[Warning: 18+]
"A-ah! Lepaskan aku!" teriak Riku. Air matanya kini menggenang, siap mengalir kapan saja. Sedangkan Hayato, lidah pemuda itu terus-menerus menyapu area leher Riku, membuatnya basah dengan air liurnya.
Riku terus berusaha mendorong, namun ia selalu gagal. Tangan Hayato yang semula bermain di kedua pentilnya, kini salah satunya telah berpindah ke kelamin Riku yang hanya bertutupkan boxer. Alhasil, kelamin Riku menegang, menerima rangsangan yang diberikan Hayato.
Wajah Riku langsung memerah, dan menjadi semakin merah tatkala Hayato mulai menaik-turunkan tangannya, mengelus tonjolan itu secara berulang, hingga suara desahan Riku terdengar.
"A-ah ..."
Hayato tersenyum miring. Ia melumat bibir Riku yang entah kenapa terasa begitu manis, lalu bergerak perlahan melewati leher ke dada kanan riku. Tangan kirinya masih sibuk bermain dengan pentil kiri Riku, sedangkan tangan kanannya kini menarik boxer Riku hingga memunculkan alat kelamin Riku yang sudah berdiri dengan perkasa.
Riku menggeliat pelan, berusaha terlepas dari kekangan Hayato. Kedua tangannya terikat ke atas sehingga ia tidak dapat lari dengan mudah. Kedua kakinya terbuka lebar dan terikat ke sudut ruangan dengan tali.
Ia tahu ini salah. Ia ingin sekali kabur dari sana, tetapi ia tidak bisa. Lagipula di sisi lain, alat kelaminnya telah ereksi sempurna akibat ulah Hayato. Bahkan, saat ini Hayato sengaja membiarkan alat kelaminnya itu tak tersentuh, menyebabkan Riku semakin merasa terangsang.
"To-tolong jangan hentikan itu ..."
Hayato tersenyum nakal mendengar lirihan Riku. Bukannya menurut, pemuda itu malah memilih melumat bibir Riku, membiarkan alat kelamin Riku menegang di sana.
"A-ah!" desah Riku saat Hayato dengan sengaja menggesek telapak tangannya di ujung alat kelamin Riku. Alat kelamin Riku juga mulai mengeluarkan sedikit cairan putih, walaupun gagal ia keluarkan semuanya.
Hayato mendapatkan ide yang lebih licik. Ia mengambil tali lainnya dan mengikatnya pada alat kelamin Riku yang menegang keras itu. Ujung tali itu ia ikat pada besi di atas ruangan itu, sehingga alat kelamin Riku benar-benar tertarik ke atas sekarang.
Oh, tidak lupa, ia mengambil nipple sucker dari salah satu laci di sana, lalu memasangkannya ke kedua pentil Riku. Alat itu akan bekerja seperti meremas dan menghisap dadanya, membuat Hayato yakin Riku akan terangsang.
Apalagi pemuda itu mudah sekali terangsang, tidak seperti yang ia bayangkan.
"Silakan menikmati hadiahku," kekeh Hayato. Pemuda itu mengecup bibir Riku sekilas sebelum meninggalkan Riku yang terus-menerus mengerang tidak tahan.
***
Hayato sedang berbaring di ranjangnya ketika panggilan telepon dari Edward masuk. Ah, iya. Ia lupa mengabari pemuda itu bahwa ia tidak jadi pergi ke gay bar hari ini.
"Kau sudah tiba?" tanya Edward di seberang sana setelah Hayato mengangkat panggilannya.
"Belum. Aku lupa memberitahumu bahwa aku tidak jadi ke sana hari ini. Maaf."
"Syukurlah, kebetulan hari ini Carlos menyuruhku membantunya di bar karena salah satu bartender-nya tidak bisa hadir karena ada urusan mendadak. Bagaimana kalau kita pergi besok?" tawar Edward.
"Boleh."
"Kalau begitu, jam sepuluh, ya!"
Tanpa menunggu jawaban Hayato, Edward sudah terlebih dahulu mengakhiri panggilan telepon itu. Hayato mendengus.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Audi Me - Listen to Me 🔞 [COMPLETED]
Lãng mạnCerita ini dipindahkan dari akun @im_eryn , jadi ini BUKAN MERUPAKAN PLAGIAT. *** MATURE CONTENT 🔞 READ AT YOUR OWN RISK. GAY CONTENT. VULGAR WORDS. [COMPLETED] *** "Tolong ... lepaskan aku," Riku berujar lirih. Hayato sama sekali tidak memedulikan...