🖇·˚ ༘ ┊͙[ 𝐖𝐚𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠 𝐧𝐜 ] ! ˊˎ
❝Hard sex is a good sex.❞
Mau tak mau, Lea harus melayani nafsu Jimin hampir setiap harinya. Itu semua bermula semejak kejadian satu tahun yang lalu.
Lea tidak bisa terlepas lagi dari Jimin, kecuali Jimin send...
Aku tersenyum senang langsung memilih beberapa baju yang ku sukai dengan harga yang mahal saat kami sampai di tempat perbelanjaan ini, tentu saja karna toko yang kami kunjungi adalah dari merk terkenal di dunia. Mulai dari chanel, burberry, prada, gucci, hermes, dan banyak lagi.
Sementara Jimin hanya memutarkan matanya mulai merasa bosan. Sebelum menyadari sesuatu yang mengganggu dari gadisnya, Lea menggunakan rok pendek setengah paha dan Jimin tidak suka itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kenapa kau menggunakan rok pendek? " protes Jimin tak suka, sementara aku hanya terkekeh mendengar itu.
"Aku hanya pengen menggunakan nya, " selanjutnya aku sedikit menciut melihat raut wajah Jimin yang sangat menyeramkan.
"Pakai jaket ku !" pungkas Jimin yang langsung melepas jaket dari tubuhnya.
"Pakaikan, " pinta ku manja membuat Jimin mendengus tapi tetap mendekatkan badannya. Memeluk ku dari depan untuk melingkarkan jaket itu dan mengikatnya dengan jarak kami yang sangat dekat. Sentuhan Jimin selalu membuat afeksi tersendiri bagiku.
"Kau milik ku ingat itu, " Seakan-akan kalimat itu menegaskan bahwa aku adalah milik Jimin seutuhnya dan tidak ada yang boleh memiliki ku selain dia.
"Oppa tidak pergi bekerja hari ini? "
Jimin mengeleng, sebetulnya jarang sekali pria Park itu mau menamani ku berbelanja. Biasanya dia akan terus mengomel karna lelah menemani aku keliling untuk memilih baju. Dan mendumel kesal seperti ini "Sayang, kaki ku bisa patah jika kau tidak tau selesai juga, " oleh karena itu biasanya Jimin hanya akan mengirimkan uang melalui rekening.
Mungkin kalian akan bertanya kenapa Jimin membelikan ku itu semua. Entahlah akupun tidak tau bagaimana awalnya, tapi yang jelas semejak satu tahun terakhir Jimin melakukan itu. Mungkin ini sedikit balasan jasa setelah aku menghangatkan ranjangnya? (atau mungkin tidak? ) entahlah lagi pula aku cukup kaya sebenarnya untuk membeli itu sendiri.
Langkah ku terhenti sebentar saat mendengar handphone Jimin berbunyi, sepertinya ada yang memanggil. Tapi aku berusaha sekuat mungkin untuk tidak perduli dan memasukan baju yang menarik perhatian ku kedalam keranjang.
Ujung mataku menangkap Jimin yang hanya mereject panggilan tersebut. "Kenapa dimatikan? "
"Lelah, "
"Memang panggilan dari siapa? " tanyaku sedikit heran.
"Naree, dia mengajak untuk membeli cincin pernikahan, " aku mengangguk. Sebenarnya ada rasa tidak terima saat aku mendengar itu. Aku sama sekali tidak jahat bukan juga seperti pelakor di luar sana yang ingin menghancurkan hubungan sepasang kekasih. Lagipula sebetulnya kami sudah lebih dahulu menjadi patner sex sebelum Naree datang. Ingin ku beri tau satu hal bahwa Naree dan Jimin baru berpacaran tiga bulan ini.
Jika kalian bertanya apakah aku rela atau tidak Jimin dan Naree menikah? Jawabnnya aku tidak rela. Barangkali dalam hati ku yang paling dalam aku menginginkan untuk menikah dengan Jimin, karna bagaimana pun aku ingin orang yang menyentuh ku akan menjadi suami ku kelak. Kasihan juga calon suami ku di masa depan jika mendapatkan istri yang sudah sering ditiduri oleh orang lain.