[48]

1K 196 91
                                    

"Ah dia kakak ku!" Sahut seorang pegawai lalu menghampiri orang yang membuka pintu tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ah dia kakak ku!" Sahut seorang pegawai lalu menghampiri orang yang membuka pintu tadi.

[Y/n] cukup melirik dengan singkat lalu menghela nafas kasar.

Iri. Ia iri dengan kehangatan keluarga orang orang sekitarnya. Dirinya terlalu fokus dengan tujuan bahkan belum pernah merasakan kasih sayang dengan benar.

*Plak!

Jabami langsung memandang bingung dengan satu pegawai muda nya ini.

Punya bakat sih (dalam judi), tapi kelakuannya sering keluar dari jalur akhlak. Syukur saja orang yang membuat mental maupun akhlak [Y/n] ilang sedang cuti karna urusan keluarga.

Sedangkan di sisi [Y/n] yang hampir linglung dalam pilihan akan keluar dari keluarga. Menampar diri dengan keras entah di manapun itu memang solusi terbaik baginya.

"Nee [Y/n]-chan?"

"Uh ha'i?"

"Orang itu memandang mu terus." Ujar Jabami sambil menunjuk seseorang yang memakai masker.

"Ah?! Apa jam kerja saya sudah selesai?" Tanya [Y/n] sambil memandang ke arah jam.

"Ha'i! Sudah dari tadi." Sahut Jabami sambil tetap tersenyum.

"Kalau begitu saya pamit, terima kasih!" Ucap [Y/n] sambil pergi dari sana.

".... Bekas luka di kakinya itu.. Apa dia tak pernah mau periksa?" bisik pegawai di sana sambil memandang ke arah [Y/n].

Sementara di sisi [Y/n]

Ia memandang datar satu mahluk yang ada di depannya saat ini.

Si germaphobia akut
Atau orang yang sangat tergila gila dengan handzantitazer maupun alat pembersih lainnya, yang harus di akui sebagai sepupu jauhnya ini.

"Jadi?" Tanya [Y/n] datar sembari berjalan ke arah lain.

Sakusa pun menghela nafas saja sambil mengekori satu mahkluk yang selalu membuat dia bingung dengan tingkahnya.

Dari pertemuan pertama di mana [Y/n] dengan santai mengayunkan kapak ke pintu, tingkah absurd saat di rumah keluarga pun terkadang membuat beberapa orang heran sendiri.

"Karna kau benci di keramaian, ayo kita duduk di sana." Ucap [Y/n] sambil menunjuk sebuah tempat makan cepat saji.

"... Itu ramai."

"Aku tau."

"Kau bilang aku tak suka ramai."

"Emang."

"Lalu?"

"Aku ingin kau cepat to the point dan pergi dari sini. Sebelum ada yang lihat." Sahut [Y/n] sambil mulai memilih ingin pesan apa.

Silent Manager (Inarizaki x Reader)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang