5. Ikut

12.6K 841 25
                                    

"Tuan ini biodata Nona Amora"

"Hm"

Rezvan membaca biodata Amora dengan teliti dan hati-hati. Ia tak ingin melewatkan satupun informasi calon putrinya itu.

Saat pertama kali Rezvan melihat mata Amora ia tertegun. Mata Amora memikat bagi siapapun yang melihatnya.

"Perkenalkan saya Rezvan Salvatore. Saya ingin mengadopsi gadis yang bernama Amora Zelynda" ucapnya pada Ratih. Saat ini Rezvan sedang berada di Panti Asuhan Melati. Demi menjadikan Amora anaknya ia langsung bergegas menyiapkan segalanya, biasanya asistennya lah yang mengurus semuanya. Tapi kali ini ia ingin berusaha sendiri.

"Ah iya tuan, saya Ratih pemilik panti. Tuan mohon maaf sebelumnya, sudah banyak orang tua yang ingin mengadopsi Amora tapi Amora tidak mau"

"Saya tidak peduli. Tolong urus suratnya untuk saya" ucap Rezvan dingin.

"Tapi tuan, saya memang benar-benar tidak bisa. Keputusan ini harus disetujui juga oleh Amora. Saya tidak ingin dia bersedih tuan"

Rezvan tidak mempedulikan itu tapi dia malah bertanya hal lain, "Mengapa Amora selalu menolak untuk diadopsi?"

"Amora tidak ingin meninggalkan saya. Dia sedari umur 5 tahun memang sudah berada disini. Orang tuanya meninggal karena kecelakaan dan tidak ada keluarga terdekatnya jadi polisi mengirimnya kesini"

"Oh karena anda ya Amoraku tidak mau diadopsi. Kalau begitu bujuk dia. Dan sekarang urus suratnya. Jangan membantah!" Rezvan menatap tajam Ratih.

"Ba-baik tuan"

Amora baru sampai di panti diantar Annabeth. Amora lelah sekali, rasanya ia ingin tidur saja selama seminggu nanti.

Tepat setelah mengucapkan selamat tinggal pada Annabeth, Amora melihat di rumah pantinya itu banyak mobil-mobil berjejer rapi. Mungkin ada perlu dengan bunda pikirnya.

Amora berjalan sembari menggeret kopernya dengan malas. Ia sungguh tidak sanggup berjalan lagi. Amora dengan cepat menggeret kopernya untuk sampai ke dalam rumah.

Asisten Rezvan yang melihat nonanya itu menggeret koper dengan malas pun membantunya.

"Nona biar saya bantu, sepertinya nona kesulitan"

Amora menoleh dan memiringkan kepalanya, "Ah baiklah, Mora memang tidak sanggup lagi berjalan. Apakah paman bisa menggendongku juga?"

Marcus yang melihat Amora rasanya ingin mengarunginya dan membawanya pulang.

"Bisa nona ayo naik ke punggung saya" Amora hanya berdehem lalu menaiki punggung paman baik hati yang ingin menggendong nya ini.

Amora menempelkan kepalanya ke punggung dan memejamkan matanya.

Setelah sampai di pintu masuk Amora berteriak tanpa mempedulikan paman yang menggendongnya, "BUNDA! MORA PULANG NIH YUHUUUU" telinga Marcus berdenging.

"Paman turunkan Amora" Marcus menurunkan Amora. "Hehe makasih banyak paman"

"Sama-sama nona"

"BUNDA! BUNDA DIMANA?" teriaknya sambil mencari bundanya. Tapi yang ia lihat malah om yang waktu di Bali dan Lombok itu. Mata Amora melotot. APA YANG IA LAKUKAN DISINI?! teriak Amora dalam hati.

Amora buru-buru berbelok menuju tangga kamarnya. Tapi sebelum ia sampai Rezvan sudah menggendong Amora untuk kembali ke ruang tamu.

"Eh eh om aduh Mora ngantuk banget nih. Suwer deh" pekiknya. Rezvan hanya diam dan menaruh Amora di sofa. Rezvan duduk di seberangnya dan memperhatikan Amora dengan intens. Amora yang ditatap hanya menggedikkan bahunya dan memilih memejamkan matanya.

Amora ♕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang