JADIAN

129 5 0
                                    

"Ikut gue sebentar Lin!"

Setelah bel pulang menggema di SMA ini, Darrel lantas mengajak Elina untuk berbincang terlebih dahulu. Sebenarnya ia sudah tau tentang kejadian tadi, dan kali ini ia berniat untuk membahas masalah itu.

"Ada apa sih Rel?" tanya Elina dengan raut malas.

Darrel menghela napas. "Lo gak boleh kayak gini terus Lin!"

Elina mengerutkan dahinya. "Maksud lo apa sih?"

"Lo harus jauhin Aiden! Gue udah pernah bilang kan sama lo, lo gak boleh disakitin terus kayak gini!" tuturnya.

Tak ada jawaban dari gadis itu, membuat Darrel menatap wajahnya dengan intens. "Lin, gue mohon sama lo! Gue ngomong gini karena gue peduli sama lo!"

"Enggak Lin, bahkan gue udah suka sama lo!"

"Gak bisa Rel." Elina menggelengkan kepalanya. "Gue gak bisa jauhin Aiden, mau seberapa keras pun gue berusaha, hari gue belum bisa!"

"Terus mau sampe kapan lo kayak gini terus?" tanya Darrel.

"Gue gak bisa jauh dari dia."

Darrel menghela napas. Ia tak habis pikir dengan perasaan gadis itu. Entah bagaimana pikirnya karena terus mengejar lelaki yang selalu buat kasar pada dirinya sendiri.

"Lin tunggu!"

"Yaudah gue bakal bantu lo buat dapetin Aiden lagi."

"Lo harus buat dia cemburu sama Lo."







"ikut gue sebentar Lin!"

"Lo gak boleh gini terus Lin, Lo harus jauhin Aiden!"

"Gak bisa Rel, gue gak bisa!"

"Terus sampe kapan Lo kayak gini terus?"

"Gue gak bisa jauh dari dia."

Darrel menghela napas. Ia tak habis pikir dengan perasaan gadis itu. Entah bagaimana pikirnya karena terus mengejar lelaki yang selalu buat kasar pada dirinya sendiri.

"Lin tunggu!"

"Yaudah gue bakal bantu lo buat dapetin Aiden lagi."

"Lo harus buat dia cemburu sama Lo."

"Cari perhatian lo? Jangan belagu deh jadi orang!"

"Kenapa? Lo sirik? Mau coba rebut Darrel juga dari gue? Terus nanti apa kata orang lain, kalau lo pacaran sama berondong?"

"Lo kan gak suka kalau harga diri lo di pandang jelek sama orang lain?"

"Gila tuh cewek!"








Elin kini terduduk manis di kursi putih yang sudah tersedia disini. Suasana taman ini cukup indah walaupun berada di rumah sakit.

Ia menggaruk pelan sikutnya yang terasa gatal. "Awsh!" rintihnya.

Ia melipat jaket hitam yang masih terbalut di badannya. Luka goresan tertera disana, akibat kejadian tadi yang membuatnya terjatuh ke tepi jalan. Darahnya tampak menetes karena sempat ia garuk.

Alfarendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang