BERAKHIR

457 12 1
                                    


"Marsel?" tanya Elina saat tak sengaja bertemu lelaki itu di kafe red velvet.

Lelaki yang bernama Marsel itu menoleh ke arah Elina, ia lantas mengerutkan keningnya. "Eh, Elin? Lo Elina alumni SMP Pelita kan?"

Elina tersenyum. "Iya gue Elina, satu kelas sama lo waktu dulu!"

Marsel terkekeh. "Lo apa kabar, Lin? Udah lama banget gue gak ketemu lo," ucapnya.

"Gue baik-baik aja kok."

"Bagus deh kalau gitu."

Elina mengangguk sambil tersenyum. Marsel lantas mengajak Elin untuk terduduk bersamanya supaya bisa berbincang dengan nyaman.

Tak berselang lama, kini seseorang yang Elina tunggu sedari tadi sudah tiba di kafe. Lelaki itu  tampak berjalan dengan gontai menghampiri meja Elina dan Marsel.

"Elina?" sapa Aiden.

Mereka berdua langsung menoleh ke belakang. Elina tersenyum saat Aiden sudah datang di kafe ini.

"Aiden, kamu udah dateng?" tanya Elina sambil beranjak dari duduknya diikuti Marsel.

"Kamu ngapain ngobrol sama laki-laki lain?" tanya Aiden tiba-tiba membuat senyum Elina yang mengembang kini hilang diganti dengan kerutan di dahi.

"Ini temen lama aku Den," jawab Elin.

Marsel lantas mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Aiden, tapi sayangnya langsung di tepis dengan kasar oleh lelaki itu.

"Lo ngapain berani deketin cewek gue, hah?" tanya Aiden dengan raut emosi.

"Den, kok kamu ngomongnya gitu?"

Aiden terkekeh pelan ia tak menggubris ucapan Elina. Sebenarnya sedari tadi ia sudah menyaksikan mereka berdua dari luar, emosinya tiba-tiba naik begitu saja saat Elina berani berbincang dengan manis bersama lelaki lain selain dia.

"Aku udah merhatiin kalian berdua dari tadi, aku udah pernah bilang kan sama kamu kalau aku gak suka liat kamu berdua sama cowok lain," tekan Aiden.

"Den tapi--"

"Kamu lupa sama ucapan aku yang itu?"

"Aku gak lupa Aiden, aku ngerti--"

"Terus kenapa kamu berani ngobrol berduaan sama cowok lain, sambil senyum-senyum kayak gitu?"

"Den, dia temen lama aku!" jawab Elina dengan intonasi meninggi.

"Sorry bukannya gue mau ikut campur urusan kalian, tapi gue beneran gak ada maksud lain sama Elina!" ucap Marsel berusaha menjelaskan.

"Bacot lo anjing!"

bugh!

"AKH!" Seketika mata Elina membulat sambil menutup mulutnya melihat Aiden yang tiba-tiba meninju wajah Marsel hingga lelaki itu tersungkur ke atas lantai.

"Bangun lo!" Aiden langsung menarik kerah baju Marsel dengan kasar. "Jangan pernah berani lagi lo deketin Elina atau lo bakal abis di tangan gue, ngerti?!"

"Aiden, udah! Kamu kenapa sih?" tanya Elina dengan raut cemas. "Aku udah bilang sama kamu, dia temen lama aku Den! Kita gak ada hubungan apa-apa!"

"Kamu belain dia?" sarkas Aiden, menghempaskan kerah baju marsel begitu saja.

"Bukan gitu Aiden--"

"Terus apa, hah?"

"Den, cukup Den! Jangan bentak Elina dia gak salah!" ucap Marsel menyela percakapan mereka.

"Lo diem bangsat!"

bugh!

"AKHH AIDEN!" kedua kalinya Aiden melemparkan pukulan pada Marsel. Kali ini mampu membuat semua pengunjung kafe tampak histeris menyaksikannya.

"Den berhenti, plis! Aku mohon sama kamu!" Elina langsung menghadang tubuh Aiden supaya tidak memukul Marsel lagi.

"Kamu tenang dulu! Kamu jangan emosi kayak gini, aku bisa jelasin lagi."

Rahang Aiden kembali mengeras. Ia menatap mata Elina dengan tajam. "Apa yang perlu dijelasin lagi, Lin? Semua udah jelas! Aku udah liat dari awal!"

"Den, tunggu!" Elina sontak menghentikan langkah lelaki itu. "Kamu jangan salah paham kayak gini, Den! Aku mohon sama kamu kita bicarain ini baik-baik ya?"

"Gak bisa! Gue udah kecewa sama lo, berkali-kali gue bilang jangan pernah deketin cowok lain selain gue, tapi lo gak denger ucapan gue!"

Elina menarik napas dalam-dalam. "Yaudah Den aku minta maaf sama kamu, aku tau aku salah aku minta maaf ya?"

Tak ada jawaban dari lelaki itu, ia malah melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda oleh Elina.

"Den tunggu dulu!!" Gadis itu terus berusaha untuk membujuknya.

"Kita putus! Lepasin gue!" sentak Aiden melepaskan genggaman Elina begitu saja dari lengannya. Ia lantas pergi meninggalkan Elina yang terdiam mematung.

"Aiden?" lirih Elina. Kini matanya mulai berkaca-kaca. Lagi, untuk yang kesekian kalinya mereka berdua putus lagi hanya karena masalah sepele seperti ini.

Elina memejamkan matanya sejenak sambil menarik napas dalam-dalam. Ia menyeka air mata yang berhasil lolos dari kelopaknya.

"Aiden tunggu!" Elina tidak mau jika hubungan mereka berakhir begitu saja. Dengan langkah cepat ia kembali mengejar Aiden yang sudah keluar dari kafe.

"Den, plis! Kali ini aja kamu dengerin penjelasan aku, sekali aja! Aku gak mau putus sama kamu, Den!" ucap Elina sambil berusaha menahan lelaki itu.

"BANGSAT! Lepasss!"

Refleks Aiden langsung mendorong tubuh Elin hingga tersungkur ke atas lantai. Semua orang yang terduduk di halaman kafe ini terkejut dan sontak menatap ke arahnya.

"Jangan berani lagi lo pegang tangan gue, dasar jalang!"

Dengan napas memburu gadis itu mengedarkan pandangan, saat merasa dirinya menjadi perhatian banyak orang, ia bangkit.

"Aiden, plis! Jangan kayak gini, aku gak mau putus sama kamu."

Aiden mulai memakai helm-nya tanpa menghiraukan Elina. Lelaki itu menyalakan mesin motor besarnya dan berlalu meninggalkannya begitu saja.

"AIDEN!! AIDENN TUNGGU!"

"AIDENNN!"

Elina memejamkan mata sambil menggigit bibir bawahnya. Ia menyibakkan rambut ke belakang. Tak lama matanya tiba-tiba menyipit saat melihat cahaya lampu dari taxi yang akan melewatinya. Dengan cepat ia menghentikan mobil itu supaya bisa mengejar Aiden yang sudah jauh.

Mobil itu terhenti di sebrang jalan. Elina lantas berlari secepat mungkin.

tinn!

dugh!

Seseorang yang sedang mengendarai motor tiba-tiba terhenti saat melihat ada yang tertabrak di hadapannya. Pelaku yang menggunakan mobil hitam itu malah pergi begitu saja tanpa mau menyelamatkan korban.

Dengan segera lelaki itu membuka helm-nya dan turun dari motor.

"Hei lo gak papa kan? Lo bisa denger suara gue?" ucapnya dengan raut cemas.

Mata Elina sedikit terbuka, ia menatap seseorang di hadapannya dengan pandangan yang kabur, telinganya juga terasa menggema saat orang itu berusaha berbicara dengannya.

"Aiden," gumam Elina. Setelah itu matanya langsung tertutup dengan perlahan. "Maafin aku, Den. Maafin aku."

***

JANGAN LUPA VOTE, COMMENT!
FOLLOW IG @vrnovianty_
'VIRA PUTRI'
NEXT CHAPTER

ALFARENDRA -

Alfarendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang