🖇·˚ ༘ ┊͙[ 𝐖𝐚𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠 𝐧𝐜 ] ! ˊˎ
❝Hard sex is a good sex.❞
Mau tak mau, Lea harus melayani nafsu Jimin hampir setiap harinya. Itu semua bermula semejak kejadian satu tahun yang lalu.
Lea tidak bisa terlepas lagi dari Jimin, kecuali Jimin send...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cuma mau bilang, kalau aku biasanya selalu ada di pihak Jimin.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Oghey 👌
✨💫✨
Terdengar Jimin yang sedang menghembuskan nafas berat. Pria itu bahkan terlihat sangat frustasi dan acak-acakan. Jira sendiri paham kalau ini pasti berat untuk Jimin, ya meskipun ini memang kesalahan Jimin sendiri yang menutupi segalanya dengan kebohongan kendati harus mengatakan yang sebenarnya pada Lea. Seharusnya sejak awal Jimin jujur, sehingga masalah ini tidak bertambah semakin buruk.
Namun Jira juga salah karna turut ambil bagian dalam kebohongan Jimin.
"Jimin, sebetulnya aku dilarang mengatakan ini tapi aku rasa kau berhak untuk tau, " Sesekali Jira melihat ke arah ruangan tempat Lea dirawat. Jimin menaikan wajahnya untuk dapat melihat keseriusan ucapan Jira.
"Lea sedang mengandung, " mendengar itu Jimin sempat terdiam beberapa saat sambil terus berusaha menyakinkan dirinya sendiri kalau dia tidak sedang bermimpi. Perkataan Jira barusan terlalu sulit untuk bisa Jimin percayai. Karna jika Lea hamil itu artinya hari dimana sebelum kecelakaan itu benih yang Jimin berikan benar-benar membuahi Lea.
"kalau begitu harusnya pernikahan kami tetap berjalan, " Setelah mengatakan itu Jimin tidak tahan lagi untuk masuk menemui Lea didalam kamar rawat.
"Jim tunggu! " tahan Jira dengan susah payah.
"kenapa? "
"jangan egois pikirkan keadaan Lea juga, kondisinya sekarang sedang tidak bagus, " peringati Jira membuat niat Jimin mau membuka pintu harus terhenti. Jimin sendiri tidak tau mesti harus bagaimana, namun jika hal itu menyangkut kesehatan Lea mau tidak mau Jimin harus mengalah.
✨💫✨
Jujur terbaring lemah di rumah sakit sambil dikelilingi banyak orang itu bukanlah hal yang memgenakan. Dan saat ini itulah yang sedang aku rasakan. Sebetulnya kondisi ruangan rawatku tidak terlalu ramai, namun hawa yang dipancarkan kedua orangtua Jimin membuatku tidak enak.
"Lea apa kau tidak keberatan jika bibi bicara padamu, " tanya Ibu Jimin, entah mengapa ketika mendengar itu aku justru merasa keberatan. Meskipun begitu pada akhirnya aku tetap mengangguk untuk mengiyakan permintaan Ibu Jimin.
"aku tau ini berat bagimu, oleh karena begitu aku juga tetap tidak akan pernah mendukung perbuatan putraku. " aku mengulum bibir bawahku mendengar itu, sambil berharap aku bisa melepaskan hubunganku dengan Jimin. Walaupun tidak dengan anak yang sedang aku kandung. "tapi aku mohon untuk dipikirkan lagi, saat ini kau sedang mengandung anak dari putraku. Sekaligus cucuku, aku bahkan sudah menganggap kau seperti anak kusendiri Lea. Jadi tidak bisakah kau pikirkan lagi tentang pernikahan kalian? "
Aku memejamkan mata mendengar itu, aku sendiri tidak tau harus apa. Jujur, aku terlalu membenci Jimin sampai-sampai menyebutkan namanya dalam hatiku saja membuat dadaku terasa sesak.
"Maaf jika bibi terdengar egois, tapi jika pernikahan kalian batal maka reputasi keluarga kami akan terlihat buruk. " mendengar itu aku hanya mampu terdiam, rasanya aku malah terbebani oleh penuturan Ibu Jimin barusan. Sebenarnya aku juga tidak bermaksud demikian tapi jika saja Jimin tidak mengaku tunanganku dan memaksa agar kami menikah secepat mungkin, sepertinya hal seperti ini tidak akan terjadi.
"Bibi mohon biarkan pernikahan ini tetap terjadi, setidaknya jika suatu saat kalian bercerai Bibi tidak akan mendukungmu. Terutama saat anak yang sedang kau kandung lahir, "
Aku memejamkan mataku perlahan, aku tidak tau sampai mana aku bisa bertahan. Aku tidak bisa, apalagi jika harus menikah dengan pria yang selalu menyakitiku. Aku terisak dengan air mata yang perlahan membanjiri pipiku.
Ibuku langsung memelukku dengan cepat setelah melihat aku menangis sambil mengusap lembut puncak kepalaku, "sayang jangan dipikirkan, kami tidak akan membebanimu, "
✨💫✨
Untuk part kedepannya janji kok bakal lebih panjang dari ini.
kalau kalian ada cerita castnya BTS reply disini ya, nanti kalau aku ada waktu aku bakal baca.