Lelah dan dahaga membuat keringat bercucuran memenuhi pelupuk wajahnya, harusnya saat ini dia sudah beristirahat atau bahkan mengambil waktu cuti karna memang itu yang sepantasnya dia lakukan. Mengingat kondisinya saat ini yang tidak memungkinkan untuk terus bekerja apalagi sekarang dia sedang hamil besar.
tujuh bulan sudah berlalu, selama itu pula Lea kabur dan menghindar dari keluarganya serta suaminya yang sekarang entah sedang berada dimana. Meskipun harus berjuang mati-matian bekerja untuk bertahan hidup, namun Lea sedikit merasa menyesal melakukan itu karna ternyata bekerja dan hidup secara sederhana itu tidaklah mudah. Apalagi dia yang dulunya berlabel anak manja, dan sekarang sedang hamil dengan usia kandungan kira-kira sudah delapan bulan.
"Lea kau istirahat saja, biar aku yang menyelesaikannya sisanya," ucap Jiya kasihan melihat Lea yang sudah kelelahan.
"Tapi pekerjaan kita masih banyak," katanya sedikit bersungut malah tidak tega meninggalkan Jiya sendirian.
Saat ini mereka sedang membersihkan salah satu villa yang nantinya akan ditempati oleh cucu nenek Han, yang kebetulan sedang ada urusan bisnis ke desa ini sekaligus untuk mengunjungi neneknya. Beberapa kali nenek Han juga sempat beberapa kali menyinggung soal cucunya yang hampir tidak pernah lagi menggunjunginya, bahkan di acara pernikahan cucunya sendiri nenek Han tidak handir karna sakit waktu itu. Tapi yang membuat nenek Han jengkel sampai saat ini cucu dan cucu menantunya juga tidak pernah mengunnjunginya setelah mereka menikah.
"Tidak apa-apa kok, aku masih bisa mengerjakannya seorang diri. Nanti juga Naeun akan datang membantuku," ucap Jiya menyakinkan Lea untuk tidak enak hati padanya.
"Kau yakin?" balas Lea masih tidak enak, namun setelah Jiya membalas ucapannya dengan anggukan kepala kuat barulah Lea menerima kebaikan hati Jiya, "kalau begitu aku duluan, terimakasih Jiya," ucap Lea mendadak terharu dengan memeluk temannya itu.
Jiya turut serta membalas pelukan Lea, "astaga, ini bukan apa-apa kok. Lagipula sudah seharusnya seorang teman itu saling membantu."
Lea tersenyum terharu sebelum akhirnya pergi ke tempat kediaman para pelayan untuk beristirahat. Sementara itu Jiya melanjutkan pekerjaannya untuk kembali bersih-bersih, hingga sekitar beberapa menit setelah kepergian Lea cucu nenek Han pun sudah datang ditemani oleh nenek Han sendiri.
"Apa kau sudah selesai?" tanya nenek Han pada Jiya.
"Belum nek, tapi sebentar lagi," jelas Jiya yang tinggal merapikan seprai tempat tidur. Mata Jiya kemudian menatap sebentar ke arah cucu nenek Han yang sangat tampan namun memiliki tatapan yang begitu dingin.
"Kalau begitu cepat selesaikan," perintah nenek Han.
"Jimin, apa malam ini kau ingin makan malam di rumah nenek?" tanya nenek Han pada cucunya.
"maaf nek aku tidak bisa, karna malam ini aku langsung harus mengikuti rapat dengan tuan pemilik pabrik," mendengar itu nenek Han langsung mendumel kesal ala nenek-nenek yang super cerewet.
Jimin sedikit terkekeh singkat akibat ekpresi neneknya itu, "mungkin besok aku baru sempat."
"Sempat apanya, bahkan besok saja kau sudah mau pulang!" cetusnya agak marah-marah kemudian pergi dari sana.
Sementara Jimin memilih duduk untuk beristirahat merilekskan pikirannya sambil menunggu pelayan tadi membersihkan kamarnya. Jimin memejamkan matanya kuat, hingga bayangan wajah Lea terputar di otaknya. Ini sudah sangat lama sejak kepergian Lea dan membuat Jimin sangat rindu sekaligus mengkhawatirkan akan istrinya itu. Apa saat ini Lea dan anaknya baik-baik saja? atau apakah Lea sudah melahirkan? tidak ada yang bisa menjawab pertanyaan itu, kecuali dengan sebuah keajaiban.
"Permisi Tuan, kamar anda sudah selesai dibersihkam," ucap pelayan itu menuadarkan Jimin dari pikirannya dan segera membuka mata. Lalu mempersilahkan pelayan itu pergi setelah memberikan uang tips atas pekerjaanya barusan.
✨💫✨
Lea menatap wajah Jiya horor karna temannya itu senyum-senyum tidak jelas bahkan sesekali tertawa sambil menciup selembar uang di tangannya. Tapi baru saja Lea mau protes akan keanehan temannya itu, namun secara tiba-tiba perutnya terasa sakit karna kontraksi pertamanya.
"Lea kau baik-baik saja?!" ucap Jiya panik bukan main.
"Aku baik-baik saja, hanya kontraksi biasa," sahut Lea dengan kening yang sedikit menyerit menahan rasa sakit dan nyilu yang dia rasakan.
"Astaga syukurlah," ucap Jiya yang masih agak panik, padahal saat ini yang sedang hamil adalah Lea namun yang lebih panik dan ketakutan malah justru Jiya.
"Kau kenapa senyum-senyum sendiri, seperti orang aneh?" tanya Lea saat rasa sakitnya sudah agak mereda.
"Kau harus tau kalau cucu nenek Han itu tampan sekali, tatapannya, wajahnya, kharismanya sungguh dia tampan sekali," ucap Jiya sambil memegang dadanya, benar-benar berlebihan.
Lea terkekeh tak percaya mendengar itu, jadi rupanya Jiya senyum-senyum tidak jelas itu cuma karna cucu nenek Han. "Kau berlebihan."
"Aku tidak berlebihan, dia serius tampan sekali seperti sedang mengajak anak gadis untuk menikah," ucap Jiya sambil senyum-senyum tidak jelas lagi.
"Oh iya, kau kan sudah sering mengalami kontraksi. Apa itu artinya kau juga akan segera melahirkan?" tanya Jiya mendadak teringat sesuatu.
"Jiya kandunganku sudah berumur delapan bulan lebih, mungkin saja tidak lama lagi aku akan melahirkan," kata Lea dengan perasaan yang bercampur aduk, astaga rasanya Lea masih belum siap.
"Senangnya, berarti jagoan kecil bibi akan keluar!" seru Jiya semangat, seperti saat pertama kali mengetahui jenis kelamin anak Lea.
Lea tersenyum melihat Jiya sesenang itu, ingatannya jadi terputar beberapa bulan yang lalu waktu Jiya menyelamatkannya dari kejaran orang-orang yang berniat menyakitinya dulu.
"Lea?"
"Hm?"
"Apa kau tidak ingin kembali ke suami mu?" tanya Jiya mendadak kepikiran. Jiya bahkan tidak tau banyak tentang latar belakang Lea, yang dia tau Lea hanya kabur dari suaminya namun tidak menjelaskan kabur karena apa.
Lea menggelengkan kepala sebagai respon dari pertanyaan Jiya barusan, "Tapi kenapa? Maaf aku kalau aku mencampuri urusan pribadi mu, tapi kenapa kau kabur dari suami mu?"
"Su—suami ku itu sering sekali menyiksa dan memukulku," jawab Lea asal dan entah kenapa tiba-tiba kepikiran untuk berbohong. Tapi yang jelas bibir Lea tidak sanggup berucap jika sebenarnya suaminya itu berselingkuh dan bahkan tidur dengan wanita lain.
"Wah jahat sekali, bisa-bisanya ada lelaki seperti begitu yang menyiksa istrinya yang sedang hamil!? liat saja jika aku bertemu dengannya, akan kupukul wajahnya hingga babak belur!" ucap Jiya penuh amarah dan dendam.
"Sudahlah Jiya aku tidak apa-apa kok, lagipula itu semua sudah berlalu 'kan," balas Lea menenangkan temannya itu.
"Tidak bisa Lea itu sudah sangat keterlaluan, liat saja nanti aku pasti akan membalaskan dendam mu!" kata Jiya semakin membara.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫𝐨𝐮𝐬
Fanfikce🖇·˚ ༘ ┊͙[ 𝐖𝐚𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠 𝐧𝐜 ] ! ˊˎ ❝Hard sex is a good sex.❞ Mau tak mau, Lea harus melayani nafsu Jimin hampir setiap harinya. Itu semua bermula semejak kejadian satu tahun yang lalu. Lea tidak bisa terlepas lagi dari Jimin, kecuali Jimin send...