Setelah sampai di kamar. Elin langsung menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur. Ia menjadikan guling sebagai tumpuan dagunya.
"Lo bener-bener udah berubah Den!"
"Lo bener-bener udah lupain gue!"
Pertahanannya selalu hancur jika menyangkut tentang Aiden. Andaikan saja mereka tak memaksa Elin pergi ke butik. Mungkin akhirnya tak akan seperti ini.
Selama bertengkar. Elin sengaja tak mengeluarkan suaranya. Ia sadar pada akhirnya Stefi akan membuatnya merasa kesal. Jadi ia menahan diri terlebih dahulu.
Tapi saat Aiden membuatnya terjatuh. Ia merasa hatinya terpaku.
"ERGH!" Teriak Elin lalu terduduk dan melemparkan bantal kelantai.
Tiba-tiba pintu terbuka.
"Aku lagi pengen sendiri dulu Mah!"
"Kamu kenapa sayang? Ini Papah telepon katanya kangen sama kamu!" Sarah menyodorkan handphone yang masih terhubung dengan Daniel. Papahnya.
"Gak mau!"
"Elin sampai kapan kamu gini terus?"
Elin mendengus. Ia merebut handphonenya ditangan Sarah.
"Halo Pah?"
"Hai sayang, kamu apa kabar?"
"Elin baik- baik aja Pah, Papah tenang aja Elin gak akan pernah kangen sama Papah lagi kok jadi Papah bisa bebas kerja sepuasnya disana!"
"Elin kok ngomongnya git-
Tuut
Ia mengembalikkan benda itu kepada Sarah. Sarah menghela nafasnya. Entah harus bagaimana supaya Elin bisa memahami Daniel yang harus menetap di California untuk bekerja.
"Yaudah kamu istirahat ya!" Sarah mengusap rambut Elin. Ia melangkah pelan lalu menutup pintu kamarnya.
***
"Gue khawatir banget sama Elin," Gumamnya.
Benaknya langsung berbisik dan menyuruhnya untuk pergi menemui Elin. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 9 malam.
Tanpa ragu Darrel beranjak dari duduknya. Ia bergegas menggunakan jaket hitam lalu keluar dari kamarnya.
"Ibu Darrel tinggal sebentar boleh?" Tanya Darrel terduduk di samping Mila.
"Emangnya kamu mau kemana?"
"Darrel mau ke rumah temen Bu, sebentar aja."
"Yaudah gak papa, kamu hati-hati dijalan ya jangan kebut kebutan!" Perintahnya.
"Iya Bu," Darrel langsung mencium tangan Mila.
Rintik hujan menemani perjalanannya menuju rumah Elin. Tak sedikit orang juga yang berlalu lalang di jalanan ini. Matanya menatap pedagang martabak diujung jalan. Ia mengurangi kecepatan motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alfarendra
Teen FictionDarrel Alfarendra~ Entah aneh ataupun tidak nyatanya ia sangat menyukai seorang gadis yang sama sekali tak menganggapnya Dimarahi, diusir, dibantah atau apapun itu ia selalu menerimanya dengan senyuman tipis, karna menurutnya ini adalah sebuah perju...