Ch. 30: Regret

677 62 1
                                    

Jari-jari Yoshi mengetik sandi dan kode-kode lainnya dengan cepat di komputer sekolah, lalu segera membuka kembali rekaman CCTV di depan kelasnya. Ia memutar kembali waktu tersebut hingga ke saat Tatsuo dan teman-teman sekelompoknya melewati kelasnya. Dari sanalah Yoshi mengikuti jejak Tatsuo, hingga menemukan bahwa Riku memasuki salah satu toilet di sana, yang posisinya lumayan jauh dari kelas mereka. Riku belum keluar dari sana saat Tatsuo bersama teman-temannya menyusul pemuda itu. Bahkan setelah kelima orang itu keluar, tidak ditemukan tanda-tanda bahwa Riku keluar.

"Bagaimana kau bisa mengakses rekaman CCTV?" Itu suara Kaito yang terkejut. Kaito diam-diam mengikuti Yoshi tanpa pemuda itu sadari.

Tanpa berniat menjawab pertanyaan Kaito, Yoshi hanya berucap singkat, "Aku menemukan Riku."

Kedua orang itu segera berlari ke toilet yang dimaksud. Betapa terkejutnya mereka saat asap putih menggumpal langsung menyerang indera mereka tepat ketika pintu terbuka.

"Riku!" teriak Kaito, namun tidak mendapat balasan dari pemuda yang dipanggil. Semua pintu bilik berhasil dibuka dengan mudah oleh Yoshi, kecuali pintu di paling ujung.

Tanpa basa-basi lagi, Yoshi mendobrak pintu itu dibantu oleh Kaito. Pintu tersebut akhirnya terlepas dari dinding, menampilkan Riku yang terduduk lemas di lantai.

"Riku!" seru Kaito. Yoshi dan Kaito segera membopong tubuh lemah Riku ke UKS. Sialnya, perawat di UKS menyatakan bahwa Riku sudah terlalu lama menghirup gas beracun itu, menyebabkan harus segera dipindahkan ke rumah sakit.

Sementara Kaito mengurus kepindahan Riku ke rumah sakit—yang disusul dengan kedatangan Yui setelahnya, Yoshi mendial nomor seseorang yang merupakan atasannya.

***

Melihat perilaku dan tingkah laku yang dilakukan Edward terhadap Carol membuat Hayato semakin yakin bahwa dugaannya benar. Ia bahkan tersenyum simpul.

Ponsel Edward berdering setelahnya. "Yamada," jelas Edward sebelum menyahut, "halo?"

Hayato dan Carol hanya ikut menyimak obrolan yang akan dilontarkan Edward selanjutnya, namun tiba-tiba saja Edward menoleh ke arah Hayato dengan dahi berkerut, "Apa yang terjadi dengan Riku?"

Kini dahi Hayato ikut berkerut. Ia segera mengeluarkan ponselnya untuk mencari tahu apa yang telah terjadi, namun siapa sangka bahwa Yoshi sudah mencoba menghubunginya lima kali?

Oh, salahkan dirinya yang lupa bahwa ponselnya telah di-silent.

Belum sempat Hayato mencoba menghubungi Yoshi, panggilan telepon dari pemuda itu sudah kembali masuk.

"Halo?" sahut Hayato setenang mungkin, walau ia juga merasa was-was jika sesuatu yang buruk telah menimpa Riku.

"Yoshi melapor, Tuan Muda. Riku saat ini sedang berada di rumah sakit akibat keracunan gas putih yang berbahaya," jelas Yoshi.

"Jelaskan lebih banyak agar saya mengerti!" amuk Hayato dengan nada kesalnya. Tidak bisakah Yoshi memberikan penjelasan yang lebih mendetail?

"Semua ini terkait dengan Tatsuo dan teman-temannya. Bukti-bukti juga sudah—"

"Yoshi, temui aku sekarang," ucap Hayato dengan penuh penekanan di setiap katanya. Bertepatan itu, panggilan telepon Edward juga sudah berakhir.

"Hayato, Yamada tidak akan datang karena ia baru saja mengantar Riku ke rumah sa—hei! Aku belum selesai berbicara! Kau mau ke mana?" seru Edward saat Hayato pergi begitu saja, meninggalkannya berdua dengan Carol.

"Kurasa tanpa ia sadari, Hayato sudah terlanjur sayang dengan bocah itu," celetuk Carol, yang diangguki oleh Edward.

***

[BL] Audi Me - Listen to Me 🔞 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang