(61)

1K 91 31
                                    

Pandangan mata [Y/n] menghela nafas dalam diam, kepalanya pusing dengan tingkah anzu dan berbagai tingkah lainnya yang bermunculan dalam pikirannya.

Bersikap biasa, berjalan dalam damai ke sekolah, tak ada yang buruk dengan semua kegiatan ini, bahkan kedamaian abadi dengan kicauan burung tampak menjadi musik yang sangat merdu di telinganya saat ini.

Aneh.

Apakah selama ini ia tak merasakan hal tersebut? Ah tidak tidak, masa iya sih, paling juga tau rasanya tapi kaga nyasar atau lupa. Pr aja bisa di lupakan apalagi perasaan damai kayak gini.

Gerbang sekolah mulai terlihat, tampak sudah banyak murid yang berkumpul sembari berbicara, meninggalkan [Y/n] diam termenung di depan gerbang yang terbuka lebar.

Detakkan jantung nya mulai menggebu gebu, dia salah dalam melalaikan tugas sebagai manager selama beberapa waktu dengan masalah personal, tetap saja meski begitu rasa bersalah tetap menjadi lingkaran aneh di benak nya.

Berbalik ke arah gymnasium, perempuan Asia itu mulai membuka pintu dan mendapati gymnasium yang kosong melompong.

Tak hanya gymnasium tetapi tiba tiba semua manusia yang baru saja bersuka cita bercerita tampak menghilang. Sebagai reaksi normal sudah pasti rasa terguncang tampak terasa, tangan yang gemetar mulai di paksakan mengepal, kaki yang gemetar langsung di paksakan berlari memasuki kelas dan membuka semua ruangan dalam cekatan.

Nihil. Tak ada satupun manusia atau hewan di sana, hanya ada kekosongan abadi.
.

.

.

.

Di saat dirimu berbalik, setelah berlari sekian lama, akhirnya kau menyadari sesuatu. Kau sepintar inikah? Kau Sejago ini kah dalam menjadi ahli taekwondo dalam kurun waktu yang singkat?

Apa kau punya teman?
Saudara?

Tidak.

Mimik wajah mu mulai berubah drastis menjadi panik, tangan mu mulai menjambak rambut mu sendiri dan membiarkannya terurai, wujud asli mu terungkap.

Seorang perempuan berwajah pucat dengan Saliva yang keluar dari mulut dalam jumlah yang tak kalah banyak.

Obat obatan mulai berjatuhan, sebuah narkoba yang kau konsumsi sebagai penenang batin mulai berjatuhan membuat mu terduduk dan mulai melahap semuanya satu persatu meski terlihat sebuah rantai tampak memaksa mu tak memakan nya lagi dan lagi.

Di sisi lain, dunia yang aslinya kau tempati, kota tempat mu tinggal, sebuah rumah sakit setempat tampak tengah mengerubungi tubuh Pasien perempuan yang mengalami kecanduan tingkat maksimal.

Para dokter maupun suster mulai menahan tangan dan kaki nya yang hendak memberontak dari terapi ini, pekikkan mulai terdengar dengan keras, sementara keluarga mu memandang dalam keadaan diam nan lelah.

Si ibu menangis dalam penyesalan, pelaku kali ini ialah sang ibu yang membuat sang anak mengalami trauma dan berakhir mengkonsumsi narkoba sebagai penenang hidup.

Si ayah menghela nafas dalam diam, putri tertua yang ia rawat dan manjakan jatuh ke dalam candu obat yang manis namun mematikan, rambut anak gadis nya rontok kian waktu.

Kini rambut nya tersisa setengah di bagian kiri kepala, tampak pupil matanya memutih, sang puan yang dahulu di kenal ceria dan sering bersosialisasi berubah menjadi sosok yang pecandu dalam gila.

Si adik yang gembul tampak diam melihat keadaan kakak nya kian hari kian memburuk.

"Pa, ma. Kenapa ga di biarkan saja? Rumah sakit cuma berjuang menyelamatkan nyawa nya tanpa tau rasa sakit nya akan lebih mendingan saat hidup atau mati kan?" Ujar si adik datar tanpa tangisan sedikit pun lagi.

Sudah setahun lamanya sang kakak terbaring di rumah sakit, entah apa yang ia pikirkan selama terbaring tak bisa apa apa, kini dia tengah mengalami fase gila nya lagi.

"Makanya apa ku bilang, dia di pukul sampai mampus, dia di bully sampai ga percaya dengan keberadaan Tuhan. Kau malah memarahi nya, dah lah. [Y/n] mati di kremasi atau apa beri tahu aja, warisan nya bisa di pakai untuk biaya penguburannya." Ujar Anas sambil mendorong kursi roda yang telah kosong.

Sang ibu kandung nya tiada tepat sehari sebelum [Y/n] mengalami kegilaan ini. Seolah menampar [Y/n] yang tengah terbaring dengan imajinasi nya di dalam sana, sang Tante langsung menampar anak ini untuk segera bangun dari khayalan nya.

Kembali ke sisi [Y/n] yang kini kondisi nya berantakan, bahkan di dunia nyata ia sampai memuntahkan kembali enzim yang ada di dalam perut nya, membiarkan perut itu kosong dan memang terpaksa di berikan infus nutrisi agar tetap sehat.

Di dunia yang kosong, terdapat cahaya dan kegelapan, pandangan mata datar dengan tubuh yang kembali ke posisi semula, sebuah tubuh penuh lebam dan luka, kelamin nya bahkan sampai mengalami pendarahan, bibir nya robek di sebelah kiri, bola mata kanannya hancur, dagu nya tergeser.

Sebuah kondisi tubuh yang kembali ke posisi awal langsung membuat perempuan itu kembali berteriak kesakitan dan tak memedulikan sekitar, netra matanya melihat ke arah sisi gelap, sisi yang memperlihatkan para anak anak inarizaki sedang berada di sana sembari melambai lambai penuh keriangan.

Dan di sisi terang tampak terdapat keluarga yang menunggu nya dalam ekspresi datar.

Puan yang telah hancur mulai bergerak ke sisi gelap, tak peduli dengan nurani yang ingin kembali ke pangkuan keluarga, sang puan dengan kaki yang pincang kini berlari ke pelukan sang kapten dan menangis keras di sana.

Memilih neraka dan terbakar di sana.

Di pelukan sang karakter impian nya, mengabaikan keluarga yang membuat nya merasakan semua ini.

'semua ini salah mereka.'

'aku tak salah'

Di sisi lain, tepat setelah pelukan di alam bawah sadar terjadi, tampak detak jantung pasien bernama [Y/n] kini berhenti, pergerakannya hilang, perlawanan nya pun melemah dan berkahir kaku.

Matanya yang memutih itu langsung tertutup kelopak mata, bau anyir yang pekat bersambung dengan bau melati. Badan nya mulai kaku dalam posisi aneh, membuat para perawat terpaksa meluruskan badan sang mayat supaya bisa muat ke dalam peti nantinya.

Mengabari ke keluarga korban memang sedikit tak mengenakkan

Keluarga yang menunggu nya selama 1 tahun tuk memberi permintaan maaf telah kandas dalam kehancuran, senyuman yang hendak menerima kabar bagus berubah menjadi menemukan kekesalan di kabar buruk. 

.

.

.


"[Y/n]! Ayo, kita jatuh bersama ke neraka." Ujar sang karakter impian mu dengan senyuman lembut, memeluk mu dengan kuat dan membawa mu jatuh ke jurang neraka yang dalam nan panas.

Kau tak bisa menolak, kau yang memilih maka kau yang harus bertanggung jawab.

Sebuah akhir yang buruk, namun apa lagi yang bisa di harapkan dari sebuah akhir?

Tak ada lagi, selain sebuah nisan di dunia nyata yang kini di penuhi bunga bunga rangkaian dari sana saudara yang mengasihi mu dalam diam dan malas mengungkapkan nya karna merasa tak perlu.

Teman mu yang pernah berada di sisi mu menatap datar nisan itu sebelum akhirnya pergi sembari melepas kalung yang mereka buat untuk berempat.

Kalung tersebut memang layak di lepas ketika salah satu menghilang.

Kini hubungan kalian berempat kandas, satu orang menghilang dam yang lain ikut menghilang dengan teman baru mereka.

Menyingkir kan rasa rindu yang tak amat dalam. Sosok yang paling merindukan mu hanyalah keluarga yang masih dalam keadaan berkabung.







Last and True End of Silent Manager

Terima kasih untuk yang tetap membaca book ini hingga akhir. Maaf dengan penulisan ku yang dulu nya atau bahkan sampai sekarang masih dalam tahap cringe, setiap orang masih dalam keadaan belajar, begitu pula diriku yang masih tahap belajar. Dengan ini saya umumkan silent manager resmi tamat.

Silent Manager (Inarizaki x Reader)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang