Ch. 36: Make Love

940 59 1
                                    

Sudah dua minggu lamanya sejak mereka kembali bersama di rumah yang mewah itu, namun selama itu jugalah belum ada hal-hal istimewa yang terjadi antara Hayato dan Riku. Apalagi, akhir-akhir ini Hayato kerap pulang larut dikarenakan ada sedikit masalah yang harus ia tangani di Aiolos sesegera mungkin. Setiap pemuda itu pulang, para penghuni rumahnya juga sudah tertidur lelap di kamarnya.

Hayato yang baru saja tiba di rumahnya, melirik jam bulat yang tergantung di dinding.

Pukul sebelas malam.

Sudah jelas ia tidak memiliki waktu bahkan hanya untuk sekedar menyapa kehadiran mereka.

"Hayato ...."

Suara lemah itu berhasil menghentikan langkah kaki pemuda tinggi itu saat melewati ruang tamu. Ia melihat ke segala arah, namun tidak melihat keberadaan dari pemilik suara itu.

Sepasang tangan tiba-tiba saja memeluk dirinya dari belakang, sempat membuatnya tersentak sejenak. Ia masih tidak berkata apa-apa hingga pemuda lebih pendek di belakangnya itu memutuskan untuk bersuara, "Ayo, kita bermain di ruang bermain-mu lagi."

Kedua pupil Hayato membesar mendengarnya. Dengan sigap, Hayato melepaskan pelukan itu dan membalikkan tubuhnya. Pemuda yang akhir-akhir ini tidak sempat ia ajak bicara itu tampak berdiri dengan tubuh yang terhuyung-huyung, mata yang berkedip-kedip nyaris tidak dapat terbuka, serta bibir manis yang tersenyum lebar, menampilkan sederetan gigi putih nan rapi di dalamnya. Hayato mendengus tidak suka saat aroma alkohol menyeruak ke indera penciumannya.

"Kamu meminum alkohol, ya?" tanya Hayato memicingkan matanya. Sedangkan si tersangka hanya kian tersenyum lebar. Tanpa berniat menjawab pertanyaan si pemuda lebih tinggi, Riku menjinjit, mengalungkan tangannya ke leher lawan bicaranya itu, mencoba mendekatkan wajah mereka dengan susah payah.

"Kau mencoba menciumku, eh?" kekeh Hayato. Pemuda yang sudah kehilangan setengah kesadarannya itu masih saja mencoba menyejajarkan tingginya. Kerutan alisnya tampak kian jelas setiap ia mencoba jinjit ulang setelah terjatuh, apalagi Hayato kerap menghindar dengan cara memundurkan tubuhnya.

"Huft! Kenapa saran Yui susah sekali untuk direalisasikan, sih?" gerutu Riku dengan bibir yang mengerucut lucu. Sebelah alis Hayato terangkat. "Saran apa?"

"Itu salahmu, sih!" rengek Riku seraya memukul-mukul dada Hayato beberapa kali. Tangisan pemuda itu yang tiba-tiba saja pecah berhasil membuat Hayato kalang kabut, "H-hei, ada apa?"

"Kamu tidak pernah menganggap keberadaanku--hiks! Kamu hanya peduli dengan Kazu dan Aiko! Kamu hanya berbicara dengan mereka, tetapi tidak denganku! Hiks! Kenapa!? Bisakah kamu jelaskan, kenapa?"

Air matanya terus berderai, menemani aksinya yang tak juga berhenti memukuli dada sang pemuda lebih tinggi. Prihatin, Hayato menarik tubuh sang lawan bicara ke dekapannya, mengusap-usap punggung Riku pelan, "Maaf. Aku akan meluangkan lebih banyak waktu untukmu juga."

Hayato dapat meraskan gelengan kepala di dadanya. Samar-samar ia mendengar gumaman pemuda yang baru saja meminum alkohol itu, "Aku juga mau agar hubungan kita bisa ke tahap berikutnya, bukan hanya sekedar hubungan tidak jelas. Aku tidak menyukainya! Huweeeeeeee!"

Hayato tersenyum tanpa berniat melepaskan pelukannya. "Menurutmu, bagaimana agar hubungan kita dapat berjalan ke tahap berikutnya?"

Riku mengendikkan bahunya tanda tak tahu. "Yui menyarankan untuk make love ... ta-tapi kamu tidak mau! Huweeeeee! Hubungan kita pasti tidak bisa lebih dari ini--hiks!"

Yui sialan, gerutu Hayato dalam hati. Saat ia bertemu dengan adik dari sahabatnya itu kali berikutnya, ia akan menginterogasi gadis itu.

Hayato melirik jam di dekat tangga. Sudah nyaris setengah jam sejak perbincangan mereka dimulai, menunjukkan waktu yang sudah kian larut.

"Kamu sudah mabuk. Ayo, tidur."

"Tidak mau! Huweeeeee! Ayo, kita make love!" rengek Riku menarik-narik tangan Hayato, namun pemuda tinggi itu hanya bergeming di tempatnya.

"Kamu pasti benar-benar tidak mempunyai rasa terhadapku, bukan?" tanya Riku dengan mata yang berkaca-kaca. Pemuda itu baru saja hendak kembali menangis histeris saat Hayato tiba-tiba saja mendekatkan wajahnya, menyatukan bibir mereka secara instan. Kali ini, giliran Riku yang bergeming di tempatnya dengan kedua pupil mata yang membesar.

Senyum Hayato tercetak jelas di wajahnya setelah tautan bibir dua pemilik yang berbeda dilepaskan. Hayato menatap lekat wajah merah padam pemuda di hadapannya, mengacak-acak rambut lawan bicaranya pelan, "Aku tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama. Ayo kita lakukan saat hubungan kita sudah resmi nanti. Cinta tidak selalu harus dibuktikan dengan sex."

"Ayo, kita pacaran!" seru Riku bersemangat.

"Tidak sekarang, Tidak dengan kesadaranmu masih setengah-setengah ini."

Melihat Riku yang kembali menunduk, Hayato mengangkat tubuh pemuda pendek itu seperti karung beras, membuat yang diangkat terkejut.

"Ayo tidur. Jangan berpikir terlalu banyak."

***

Riku terbangun dengan kepala yang terasa berat. Samar-samar ia mendengar grasak-grusuk orang kelabakan.

"Ssssst! Jangan keras-keras, Kaito! Mommy dan Aiko masih tertidur," ucap Hayato setengah berbisik, memperingati. Riku mencoba duduk tepat setelah Kazu keluar, namun siapa sangka, Hayato masih di ruangan itu?

"Sudah bangun?"

Suara rendah Hayato berhasil mengejutkan Riku. Pemuda tinggi itu memegang kening Riku, memastikan tubuhnya tidak hangat. Riku merasa dirinya baik-baik saja, namun rasa hangat menjalar di seluruh permukaan wajahnya saat Hayato tiba-tiba saja memberi kecupan di dahinya.

"Jangan overthinking. Aku akan membicarakan masalah kemarin, nanti. Jangan minum alkohol. Aku akan menyuruh Nona Seo untuk mengantarkan sup untuk menghilangkan mabuk untukmu. Istirahatlah kalau masih pusing."

Riku menatap Hayato dalam diamnya, membuat Hayato menyerngit bingung. "Apakah ada yang aneh dengan tampilanku? Mengapa kau menatapku seperti itu?"

Riku menggeleng sebagai jawabannya. Senyumnya merekah setelah Hayato keluar dari ruangan itu.

Hayato yang dulunya berbicara seperlunya, kini berbicara panjang lebar karena dirinya.

Bolehkah ia merasa senang?

Sayangnya, senyum di bibirnya tidak bertahan lama. Cuplikan-cuplikan akan dirinya yang merayu Hayato dalam keadaan mabuk kemarin tiba-tiba saja bermunculan di pikirannya, bagaikan menonton film lama yang sungguh berkesan.

"Kau mencoba menciumku, eh?"

"Kamu tidak pernah menganggap keberadaanku--hiks! Kamu hanya peduli dengan Kaito dan Aiko! Kamu hanya berbicara dengan mereka, tetapi tidak denganku! Hiks! Kenapa!? Bisakah kamu jelaskan, kenapa?"

"Aku juga mau agar hubungan kita bisa ke tahap berikutnya, bukan hanya sekedar hubungan tidak jelas. Aku tidak menyukainya! Huweeeeeeee!"

Semburat merah menghiasi wajah Riku yang sedikit pucat pagi ini. Kamar Hayato yang tadinya terasa menggigil, kini terasa sangat panas. Jantungnya berdegup kencang tidak nyaman, apalagi saat sebuah kalimat yang ia lontarkan kemarin terus terngiang-ngiang di kepalanya bagai radio rusak.

"Tidak mau! Huweeeeee! Ayo, kita make love!"

Riku meringis. Bisa-bisanya ia berkata seperti itu. Ia tidak tahu bagaimana caranya menghadapi Hayato nanti.

Kini ia merasa sungguh menyesal sudah meminum alkohol itu. Meski di sisi lain ia senang Hayato dapat mendengar apa yang selama ini ia pendam, tetap saja, ia merasa sangat malu!

"Seseorang, tolong tenggelamkan aku hingga ke samudera terdalam, agar tidak ada yang dapat mencariku ..."

Bagaimana nasibnya saat Hayato pulang nanti?

***

23rd August 2021

Thankyou for waiting >.<

Published on: 23 Agustus 2021

[BL] Audi Me - Listen to Me 🔞 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang