"Edward."
Edward yang pada mulanya sedang fokus menyetir, menoleh sejenak ke pemuda di sebelahnya sebelum kembali memfokuskan pandangannya ke depan, "Hm?"
"Sejak kapan Hayato mengkhawatirkan orang yang berhutang padanya?" tanya pemuda dengan tubuh lebih pendek di sebelahnya. Sebelah tangannya bersandar di jendela, menumpu kepalanya yang sedang melihat ke arah luar mobil yang sedang melaju menuju ke rumahnya.
"Entahlah. Hal itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Ia tidak pernah tampak semarah seperti itu. Ia selalu tampak tenang dan dingin, dengan candaan yang keluar sekali dalam seribu tahun lamanya," sahut Edward mencoba melucu, namun sepertinya pemuda di sebelahnya itu tidak peduli.
"Apakah kau pernah bertemu orang yang bernama Riku itu?" tanya pemuda itu, Carol. Pemuda itu kini bahkan sudah mengubah arah pandangnya, yaitu menghadap ke arah Edward yang sedang fokus memerhatikan jalanan di depan.
Edward mengangguk. "Yah, sekali dan hanya sekilas. Itu terjadi saat di gay bar yang kusebut tadi."
Carol terdiam sejenak, mencerna kata-kata yang baru saja dilontarkan oleh pemuda tinggi yang sedang sibuk menyetir, sebelum kembali mengajukan pertanyaan lainnya dengan suara yang pelan, "Lalu ... apakah Hayato gay?"
Edward melirik sejenak ke arah Carol sebelum kembali fokus ke jalanan. Ia bertanya-tanya ke arah mana pembicaraan ini akan berlanjut. "Entahlah. Hanya saja, aku menduga Hayato telah melakukan itu pada Riku, tetapi aku tidak pasti. Firasatku mengatakan bahwa aku benar sebesar sembilan puluh persen."
Setelah Edward menyahut demikian, keheningan kembali melanda suasana mobil, apalagi mereka tidak sedang mendengarkan saluran radio manapun. Tanpa Edward ketahui, di bawah sana, kedua tangan Carol kini terkepal erat.
"Aku tidak suka."
Edward yang tadinya sudah terlanjut kembali hanyut dalam pikirannya, tersentak mendengar pernyataan Carol yang sungguh mendadak itu, "Eh?"
"Aku tidak suka," kata Carol mengulangi pernyataan yang ia lontarkan tadi.
Edward segera menepikan mobilnya, melepas seatbelt-nya agar dapat duduk dengan lebih nyaman dengan menghadap ke arah pemuda itu sebelum bertanya lebih lanjut, "Apanya?"
"Aku tidak suka fakta jika Hayato memang benar berbuat itu dengan Riku."
Edward terdiam dengan pernyataan Carol yang barusan, sebelum mencoba melucu untuk mencairkan suasana, "Kau cemburu karena kau telah jatuh cinta pada Hayato, ya? Hehehe."
"Ya."
Sahutan Carol barusan sungguh membuat Edward kehilangan kata-katanya. Matanya membulat dengan nafasnya yang tercekat, tidak lupa dengan bibirnya yang sempat terbuka sedikit sebelum kembali tertutup rapat, berusaha mencerna apa yang baru saja Carol ucapkan.
"Se ... rius?" tanya Edward pelan, masih dengan wajah terkejutnya. Bukannya anggukan, namun Carol malah memberikan tatapan tajam ke arah Edward.
Seriously? Setelah bertahun-tahun lamanya menjadi sahabatnya, Edward masih tidak tahu apa yang ia benci?
"Tidak. Kau lupa, aku tidak pernah suka dengan mereka yang gay karena aku merasa jijik melihatnya?"
Sedikit rasa lega terlepaskan dari nafas Edward yang cukup keras untuk terdengar, namun hal itu tidak sepenuhnya membuatnya merasa lega.
"Tidak ada yang salah dengan perasaan siapapun, baik itu perasaanmu ataupun perasaan mereka. Itu hak mereka untuk mencintai sesama, dan kau tidak ada hak melarang mereka. Jika kau merasa tidak nyaman, kau memiliki hak untuk tidak mengurus hal itu," kata Edward sambil menatap ke arah mata Carol yang masih menatapnya tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Audi Me - Listen to Me 🔞 [COMPLETED]
RomanceCerita ini dipindahkan dari akun @im_eryn , jadi ini BUKAN MERUPAKAN PLAGIAT. *** MATURE CONTENT 🔞 READ AT YOUR OWN RISK. GAY CONTENT. VULGAR WORDS. [COMPLETED] *** "Tolong ... lepaskan aku," Riku berujar lirih. Hayato sama sekali tidak memedulikan...