Aku memandang foto keluarga di dinding yang sangat besar menghias ruang tamu dimana ada aku juga disana. Aku masih tidak mengingat apapun, semuanya masih terasa asing bagiku. Kendati tatapan ayahku yang jika diartikan malah seperti tatapan kecewa.
"Eomma harap kau berada di pilihan yang tepat, eomma percaya Jimin pasti akan selalu menjagamu," kata eomma padaku, membawaku kedalam pelukannya lalu memelukku dengan hangat.
Rasanya disini ada yang tidak jelas tapi aku tidak tau apa itu, aku sendiri bahkan tidak tau apakah aku akan siap untuk menikah dengan Jimin bulan depan?
"Aku ingin bicara berdua dengan Jimin, bisakah kau bawa Lea pergi berkeliling sekaligus melihat album lama. Siapa tau dengan begitu ingatannya bisa balik," suruh appa pada eomma lalu menatap Jimin serius, seolah-olah masih ada suatu hal yang belum selesai antara keduanya.
Eomma mengangguk lalu membawaku pergi untuk berkeliling, "eomma apa appa tidak suka dengan Jimin oppa?"
Eomma tersenyum kemudian menggeleng, "aniya hubunggan appa mu baik saja dengan Jimin."
Mendengar itu aku malah berfikir sebaliknya jika appa sama sekali tidak setuju dengan hubungan kami, "appa mu sangat menyangimu Lea, jadi wajar jika dia sulit melepaskanmu."
Aku hanya bisa terdiam mendengar itu, rasanya wajar jika appa demikian. Bahkan aku masih terlalu muda untuk menikah secepat ini.
"Sebenarnya yang ada masalah bukan antara Jimin dan Ayahmu, melainkan antara kau sendiri dengan Jimin." Jelas eomma membuatku semakin bingung, sebenarnya apa yang telah terjadi?
***
"Sudah berapa lama kalian diam-diam melakukan hubungan itu?" Tanya ayah Lea pasrah, dia sendiri tidak bisa menduga jika selama ini Jimin dan Lea melakukan hubungan terlarang. Berakhir hingga Lea keguguran.
"Sebelum aku meminta izin menikahi Lea satu tahun yang lalu."
Ayah Lea tertawa hambar mendenggar itu sekaligus tidak menyangka bahwa orang yang dia percayai selama ini justru meniduri putrinya berulang kali.
"Kau tau Jim putriku masih terlalu kecil untuk menikah," ucapnya.
"Aku tau, tapi asalkan paman tau aku sudah lama inggin bertanggung jawab. Dan aku mencintainya," pungkas Jimin, karna mulai saat ini juga dia sudah bertekad untuk menikahi Lea.
"Lalu bagaimana jika ingatan Lea kembali? Apa menurutmu Lea akan menerima semua ini," balasnya, sebetulnya Lea bahkan sangat membenci Jimin setelah apa yang terjadi.
"Aku akan mengambil resiko," jawab Jimin mantap. Dia hanya punya dua pilihan, Lea akan menerimanya kembali atau justru pergi meninggalkannya.
Dan yang lebih parah, Lea akan semakin membencinya.
Karna sejak awal hubungan Jimin dan Lea memang terlalu rumit, jika saja takdir tidak mempermainkan mereka pasti semuanya tidak akan berjalan segini rupa.
"Hanya satu pesanku, jangan pernah menyakiti putriku lagi."
***
Selesai aku berkeliling bersama eomma sepertinya Jimin sudah lama selesai berbicara dengan appa. Dia bahkan sekarang sedang asik ngobrol bersama kakakku Jira.
"Sudah selesai?" Tanyanya ketika aku menghampiri mereka berdua.
"Sudah," balasku lalu masuk kedalam pelukannya, kakiku bahkan juga terasa pegal karna harus berkeliling melihat seluk-beluk rumah ini.
"Yaaaak! Kalian ini sama sekali tidak menghargai jomblo," protes Jira eonni kesal.
Aku dan Jimin hanya tertawa lucu melihat ekspresi kesal kakaku. Saking kesalnya Jira eonni pergi meninggalkan kami berdua. "Apa aku terlalu lama tadi?" Tanyaku dijawab gelengan oleh Jimin.
"Tidak, lagipula kau perlu mengingat keluargamu," katanya lalu mengecup puncak kepalaku.
"Jadi oppa akan pulang?" Tanyaku mendadak menjadi tidak rela. Apalagi semua orang di rumah ini sangat terasa asing bagiku dan aku seperti tidak punya teman.
"Iya, oppa juga akan sering-sering kesini." Ucapnya lalu mengecup bibirku sebelum akhirnya kami harus berpisah.
![](https://img.wattpad.com/cover/212942558-288-k833155.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐃𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫𝐨𝐮𝐬
Fanfic🖇·˚ ༘ ┊͙[ 𝐖𝐚𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠 𝐧𝐜 ] ! ˊˎ ❝Hard sex is a good sex.❞ Mau tak mau, Lea harus melayani nafsu Jimin hampir setiap harinya. Itu semua bermula semejak kejadian satu tahun yang lalu. Lea tidak bisa terlepas lagi dari Jimin, kecuali Jimin send...