"Oppa gila, " ucap ku sambil mencebikkan bibir kesal dengan tubuh yang lemas tak bertenaga. Berlindung di balik selimut tebal untuk menutupi tubuh polosku.
"Itu salah mu kenapa kau membangunkan adik ku, " balasnya santai disebelahku.
"Bodoh," maki ku masih kesal, entahlah mood ku tidak baik sekarang.
"Mulut mu sayang, " protes Jimin tak suka lalu mengecup bibir ku sekilas. "Kau tau itu namanya surga, "
Aku memutar mata mendengar itu, benar kata orang-orang All good boys go to heaven but bad boys bring heaven to you.
"Mata mu jangan dibuat melotot seperti itu, kau tau aku jadi gemas, " kekeh Jimin mengubah posisi nya menjadi duduk. Membuat selimut yang tadinya menutupi tubuh nya sampai dada melorot hingga ke pinggang.
"Oppa boleh aku tanya sesuatu? " aku memberanikan diri untuk mengadah agar bisa menatap mata Jimin.
"Tanya kan saja hm, "
Aku menghembuskan nafas, "Apa Oppa pernah mencintai ku? " Oh Tuhan ini sudah gila, aku tidak tau kenapa aku bisa seberani ini. Karna jujur aku juga penasaran dengan jawaban Jimin, aku ingin tau jawabannya. Biarpun kelak kenyataannya itu menyakitkan.
Jimin terdiam selama beberapa detik, sementara aku menatap wajahnya penuh harap. "Tidak, " dan jawabannya sukses membuat hatiku sesak.
Dulu aku pernah bertanya kenapa Bibi Dahyun dan Paman Jae kenapa bisa mereka memiliki anak padahal mereka tidak saling suka. Dan pernikahan mereka terjadi resmi hanya karna perjodohan, hingga pada akhirnya mereka bercerai.
Bibi Dahyun bahkan sudah terlanjur jatuh cinta pada Paman Jae. Sementara Paman Jae selama ini tetap saja tidak memiliki perasaan apapun. Aku rasa itu bodoh, tidak mungkin Paman Jae tidak sayang atau tidak cinta dengan Bibi Dahyun padahal mereka sampai punya anak. Dengan kata lain mereka tidak mungkin sampai berhubungan badan kalau tidak ada rasa apa-apa.
Tapi sayangnya aku salah, karnya nyatanya laki-laki tidak pernah berfikir demikian. Mereka bahkan bisa melakukan itu tanpa ada rasa apapun.
Kaum adam lebih mengandalkan nafsu dibandingkan perasaan. Jadi mereka bisa berhubungan intim dengan wanita lain tanpa adanya cinta.
Sama seperti halnya antara aku dan Jimin.
"Kenapa bertanya begitu? "
"Tidak apa, " balas ku lalu menarik selimut mengubah posisi tidur dengan membelakangi Jimin. Perlahan aku terlelap.
Aku tidak tau berapa lama aku tidur siang ini hingga aku terbangun tau-tau langit sudah gelap. Badan ku rasanya juga sangat lengket oleh keringat, membuat aku berubah duduk dari posisi awalku. Membuat selimut ku sedikit melorot hingga namun masih bisa aku tahan, dan membuat aku bisa merasakan terpaan udara dari pendingin ruangan.Saat aku bangun aku sudah tidak menemukan Jimin lagi disebelah ku atau di dalam kamar. Sepertinya Jimin sudah pergi entah kemana. Mataku tertuju pada sepaket pakaian dan handuk yang diletakan di ujung ruangan, yang seperti memang disiapkan untukku.
Dugaan ku semakin benar saat aku membaca secarik kertas yang diletakan di atas lipatan handuk.
Mandilah.
Hanya itu tidak ada pesan lain membuat aku hanya mampus mendengus lalu segera berlarian ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Butuh waktu yang sangat lama bagiku dalam membersihkan diri. Sekitar sejaman aku baru keluar dari kamar mandi, mengingat aku tadi lama karena berendam didalam bathtub.
Aku bisa saja sih menginap disini, tapi aku tak enak jika tidak pulang kerumah. Meskipun orangtua ku tidak terlalu perduli aku menginap dimana, dan mereka tidak terlalu curiga antara hubungan ku dengan Jimin. Aku tetap harus pulang, karna bagaimana pun besok aku tetap harus kuliah. Dan masalahnya, bagaimana bisa aku pulang jika Jimin sendiri malah pergi.
Aku perlahan membuka pintu kamar untuk mencari sosok Jimin, siapa tau Jimin masih berada di Mansion ini. "Kau ingin pulang? "
Tanya seseorang membuat aku tergelonjak kaget lalu berbalik ke belakang, "Siapa kau? " tanya ku sedikit was-was.
Dia tersenyum lalu menjawab, "Nama ku Jung Jaehyun, aku disuruh Jimin hyung untuk mengantarkan mu pulang jika kau ingin, kalau tidak dia menyarankan kau untuk bermalam, "
Aku balas tersenyum dengan perasaan sedikit lega, "Aku Jeon Lea, kemana Jimin Oppa kenapa dia tidak bisa mengantarku?"
"Ada beberapa proyek yang harus dia urus malam ini dan tidak bisa ditunda. " jawabnya membuat aku mengerti walau tidak senang akan hal itu, "Untuk kedepannya aku akan menjadi supir pribadi mu, termasuk mengantar kau ke kampus. Jadi mohon bantuannya, "
"Apa! — tapi kenapa begitu! " protes ku tidak setuju.
"Aku juga tidak tau, aku hanya disuruh. Untuk lebih jelasnya kau bisa tanyakan pada Jimin hyung langsung,"
Aku hanya bisa menghembuskan nafas kesal. Tidak ada gunanya juga aku marah-marah dengan Jaehyun karna bagaimana pun dia begitu karna disuruh oleh Jimin.
"Kau ingin pulang? " tanya Jaehyun lagi.
Aku mengangguk, "besok aku harus kuliah, " lagipula jarak tempat ini dari rumah dan kampus ku sangat jauh.
"Maaf kalau aku rancang, kau kekasinya Jimin hyung? "
"Bukan, " jawab ku.
"Oh ya, padahal aku jelas sekali mendengar bunyi desahan kalian dari luar kamar, " mendadak pipi ku jadi memerah. Demi Tuhan aku malu sekali. Terkutuklah Jimin dan aset berharga sialannya itu!!!
Aku lalu membuang muka, ingin rasanya aku menenggelamkan wajahnya ku pada air kolam berenang.
"Maafkan aku, tidak bermaksud untuk mengejek kau, "
"Hm, jadi—bisakah sekarang kau antarkan aku pulang? " tanya ku padahal wajahku masih semerah tomat.
~
Apa tanggapan kalian buat part ini?
Besok gua bakal update seesaw uwu. Kalau misalnya Lea udah melahirkan bagusnya anak dia cewek apa cowok?
Males sumpah gua update.Jadi follow gua.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫𝐨𝐮𝐬
أدب الهواة🖇·˚ ༘ ┊͙[ 𝐖𝐚𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠 𝐧𝐜 ] ! ˊˎ ❝Hard sex is a good sex.❞ Mau tak mau, Lea harus melayani nafsu Jimin hampir setiap harinya. Itu semua bermula semejak kejadian satu tahun yang lalu. Lea tidak bisa terlepas lagi dari Jimin, kecuali Jimin send...