Nenek Han benar-benar sangat kesal pada cucunya saat tau Jimin akan pulang lebih cepat dari jam yang sudah ditetapkan. Padahal siang ini dia sudah memasak banyak namun harus berakhir sia-sia karna cucunya itu. Kali ini Jiya kembali bertugas membersihkan villa tempat tinggal Jimin yang tidak berantakan sebetulnya, hanya bagian kasur saja yang sedikit tidak rapi. Selebihnya kondisi kamar itu hampir sama seperti terakhir kali Jiya bersihkan.
"Jiya apa perlu aku bantu?" tanya Lea yang baru datang untuk berniat membantu Jiya.
"Lea kau kesini? tidak perlu repot-repot, aku bisa mengerjakan semuanya sendirian," unjar Jiya malah khawatir dengan kondisi temannya itu yang sedang hamil besar. Padahal di kamar Jiya sudah menyuruh Lea untuk beristirahat saja, tapi lagi-lagi tidak diindahkan oleh Lea.
"Aku bosan di kamar, pengen makan ayam," ucap Lea dengan mata yang berbinar sambil memegang perut besarnya.
"Baiklah kalau begitu, kita akan beli ayam yang banyak setelah aku selesai membersihkan tempat ini. Kau duduk saja disana, akan aku cepat selesaikan pekerjaan ku." ucap Jiya sambil melipat selimut.
Lea mengangguk kemudian duduk di bangku sambil menontoni Jiya yang sedang bekerja, "ngomong-ngomong apa cucu nenek Han sudah pulang?"
"Sudah, dia bahkan terlihat buru-buru sekali. Sangat disayangkan kau tidak melihat wajah tampannya," imbuh Jiya sambil memegang kedua pipinya yang memerah akibat membayangkan wajah tampan cucu nenek Han itu.
Mendengar itu entah kenapa Lea merasa penasaran, gara-gara Jiya sih dari kemarin tidak henti-hentinya membicarakan pria itu, "Sayang sekali aku tidak melihat wajahnya," sungut Lea memasang wajah sedih.
"Memang, dan sangat-sangat disayangkan!"
Mendengar itu Lea semakin merasa bete, kemudian matanya tidak sengaja menatap ke atas meja dimana disana terletak sebuah laptop yang sepertinya milik cucu nenek Han yang tidak sengaja ketinggalan. Lea berdiri untuk memegang laptop mahal tersebut, "Astaga ada barang ketinggalan!" seru Jiya saat melihat kearah Lea.
"Ngomong-ngomong siapa nama cucu nenek Han?" tanya Lea yang sebentar lagi berniat melapor barang ketinggalan ini kepada nenek Han, atau sekalian bersama Jiya saja menunggu temannya itu selesai bersih-bersih.
Jiya tersenyum kemudian sedikit berfikir, "namanya itu Park—."
Tingtong!
Mendadak bunyi bel memotong ucapan Jiya, yang membuat kedua wanita itu mendadak saling tatapan dengan satu pemikiran, "Mungkin cucu nenek Han sudah berbalik?" tebak Lea dan di angguki oleh Jiya.
"Kalau begitu tolong antarkan laptop itu padanya," pinta Jiya dan dibalas di angguki oleh Lea. Kemudian wanita hamil itu segera menuju pintu depan sambil membawa laptop di tangannya.
Baru saja beberapa detik kepergian Lea ke depan rumah, sudah terdengar suara berisik yang entah karena apa. Membuat Jiya penasaran dan segera menyusul kedepan untuk memeriksa apa yang sedang terjadi.
"Jimin nghh lepasin aku!" teriak Lea memberontak dalam pelukan suaminya itu. Lea tidak menyangka jika cucu nenek Han adalah pria yang selama ini memporak porandakan hatinnya.
"Ayo ikut aku," ucap Jimin seraya sedikit menarik tangan Lea sedikit paksa, Lea terus-terusan memberontak membuat Jimin jadi kewalahan takut-takut istrinya itu terlepas dan jatuh ke lantai.
Jiya terlihat baru sampai kedepan dengan wajah penuh kebingungan melihat apa yang sedang terjadi di depan matanya ini. Jelas Jiya sangat kebingungan apalagi saat melihat Jimin yang memeluk dan sekaligus menarik tubuh Lea secara paksa.
"Jiya—tolonghh," ucap Lea dengan susah payah sambil melihat ke arah temannya itu.
"T—ttapi–," Jiya menggigit jari kebingungan dan takut dipecat juga sebetulnya oleh cucu nenek Han.
"Dia suamiku," ucap Lea seperti memberi kode pada Jiya. Sementara Jiya yang mendengar itu langsung mengepalkan tangannya marah, kemudian mengambil sapu dan memukulkan pegangan sapu itu pada kepala Jimin hingga berkali-kali.
"Mampus! rasakan ini pria brengsek!" maki Jiya sambil terus memukulkan pegangan sapu itu pada kepala Jimin. Usaha Jiya ternyata berhasil membuat Lea terlepas dari jeratan Jimin, karna pria itu menggunakan tanggannya untuk melindungi belakang kepalanya.
Sesudah saling memberikan kode, Jiya dan Lea serempat untuk berlari keluar dari villa itu meninggalakan Jimin yang sedang meringis penuh kesakitan. Namun sayangnya ditengah-tengah berlarinya Lea justru mengalami mulas yang luar biasa sakitnya, karna sepertinya dia sudah ingin melahirkan, "Sayang, kenapa harus sekarang akh," ucap Lea sambil memegang perutnya menahan kesakitan.
"Lea cepat pria brengsek itu sudah mengejar kita!" seru Jiya menatap kebelakang dan baru menyadari jika Lea sudah berhenti berlari, "Astaga Lea!" teriak Jiya heboh.
Jimin sendiri sudah semakin mendekat ke arah mereka dan berniat mau menggendong istrinya itu, "Menjauh dari temanku!" ucap Jiya menghalangi Jimin.
"Kau tidak melihat keadaan temanmu yang sedang parah?" balas Jimin tidak perduli dan langsung menggendong Lea tanpa banyak berfikir. Sementara Lea sendiri tidak bisa apa-apa lagi, barangkali hanya untuk memberontak sedikitpun. Dirinya bahkan hanya bisa pasrah dalam gendongan Jimin.
Untungnya mereka bertiga cepat datang ke rumah sakit, karna ternyata Lea mengalami pendarahan yang lumayan cukup banyak. Dan untungnya lagi setelah sampai di kamar persalinan Lea bisa melahirkan dengan normal. Seorang bayi laki-laki lahir dengan sehat dan selamat, Jimin sungguh sangat merasa terharu. Membuat pria Park itu mencium pipi anaknya penuh haru sekaligus tangis, Jimin tidak menyangka dia bisa ada saat anaknya di lahirkan. Dia kira dia tidak akan pernah melihat wajah anaknya lagi.
Lea mengingit bibirnya kuat melihat Jimin yang sedang menggendong anak mereka, karna sampai setelah melahirkan Lea masih belum melihat anaknya secara dekat. "Kenapa kau kabur Lea?" tanya Jimin tidak habis fikir, tidak tahu 'kan Lea selama delapan bulan ini Jimin tersiksa dan menghabiskan setiap waktunya untuk mencari keberadaan Lea.
Mendengar itu Lea menatap Jimin kesal, bukankah pria itu tau kalau saat ini bukan saat yang tepat untuk membahas itu? Lea butuh melihat wajah anaknya, begitu pula dengan anaknya yang perlu untuk segera di susui. "Itu semua karna kau berselingkuh dengan Anha!" ucap Lea tidak terbendung lagi sambil menangis, dia tidak sanggup jika harus dipisahkan dengan anaknya. Apalagi selama sembilan bulan ini Lea selalu bersama anaknya.
Jimin terkejut mendengar itu, sesuai dugaannya Lea pergi karna sesuatu. "Lea aku tidak berselingkuh, Anha yang menjebakku."
"Bohong!" teriak Lea tidak percaya.
"Aku tidak berbohong, Anha mencampurkan sesuatu pada minumanku," jelas Jimin lalu berjalan mendekat ke arah Lea.
Lea menangis di tempat tidurnya masih tidak percaya, Lea tidak tau mana yang sebenarnya terjadi atau mana yang bohongan. Karna semuanya tidak bisa dia cerna di otaknya. "Anha bahkan sudah meninggal," jelas Jimin lagi membuat Lea mengangkat wajahnya untuk menatap Jimin tidak percaya akan berita barusan.
"Anha adalah kakak kandung Kent, itulah mengapa dia berniat menghancurkan pernikahan kita sekaligus mau menyakiti mu," ucap Jimin barulah Lea percaya.
Lea ingat dengan jelas bagaimana ada orang yang mengejarnya dan bahkan sampai menembak Jiya karna temannya itu menyelamatkannya saat insiden pengejaran itu. Setelah melihat Lea agak tenang dan percaya akan ucapannya, Jimin segera mulai memberikan bayi mereka pada Lea sekaligus untuk disusui.
"Lea kumohon jangan menghilang lagi, aku tidak mau kehilangan mu dan anak kita," ucap Jimin bersamaan dengan memeluk tubuh Lea.
-TAMAT-
✨💫✨
Akhirnnya selesai juga cerita ini setelah sekian lama😭
Maaf kalau endingnya aneh, maaf juga kalau aku sering menggantung kalian, aku sayang kalian semua lope lope yang banyak 💖💜
Oh iya, jangan lupa isi secreto ku, link ada di bio 😔🥺

KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫𝐨𝐮𝐬
Fanfiction🖇·˚ ༘ ┊͙[ 𝐖𝐚𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠 𝐧𝐜 ] ! ˊˎ ❝Hard sex is a good sex.❞ Mau tak mau, Lea harus melayani nafsu Jimin hampir setiap harinya. Itu semua bermula semejak kejadian satu tahun yang lalu. Lea tidak bisa terlepas lagi dari Jimin, kecuali Jimin send...