Rava Arkana telah sampai disebuah sekolah yang telah uncle nya siapkan. Sekolah itu tampak damai dan terlihat bergensi juga. Uncle nya itu memang tidak pernah mengecewakan saat mempersiapkan keperluan keponakannya.
Jika dikatakan bergensi, Sekolah yang Rava masuki saat ini benar-benar sangat populer, bukan hanya karena biayanya tapi untuk masuk lewat jalur beasiswa saja murid pilihan yang terpilih itu harus benar-benar memiliki prestasi yang mumpuni dan jika mereka menerima beasiswa itu mereka harus mempertahankan nilai ujian mereka setiap tahun. Jika tidak menyanggupi maka murid pilihan itu akan langsung di depak dari sekolah.
Beberapa murid yang sedang berada di koridor mulai melihat kearah Rava dengan tatapan penasaran sekaligus memuji. Rava berjalan dengan penuh percaya diri mengabaikan para murid yang mulai bergosip tentangnya.
"Anjir siapa tuh cowok ganteng banget gila!"
"Gue belum pernah liat tuh cowok disini kayakna dia murid deh."
"Kayaknya tuh cowok orang kaya deh liat aja tuh penampilannya fashionable banget nggak sih."
"Anak konglomerat bukan sih? Keliatannya anak orkay banget tuh."
"Auranya gila!"
"Koleksi crush gue nambah nih."
Begitulah kira-kira gosipan para murid yang telah Rava lewati disepanjang parkiran sekolah yang terbilang elite itu.
Rava terus berjalan hingga memasuki koridor sekolah dan secara tidak sengaja ia melihat seorang murid bersama teman-temanya sedang mengejek seorang murid lain yang penampilannya seperti seorang kutu buku. Murid itu mengejek hingga membuat kutu buku itu menangis sesenggukan.
"Lo bener-bener ya! Gue itu lagi gak mood tau nggak dan lo dengan beraninya nabrak gue!"
Murid itu berbicara dengan keras dan sesekali menendang kaki murid kutu buku sudah berlutut di kakinya. Murid itu bernama Vania Angelina, percayalah hanya namanya saja yang berarti malaikat, aslinya adalah iblis.
"Maaf Vana tapi yang nabrak duluan itu kamu bukan aku." Balas murid itu. Suaranya terdengar bergetar karena menahan tangis.
Bukanya merasa kasihan, Vana malah menarik rambut panjang murid itu dengan kuat hingga kepalanya mendongak sedangkan ketiga temannya yang sejak tadi ada di belakangnya hanya diam menonton tanpa ada niat menghentikannya sedikitpun. Mereka benar-benar terlihat tidak peduli dan merasa seakan-akan menikmati pertunjukan didepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVANA [ON GOING]
Teen Fiction⚠️Banyak kata umpatan⚠️ ⚠️Terdapat banyak adegan pembunuhan⚠️ Rava, hanya seorang anak kecil biasa sampai akhirnya datang sekelompok orang bersenjata membunuh kedua orangtuanya hingga merubah kehidupannya sepenuhnya. Semua tujuan hidupnya hanya terp...