🖇·˚ ༘ ┊͙[ 𝐖𝐚𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠 𝐧𝐜 ] ! ˊˎ
❝Hard sex is a good sex.❞
Mau tak mau, Lea harus melayani nafsu Jimin hampir setiap harinya. Itu semua bermula semejak kejadian satu tahun yang lalu.
Lea tidak bisa terlepas lagi dari Jimin, kecuali Jimin send...
KALAU MAU MAKI MAKI, SILAHKAN MENUJU KOLOM KOMENTAR 😊
Aku mengeratkan terikan selimutku serta menenggelamkan wajahku di balik bantal. Hari sudah pagi, jika kalian bertanya di mana Jimin? Dia sudah pergi sejak kemarin sore, tentunya karna Jimin sudah tidak punya alasan lagi untuk berlama-lama disini. Terlebih karna dia harus bersiap-siap untuk hari pernikahan nya.
Tiga kali bunyi ketukan pintu kamarku membuat aku reflek mendesah berat, mood ku sangat tidak banget. Terutama untuk hari ini, demi apapun aku sangat membenci hari ini. Kalau bisa aku berdoa untuk turunnya badai, tsunami, gempa dan angin topan sekalian menghantam resepsi pernikahan Naree dan Jimin.
"Lea boleh eomma masuk? " pintu kamarku perlahan terbuka, menampilkan eomma yang tersenyum memandangku.
"sayang kau tidak siap-siap untuk pergi ke pernikahan Jimin, ayo siap-siap. Mereka pasti sedang menunggu kita, " aku tersenyum kecut mendengar itu bahkan mempelai prianya selama kemarin sore memperkosa ku.
Aku menatap eomma malas, "eomma, aku tidak usah pergi saja ya. Kepalaku pusing, " aku tidak sepenuhnya berbohong, kepalaku benar pusing sungguh.
Aku tertegun saat tangan eomma secara tiba-tiba mengecek suhu tubuhku, menempelkan telapak tangannya di atas keningku. "hanya sebentar sayang, rasanya tidak sopan sekali jika bagian keluarga kita tidak datang. Selepas itu kau bisa beristihat. " "tapi badanku rasanya benar-benar tidak enak, " aduku berusaha menyakinkan untuk tinggal.
Eomma menggeleng membuat aku mendesah berat, "hanya sebentar, eomma janji setelah itu kita akan pulang, "
Jelas saja mendengar itu aku cemberut dengan dada yang memanas. Apakah aku mampu nantinya melihat Jimin dan Naree di depan altar? Rasanya aku tidak bisa sungguh, itu terlalu menyakitkan. Eomma mengusap rambutku pelan, sebelum meninggalkan aku keluar kamar.
Langkahku sedikit sempoyongan saat berjalan menuju kamar mandi. Setelah menaruh handuk, aku melepaskan satu persatu pakaian yang menempel ditubuhku. Seketika aku meringis ketika mendapati hampir sekujur tubuhku memiliki bercak merah, dari leher hingga turun ke area dadaku. Hal itu sontak membuat kepalaku makin terasa pusing, jika begini aku harus memakai baju apa untuk datang ke acara pernikahan sialan itu. Mau tak mau aku harus mengaplikasikan makeup untuk menutupi bekas kissmark yang tidak manusiawi ini.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Banyak bunga-bunga dan hiasan cantik perwarna putih yang dipasang di setiap suduh gereja. Mungkin setelah ini aku akan membenci warna putih sungguh. Orang-orang yang berdatangan kesini juga bukan sembarangan orang, selain dari kalangan keluarga, teman dekat dan rekan bisnis keluarga Jimin. Aku meremas gaun ku kuat ketika mendapati sosok Jimin yang sedang berbicara sekaligus tersenyum bersama teman-temannya didekat altar dan dia sama sekali tidak menyadari keberadaan ku, atau mungkin memang memang tidak perduli. Semua orang terlihat bahagia disini, mungkin cuma aku saja yang tidak. Sedikit miris mengatakannya, bagaimana aku bisa bahagia jika melihat orang yang kucintai akan menikah bersama wanita lain.