RUANG UKS

79 2 1
                                    

Hari ini kembali bersekolah. Lagi dan lagi Elin kembali dikejutkan karena mendapatkan sekuntum bunga. Dan seperti biasa, yang mengantarnya adalah kelas 10. Baru saja kemarin ia dibuat bingung karena ternyata bunga ini bukan dari Darrel. Ia belum menceritakan kepada temannya. Entahlah ia sendiri juga bingung.

Elin menghela napas. Kepalanya sedikit berdenyut. Mungkin karena terlalu pokus memikirkan bunga itu. Ia memperhatikan bunga yang barusan diberikan padanya.

"Sebenarnya bunga ini dari siapa sih?"

"Pagi Elin!" Abel dan Vinka datang dari arah pintu, mereka baru saja tiba di sekolah. Elin tersenyum menanggapinya.

"Pagi Lin? Loh bunganya di bawa lagi?" tanya Vinka saat mereka terduduk di kursi kelas.

"Enggak, tadi ada yang kasih lagi sama gue," jawab Elin. Mereka nampak terkejut mendengarnya.

"Ada yang kasih lagi? Wah, wah, wah ini sih Darrel terlalu romantis Lin!" kata Vinka. Abel mengangguk setuju.

"Kalian tau gak?"

"Enggak!"

"Bunga ini bukan dari Darrel!" ucap Elin. Ia terlihat menghembuskan napasnya, bukan karena kecewa. Ia hanya bingung sebenarnya dari bunga ini dari siapa?

"Bukan dari Darrel?" tanya Vinka. Elin mengangguk.

"Terus kalo bukan dari Darrel dari siapa lagii?" Abel tampak bingung.

Elin mengedikan bahunya. "Gak tau, gue juga mumet dari kemarin!"

"Udah 3 bunga loh ini," gumam Abel.

...

Sekarang waktunya istirahat. Gantian, jika kemarin kelas Aiden olahraga, maka sekarang kelas Darrel yang olahraga. Walaupun pelajarannya telah usai karena bel istirahat sudah berbunyi. Tapi Darrel terlihat asik bermain basket bersama Aksel dan Eldon dilapangan.

"Lempar sini!" pekik Aksel. Tak lama bola melambung kearahnya. Ia berlari kearah ring lawan. Tapi sayang, Darrel berhasil merebut. Bola itu di tangan Darrel sekarang. Ia berlari kencang sambil men dribel bola. 1 point kini tercetak untuknya. Darrel berhasil memasukan bola basket kedalam ring.

"Hahh cape gue! Kalah mulu," keluh Aksel lalu men selonjorkan kakinya.

plak!

"Berusaha dong rebut bola nya dari gue! Gimana si lo!" ucap Darrel setelah menepuk pundak Aksel.

"Padahal gue berdua sama Aksel, lawan lo yang sendiri tapi kita tetep aja kalah!" Eldon menghela napas. Darrel terkekeh mendengarnya.

"Yaudah lain kali biar gue yang ngalah!"

"Gak ferr lah, Mansur!" kata Aksel. Mereka pun terkekeh.

Dari koridor, seperti biasa Elin dkk berjalan menuju kantin. Sedikit ia menoleh kearah lapangan. Ada Darrel disana. Ia kembali menatap ke depan dan kembali berjalan.

"Mau pesan apa Mbak?" kata Abel berlagak menjadi seorang pelayan.

"Paan si lo!" Vinka dan Elin terkekeh.

"Ihh seriusan kalian mau pesen apa? Biar Abel yang pesenin!" ucap Abel. Mereka tampak berpikir.

"Gue mau batagor satu, pedesnya sedeng!"

"Elin mau apa?"

"Gue mauuuu, mau cogan satu ada gak?"

"Elinnn gak lucu!"

"Yaudah iya, iya samain kayak Vinka aja." Abel mengangguk. Ia pun berlalu menuju penjual batagor disana. Ia memesan 3 porsi batagor. Tak lama pesanan siap. Ia membawa 3 mangkok itu menggunakan nampan menuju meja.

Alfarendra Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang