Hayato mendobrak masuk ke kamar itu begitu saja.
"Siapa kau?!" seru Kaito dengan wajah tidak senangnya.
"Hayato, wali Riku," jawab Hayato dengan wajah beserta nada yang datar, tanpa merasa bersalah sedikitpun.
"Wali?" tanya Kaito dengan alis berkerut. Ia tidak pernah tahu Riku memiliki wali.
"Di mana Riku?" Bukannya menjawab pertanyaan Kaito, Hayato malah melemparkan pertanyaan lain.
"Kau tidak berniat bertanya siapa aku?" tanya Kaito kesal.
"Di mana Riku?" tanya Hayato dengan mengabaikan pertanyaan Kaito, lagi. Matanya menjelajah ke setiap sudut ruangan, dan tepat saat matanya mengarah ke kasur di pojok ruangan, ia menemukan Riku sedang tertidur di sana.
"Tidak bisakah kau menjawab—he-hei! Mau ke mana, kamu?!" seru Kaito saat Hayato langsung berjalan melewatinya, ke tempat Riku. Hayato menyentuh dahi Riku dengan punggung tangannya. Panas, itulah yang ia rasakan.
"Aku yang akan mengurusnya mulai dari sini, kau pulanglah."
"Siapa kau—he-hei! Lepaskan aku!" seru Kaito saat para bodyguard Hayato menyeretnya keluar.
Hayato melirik salah satu bodyguard-nya, sedangkan yang dilirik hanya gelagapan saat mendapat tatapan tajam itu. "Tunggu apa lagi? Gendong dia!"
"Ba-baik, Tuan!"
***
Riku mengerang pelan, tanda bahwa ia sudah mulai sadar dari pingsannya. Matanya menerjap pelan sebelum menyadari keberadaannya sekarang. Di ruangan bercat putih, kamarnya di rumah Hayato.
Tunggu, di kamarnya?
Pemuda itu segera terduduk membuat kepalanya terasa sedikit pusing. Ia berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi, namun yang ia ingat hanyalah bahwa terakhir tadi ia sedang bersama Kaito. Tidak mungkin, 'kan, sahabatnya itu membawanya pulang ke sini? Pasalnya, ia tidak pernah memberitahu Kaito tentang masalah ini, bahkan ia sendiri juga tidak tahu alamat lengkap rumah ini.
Tok! Tok! Tok!
Pintu kamarnya diketuk secara tiba-tiba, membuatnya sedikit terperanjat. Tidak lama kemudian, terdengar suara Nona Seo yang berasal dari balik pintu yang masih tertutup itu, "Riku? Aku izin masuk. Jika tidak ada jawaban dalam lima detik, aku masuk."
"Y-ya! Masuk saja!"
Nona Seo membuka pintu kamarnya perlahan lalu menghampirinya yang masih terduduk.
"Apa kamu sudah merasa baikan, Riku?" tanya Nona Seo. Wanita berusia 35 tahun itu meletakkan segelas air dan piring kecil yang sudah diletakkan pil berwarna oranye di atas nakas sebelum mengambil selembar kain basah yang sudah mulai mendingin dari atas selimut yang menyelimuti tubuh Riku. Pemuda itu bahkan tidak sadar, sejak kapan kain itu di sana.
![](https://img.wattpad.com/cover/246081088-288-k22872.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Audi Me - Listen to Me 🔞 [COMPLETED]
RomanceCerita ini dipindahkan dari akun @im_eryn , jadi ini BUKAN MERUPAKAN PLAGIAT. *** MATURE CONTENT 🔞 READ AT YOUR OWN RISK. GAY CONTENT. VULGAR WORDS. [COMPLETED] *** "Tolong ... lepaskan aku," Riku berujar lirih. Hayato sama sekali tidak memedulikan...