Pagi ini Darrel sudah siap dengan seragamnya. Sengaja ia bangun lebih awal karna ia tak mau terlambat untuk membawakan Elin sarapan. Kemarin Satpam rumah Elin bilang kalau gadis itu sakit akibat kehujanan dan keluarganya sedang tak ada dirumah jadi ia berinisiatif untuk merawat Elin.
"Bu Darrel berangkat ya."
"Tumbenan pagi banget, masih jam setengah 6 loh Rel."
"Iya Bu, Darrel mau ke rumah temen dulu soalnya dia lagi sakit."
"Ouh gitu yaudah hati hati ya!" Darrel menganggukan kepalanya lalu mencium tangan Ibu. Setelah itu ia berlalu menggunakan motornya untuk mencari penjual bubur terlebih dahulu.
Tak lama matanya melihat gerobak penjual bubur di pinggir jalan. Ia menghentikan motornya dan berjalan menghampiri.
"Mba buburnya satu ya, jangan pake pedes sama kecap."
"Baik Mas, ditunggu sebentar." Darrel menganggukan kepalanya. Ia terduduk sejenak sambil menyiapkan uang untuk membayar.
Tak lama bubur sudah siap. Ia memberikan uangnya dan berlalu menuju motor. Untung saja jalanan masih sepi, jadi lebih cepat untuk sampai.
10 menit terlewati dan akhirnya sampai dirumah Elin. Pak Satpam mengenali motor Darrel jadi ia langsung membukakan gerbangnya. Darrel berterimakasih lalu memarkirkan motornya.
"Elin nya ada kan Pak?"
"Ada Den, masuk saja didalam ada Bibi"
"Makasih ya Pak!" Darrel berjalan gontai untuk masuk. Pak Satpam pun sedikit kagum kepada Darrel karna menurutnya Darrel adalah anak yang sangat baik dan sopan.
Sesampainya di dalam. Ia bertemu pembantu rumah ini. "Assalamualaikum Bi saya mau ijin jenguk Elin."
"Waalaikumsalam iya silahkan Den, dari tadi Non Elin belum bangun Bibi gak tega bangunin nya."
"Makasih ya Bi!" Ia langsung berjalan menuju kamar Elin. Dengan perlahan ia membuka pintunya. Benar saja, Elin masih terlelap tidur. Ia menghampiri lalu mengambil kursi dan terduduk disebelah kasur Elin.
Darrel tersenyum tipis saat menatap Elin yang tertidur dengan damai. Wajah nya sangat polos, berbeda sekali saat ia sedang marah. Perasaan Darrel tak pernah goyah sedikitpun, bahkan seperti saat ini Elin ingin kembali dengan Aiden. Ia tak akan pernah berniat untuk meninggalkan gadis itu.
"Lin." Sebenarnya tak ada keberanian untuk membangunkan Elin dari tidur lelapnya. Tapi Elin juga belum sarapan.
Saat asik memandangi wajah Elin, ia melirik jam dinding. Sudah pukul 6 ia harus pergi ke sekolah.
"Linn lo cepet sembuh ya, gue sekolah dulu." Dengan perlahan Darrel menyimpan buburnya dan obat penurun demam yang ia bawa di atas meja. Ia memperbaiki selimut agar Elin tidak kedinginan. Setelah itu ia keluar dan menutup pintu.
"Bi Elin belum bangun, tapi nanti kalo udah bangun Bibi tolong kasih buburnya terus obatnya di minum ya."
"Baik Den."
"Makasih Bi, kalo ada apa apa telpon saya aja! Elin punya kok nomer hp saya."
"Iya Den." Setelah itu Darrel pamit dan berlalu pergi menuju sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alfarendra
Teen FictionDarrel Alfarendra~ Entah aneh ataupun tidak nyatanya ia sangat menyukai seorang gadis yang sama sekali tak menganggapnya Dimarahi, diusir, dibantah atau apapun itu ia selalu menerimanya dengan senyuman tipis, karna menurutnya ini adalah sebuah perju...