T U J U H B E L AS [M]

16.3K 558 48
                                    

Kurasa orangtuaku sudah tidak perduli denganku lagi. Terbukti selama beberapa hari ketika aku menghilang tidak ada tanda bahwa mereka mencariku atau sekedar mengkhawatirkankan kabarku.

Ikatan tanganku memang sudah dilepaskan sejak hari pertama dan memakai pakaian yang sudah oleh para dayang disini. Tanpa perlu aku tebak pun aku tau bahwa Jimin menculikku di Mansion miliknya. Meski baru sekali kesini aku sudah cukup baik mengenali tempat ini kendatipun memang aku tidak diizinkan untuk keluar dari kamar.

Pintu kamar terbuka bau parfum itu semerbak memenuhi seisi kamar, atau memang hidungku saja yang terlalu tajam hingga bau parfum itu tertangkap oleh indra penciumanku. Hal itu sontak membuat aku berusaha sekeras mungkin untuk tidak melihat kearah seorang Park Jimin.

Setelah hampir seminggu ini akhirnya dia menemui ku juga. Aku jadi heran apa yang sedang dia lakukan kemarin-kemarin, otakku bahkan bertanya-tanya mungkin saja Jimin dan Naree menghabiskan waktu berduaan untuk honeymoon mengingat mereka baru menikah.

"bagaimana kabarmu? " tanyanya sambil melepaskan jam tangannya di atas meja.

"Jim aku rasa kau tidak lupa dengan kesepakatan awal kita tentang melepaskanku, " jawabku tak sesuai dengan pertanyaannya. Jelas aku menagih janji-janji manis pria ini yang nampaknya dia ingkari.

"aku memang akan melepaskanmu, " balasnya membuat aku memggeram kesal. Lalu apa maksud semua ini? Dia tidak benar-benar melepaskanku buktinya sekarang dia justru menculikku.

"kau tidak benar-benar melepaskanku! "

"Iya aku melepaskanmu, kedalam pelukanku sayang, " mendengar itu aku langsung menatap Jimin dengan sorot mata tajam.

Ahjussi tua ini memang benar-benar sinting. "aku mau pulang!"

"kau masih tidak percaya dengan perasaanku? " tanyanya. Sungguh mau bukti bagaimanapun aku tidak akan percaya dengan perasaan cintanya itu.

"dengar, biarpun Oppa memcintaiku sekalipun aku bahkan tidak mungkin mencintai Oppa yang umurnya sudah tua seperti ahjussi di luar sana. " jangan lupakan umur kami yang berjarak dua belas tahun.

"meskipun kau bilang tua, om-om sepertiku bisa memuaskannya mu sayang, " aku membuang muka mendengar itu. Aku menyesal pernah memgangumi tubuhnya dan abs yang tercetak pada perutnya.

"lepaskan aku Oppa sudah berjanji, " pintaku memohon.

Mendengar permohonanku Jimin melangkah untuk semakin mendekatiku, dan hal itu justru membuatku merasa was-was. "Nghh, " gumamku terkejut saat Jimin membawa tubuhku jatuh ke atas ranjang dengan posisi tubuhnya menindihku.

"bagaimana jika kita melakukan taruhan saja. " bisiknya membuat aku merinding, "jika kau mendesah atau berteriak aku akan tetap lanjut, tapi jika tidak selama lima menit aku akan berhenti. " otakku terlalu dangkal karna tidak bisa mencerna sama sekali apa yang dia katakan.

Aku lagi-lagi dibuat terkejut saat Jimin melumat bibirku, merasakan benda kenyal itu beradu dengan milikku, "Jangan bersuara sayang jika kau tidak mau aku bertindak semakin jauh."

Mendengar itu aku berusaha sekeras mungkin untuk mendorong dadanya meskipun nihil. Tenagaku kalah jauh darinya, ini benar-benar menyebalkan. Aku merasakan Jimin menciumku dengan sangat pelan tapi tetap saja aku tidak mau terbuai dan larut didalam ciumannya. Sementara itu aku terus menghitung waktu agar cepat berakhir sambil berusaha sekeras mungkin untuk tidak mengeluarkan suara desahan.

Jarum panjang pada jam dinding semakin bergerak mengikis waktu melihat itu aku merasa senang, sudah empat menit tinggal satu menit lagi. "Ah," aku terpekik hingga suara menjijikan itu keluar begitu saja dari bibirku. Jimin curang dia menggigit bibirku!

𝐃𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫𝐨𝐮𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang