Masih di hari yang sama. Mata [Y/n] memandang curiga ke arah Anzu, meski hanya kecurigaan tanpa sebab tetap saja perasaannya sedikit kurang nyaman apalagi di saat yang sama ia di awasi oleh seseorang yang bernomer togel.
Meski nomer itu sudah di blok ada aja nomer lain yang datang.
Ga nyaman? Ya tentu lah. Emang ada yang nyaman jika di perhatikan terus menerus?
Gini gini [Y/n] tetap manusia meski sudah di latih keluarga yang mirip dajjal.
Rasa takut dan ga nyaman tentu ada dan bakal muncul di saat saat paling nyebelin.
'Aku pengen ga masuk sekolah hari ini padahal.' Batinnya lalu menempelkan kepala ke meja nya.
Lagi pula siapa sih yang ngestalk [Y/n]? Rupanya sudah mirip dengan kentang hidup kayak gini yang kalo di bikin time skip pun kayak nya ga ada beda.
Baru saja akan bangun lagi dari meja tiba tiba matanya menangkap sosok yang memotret kelasnya. Ah tidak di lihat dari pandangan [Y/n] tentu kamera itu terlihat sedang memotret nya lagi.
Entah itu paranoid atau bukan [Y/n] berdiri dari sana dan mulai mengejar orang tadi.
Saat di samperin itu hanyalah anggota fotografi yang berniat mendokumentasikan seluruh kelas saat pagi hari.
"A... Ah... Sumimasen.." Kata [Y/n] lalu membungkukkan badannya 90°.
"Ah tidak masalah. Ini biasa terjadi kok. Banyak yang menganggap ku penguntit" kata orang itu dengan muka pucatnya yang pasrah.
"Ah maaf sekali lagi, Akihiro-san!" Kata [Y/n] sambil pergi dari sana
[Y/n] menghela nafas capek saat kembali ke kelas. Mungkin karena rasa panik nya mulai terasa kembali setelah sekian lama.
Mata nya memandang sekitar dengan hati hati, jujur dia mulai merasa ga aman dan ga nyaman, sugesti tentang sang penguntit berada di dekatnya itu membuat dirinya merasa akan gila kapan saja.
"Aku ingin istirahat... Tapi jika aku istirahat rencana itu akan hancur.." gumamnya lalu kembali ke bangku. Tak memperhatikan Anzu yang menatap nya dengan penuh kehampaan.
'Kau yakin dia tak merahasiakan apa pun dari mu? Kau dan dia berteman kan kenapa kau ga tau apa apa tentangnya...' kata kata itu muncul terus bagai sebuah radio rusak.
Terdengar samar dan kurang jelas.
Anzu meneguk saliva nya dengan perlahan. Perempuan berambut aprikot itu sedang menahan diri untuk melempari berbagai pertanyaan ke [Y/n] yang tepat berada beberada baris dari bangkunya.
Rasanya dia baru saja akrab dengan perempuan asia tenggara itu beberapa hari, tapi beberapa hal yang seharusnya wajar di beri tahu kepada teman justru tak pernah keluar dari mulut [Y/n] sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent Manager (Inarizaki x Reader)✓
FanfictionOrang yang menyimpan misteri atau dendam di diri mereka sendiri memang terkadang susah di dekatin Tapi jika di tanya siapa yang lebih menyimpan misteri di antara orang yang senang tersenyum dan memiliki aura ketenangan atau orang yang pendiam dan m...