"Pelayan! Tolong tambahkan satu kare raisu!" seru salah seorang wanita dari meja bernomor lima belas.
Wanita itu tidak datang sendiri. Di hadapannya, terdapat seorang pemuda dengan setelan jas hitam layaknya seragam kantoran. Di hidungnya juga bertengger sebuah kacamata hitam dengan brand terkenal yang limited edition, hanya dijual sekali dan jumlahnya hanya lima puluh buah saja di dunia.
Taro yang mendengar seruan wanita itu segera bergegas ke arah dapur setelah sebelumnya menyahut, "*Hai!"
Pemuda dengan kacamata hitam itu duduk bersandar di kursinya. Lengannya bertengger di kedua sisi pegangan kursi, sedangkan kakinya ia silangkan. Kedua matanya tampak melirik kesana-kemari, sibuk mengawasi para pelanggan lainnya.
Walaupun restoran ini tidak seramai dulu, kondisi saat ini sudah lumayan membaik dibandingkan saat keluarga pengelola restoran ini berada pada masa krisis ekonomi terparah dalam sejarah hidup mereka.
"Jadi bagaimana penilaianmu, Tuan?" tanya wanita di hadapannya, menanti jawaban dari pemuda di hadapannya. Ia berani bertaruh ia akan mendapatkan jawaban yang memuaskan, melihat tempat ini sudah menjadi ramai kembali setelah dibantu dengan beberapa layanan iklan di media sosial.
"Bagus, Maya."
Bibir wanita itu merekah sempurna. Dalam beberapa waktu ini, ialah yang selalu dan lebih sering mengawasi perkembangan restoran ini.
Tidak berapa lama, Taro kembali dengan sepiring nasi dengan separuhnya dipenuhi kari. Makanan ini merupakan salah satu makanan khas Jepang yang cukup populer. "Silakan menikmati makanannya."
"Terima kasih. Jika anda mempunyai waktu, bolehkah saya berbicara dengan anda sejenak?" tanya pemuda dengan kacamata hitam itu. Pria paruh baya yang notabenenya merupakan ayah Riku itu tampak kebingungan, sebelum menunjuk dirinya sendiri dan bertanya, "Saya?"
"Iya, Anda."
Taro melihat ke sekelilingnya sejenak. Sepertinya ia bisa berbicara sejenak sebelum melanjutkan pekerjaannya.
"Boleh."
"Silakan duduk," ujar si wanita, mempersilakan pria paruh baya itu duduk di kursi di sana.
Meski canggung, Taro menempatkan dirinya di kursi itu. Ia terdiam dalam kecanggungan, namun kedua matanya terbelalak saat si pemuda melepaskan kacamata hitamnya.
"Ha-Hayato?!" serunya terkejut. Hayato tidak pernah datang ke sini, jadi ia tidak tahu bahwa pemuda berkacamata hitam itu merupakan penyelamatnya sampai si pemuda itu sendiri yang membuka penyamarannya.
Hayato terkekeh kecil melihat betapa lucunya reaksi ayah Riku. "Dari hasil pengamatanku, aku tahu restoran ini telah kembali berkembang pesat. Promosi telah dilakukan dengan baik, hanya saja ada sedikit saran yang ingin kuberikan. Ada baiknya jika anda mempekerjakan kaki tangan tambahan, karena jika anda terlalu sibuk mengurusnya sendirian, para pelanggan akan kehabisan kesabaran dan meninggalkan tempat ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Audi Me - Listen to Me 🔞 [COMPLETED]
RomanceCerita ini dipindahkan dari akun @im_eryn , jadi ini BUKAN MERUPAKAN PLAGIAT. *** MATURE CONTENT 🔞 READ AT YOUR OWN RISK. GAY CONTENT. VULGAR WORDS. [COMPLETED] *** "Tolong ... lepaskan aku," Riku berujar lirih. Hayato sama sekali tidak memedulikan...