"Baby wake up,"
"Eungh,"
Mata Amora berkedip mengumpulkan nyawanya. Lalu tatapannya jatuh pada laki-laki bernetra tajam, Amora tersenyum.
"Aku cuci muka dulu ya Zero,"
Zero mengangguk, "aku tungguin," Amora tersenyum lalu beranjak menuju kamar mandi.
Amora dan Zero sudah sampai di ruang makan. Mereka berdua menjadi sorot utama pada malam hari ini.
Ivander melihat raut wajah kedua cucunya itu. Wajah Zero malam ini terlihat menampilkan senyum kecilnya untuk Amora begitupun tatapan matanya yang menampilkan binar bahagia menatap Amora yang berada disampingnya. Sedangkan Amora terlihat tenang sambil tersenyum hangat menatap para Romano's.
Perubahan pada Zero membuat Ivander tersenyum haru. Cucunya yang tidak pernah bisa berekspresi lain selain datar dan matanya yang selalu menatap lawan bicaranya dengan tatapan dingin saat ini tengah menampilkan perubahan sedikit demi sedikit.
Jujur Ivander juga sedikit takut dengan keadaan Zero yang sedari kecil seakan tidak memiliki semangat hidup. Zero selalu melakukan apapun yang dirinya suruh, ia tidak pernah membantah. Mirip seperti robot.
"Malam semua," sapa Amora tersenyum hangat pada Romano's.
"Malam juga Sayang,"
Amora menolehkan kepalanya ke samping, menatap Zero yang kini juga sedang menatapnya.
Amora tersenyum, "ayo duduk." Zero hanya mengangguk.
Setelah selesai makan Amora dipanggil Ivander ke ruang kerjanya. Zero yang mendengar itu mendengus kesal menatap Opanya.
"Hanya sebentar Zero," ucap Ivander.
"Hm," Ivander terkekeh kecil dengan respon Zero.
"Aku ke ruang kerja Opa dulu ya Zero,"
"Ya, setelah itu temui aku,"
"Oke."
Letta yang melihat itu meneteskan air mata bahagianya. Zero, anaknya akan terus merasakan kebahagiaan bersama dengan Amora.
•
"Terima kasih Zelyn,"
Kata itu yang pertama keluar dari mulut Ivander semenjak memasuki ruang kerjanya. Ivander tersenyum tulus menatap Amora.
"Maaf Opa?" tanya Amora.
"Terima kasih mau mengerti Zero hari ini. Anak itu memang sedikit acuh, tapi Opa perhatikan saat bersamamu dia menjadi sedikit hangat dan ...tersenyum." ucapnya lagi dengan senyuman tulus yang masih melekat di wajahnya.
"Tidak perlu berterima kasih Opa, sebenarnya Mora juga sedikit tertarik dengan Zero," jawabnya tersenyum malu-malu.
Ivander terkekeh geli, "ah begitukah?" tanyanya menggoda Amora.
Wajah Amora memerah, dia mengingat pelukan hangat yang Zero berikan kepadanya tadi dan juga suaranya yang menjadi candu bagi Amora.
Ivander terus memberikan tatapan menggoda pada Amora. Ivander tahu betul Amora baru merasakan suatu perasaan asing yang hinggap dihatinya itu, sama seperti cucunya, Zero.
"Opa, hentikan!" jeritnya.
"Oke-oke," jawabnya yang tidak berhenti terkekeh sedari tadi.
"Opa, berhenti tertawa! Itu sangat menyebalkan. Kau ternyata sangat receh." cerocos Amora sambil mendengus kesal.
"Receh? Apa itu receh?"
"Orang yang memiliki selera humor rendah Opaaa,"
"Hahaha," Ivander malah tertawa semakin keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amora ♕
RandomAmora Zelynda. Gadis yang tinggal di Panti Asuhan Melati. Pintar, berbakat, cantik, dan istimewa. Orang tuanya meninggal akibat kecelakaan saat Amora berumur 5 tahun. Banyak orang tua yang ingin mengadopsinya dan menjadikan Amora anak, karena Amora...