13. Annabeth

8.5K 702 177
                                    

Semoga gak ada typo.

Selamat baca.

Semenjak Amora pindah ke Rusia, Annabeth sangat kesepian. Ia menjadi pribadi yang pendiam.

Tidak pernah terpikirkan olehnya bahwa Amora akan pergi meninggalkannya sendirian di sekolah ini.

Selama itu pula Arkan, Ervin, Mike, Raka, Marvin, dan Cavero menemaninya. Tetap saja rasanya sangat berbeda. Selain karena mereka itu laki-laki, dirinya juga belum terlalu mengenal mereka. Tapi selama ini pula mereka berusaha menemaninya, menghiburnya, agar tidak terlalu sedih.

Amora selalu membalas pesannya, menerima panggilan teleponnya, bahkan video call juga Amora terima dengan senang hati. Tapi rasanya itu tidak puas. Annabeth inginnya bertemu dengan Amora, memeluk Amora, berkeluh kesah dengan Amora, jalan-jalan dengan Amora. Semua. Semuanya Annabeth ingin.

Tapi Annabeth tidak egois dengan melarang Amora pergi dengan keluarga barunya. Amora juga berhak merasakan kasih sayang orang tua. Tapi arghh dirinya sudah rindu tingkat dewa dengan Amora huhuhu.

"Amora" Annabeth merengek di depan ponsel.

"Apa Tata kuh"

"Tata rindu banget ini, kangen banget ini, miss u banget ini huaaa"

"Gue juga rindu sama lo Ta, rindu rengekan lo, rindu liat muka lo kesel juga wkwkwkwk"

"Nah makanya sini main ih"

"Iya iya nanti gue bicarain ini dengan Daddy" Annabeth mengangguk. "Gimana sekolah lo disana?"

Annabeth memajukan bibirnya, "gak asik"

"Kok gak asik sih? Kenapa? Gue udah minta tolong sama Arkan dan kawanannya lho buat nemenin lo"

"Ih gamau sama mereka ah. Aku maunya sama kamu ihhh. Moraaaa sini ihhhh"

"Iya kan tadi gue bilang, nanti gue bicarain ini sama Daddy"

"Kalo gak boleh gimana? Kata kamu Daddy kamu itu posesif" Annabeth makin murung. Ia tahu betul bahwa Daddy baru Amora adalah orang yang posesif. Amora pernah menceritakan itu padanya.

"Tata, kok jadi murung?"

"Kalo Daddy kamu posesif berarti kamu gak boleh kesini Mora" Air mata Annabeth mulai menetes. Dirinya sedih sekali, ia sangat butuh Amora sekarang, ia ingin memeluknya.

"Hey jangan nangis cantik. Kalo gue gak boleh kesana ya gue kaburlah ya kali gue diem-diem bae" jawab Amora sambil menaik turunkan alisnya.

"Ih Mora mana boleh begitu, nanti mereka khawatir cari kamu. Nanti kamu juga di marahin lho"

Amora tertawa, "boleh lah Ta. Tapi kalau khawatir itu pasti dan kalau lo khawatirin gue bakalan diomelin sama Daddy itu gak mungkin sih. Gue cuma takut Daddy gue itu kumat dan menjadi ganas demi mencari gue Ta."

Di sana Amora sedang memikirkan apa yang terjadi bila ia hilang dari radar Daddynya itu. Bahkan tanpa memikirkan lebih detail saja ia sudah hapal bagaimana hasil akhirnya.

"Yah terus gimana dong?" Annabeth merengek lagi.

"Udah Ta selow. Kalau gak diijinin ya gue kabur. Udah itu jalannya titik gak pake koma"

"Kamu-"

"Stop jangan bilang hal yang sama lagi. Lagipula gue juga bakalan bujuk Daddy buat ngijinin gue kok" Annabeth mengangguk.

"Nah jadi lo di sekolah kudu semangat ya. Ceria lagi, gak boleh murung terus. Temen-temen sekelas ngerasa sedih juga tuh kalau lo sedih"

"Ih mereka sedih masa karena aku. Mereka sedih mah karena kamu lah, kamu kan kesayangan mereka"

Amora ♕Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang