TERLUKA

63 3 2
                                    

Sudah menunggu lama tapi Aiden tak juga datang bersama Dokter. Bibi sangat khawatir pada keadaan Elin. Saat ini tubuh Elin sangat panas, dan mungkin sudah tak sadarkan diri.

"Non Elin." Bibi mengusap rambut gadis itu, keningnya benar-benar panas.

Seketika Bibi teringat sesuatu, ia lantas mengambil handphone milik Elin yang tergeletak di dekat bantal lalu mencari kontak Darrel. Ia teringat pesan dari lelaki itu tadi pagi untuk menghubunginya jika terjadi sesuatu.

Telepon akhirnya tersambung. "Den Darrel, Den dimana Non Elin demam nya naik," ucap Bibi dengan raut panik.

Darrel tampak terkejut mendengarnya. Ia belum sampai ke rumah Elin karena ban motornya tiba-tiba kempes, dan saat ini Darrel sedang berada di bengkel.

"Iya Bi, Bibi tenang dulu ya saya kesana sekarang!" Ia menutup telponnya.

Untung saja ban motornya sudah selesai di pompa. Tanpa pikir panjang lagi ia langsung memakai helm lalu menaiki motornya dan berlalu menuju rumah Elin. Ia harus membawa Elin ke rumah sakit sekarang juga.

Jika Darrel sedang bergegas, maka Aiden pun sama. Ia sudah bersama Dokter untuk menuju rumah Elin. Namun entah kenapa, sialnya lagi dan lagi ia bertemu dengan stefi dijalan. Ternyata tanpa di duga saat Aiden pulang dari sekolah. Stefi sudah mengikutinya.

"AIDENNN!! BERHENTII!!" teriak gadis itu didalam mobil miliknya.

"AIDEN GUE BILANG BERHENTI!!" Aiden terlihat risih dengan teriakan Stefi. Namun tak ada pilihan lain, Aiden akhirnya menghentikan motor di tepi jalan. Ia menyuruh Dokter untuk pergi lebih dulu menggunakan taxi ke rumah Elin.

Setelah ia turun dari motor, Stefi langsung menghampirinya. "Fi kenapa sih? Gue lagi buru-buru!!" ucapnya geram.

"Lo yang kenapa! Gue heran sama lo, sebenarnya yang jadi pacar lo itu gue apa Elin sih?!"

Aiden menghela napas mendengar itu. "Gue gak ada waktu buat bahas itu Fi!!"

"Aiden, TUNGGU!" Stefi sontak mengambil helm milik Aiden yang tersimpan di motornya.

"STEFIII!" bentak Aiden murka. "Gue kecewa sama sikap lo Fi! Gue bener-bener salah udah milih lo! Mulai hari ini gue gak ada hubungan lagi sama lo, kemarin kita break! Sekarang kita putus!!" sarkas Aiden spontan lalu merebut helm itu dari tangan Stefi.

"MINGGIR LO!" desisnya karna Stefi menghalangi jalannya untuk pergi. Lelaki itu langsung melajukan motornya, meninggalkan Stefi yang terdiam dengan raut kesal.

"AIDENNN!! AIDENN TUNGGU! GUE GAK MAU PUTUS DARI LO! AIDENNNNN, ERGHHH!" Ia mengacak-ngacak rambutnya hingga banyak orang yang menatap dengan bingung.

Di tempat lain, Darrel akhirnya tiba. Ia berlari dengan cepat menuju rumah Elin. Setelah bertemu Bibi di ambang pintu, ia langsung menuju kamar Elin. Langkahnya terhenti ketika menatap keadaan gadis itu. Darrel menghela napas berat, tak tega saat seseorang yang ia sukai sedang tertidur dengan pucat seperti ini.

"Lin." Matanya berkedip lemas, ia memeluk tubuh gadis itu dan langsung menggendongnya ala brydal style.

"Saya mau bawa Elin ke rumah sakit ya Bi!" ucap Darrel.

"Den Darrel pake Mobil Den Zoy aja."

"Jalanan macet Bi butuh waktu lama kalo pake mobil, Bibi tenang aja saya bisa kok bawa Elin pake motor, saya pasti hati-hati!"

Alfarendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang