Setelah mendapat berita buruk yang mengejutkan itu, Vana dan teman-temannya segera pulang kerumah menemui ibu Vana untuk menanyakan detail kejadiannya. Mereka berangkat dengan jemputan supir suruhan Tyara. Vana sempat memberontak karena ia merasa masih trauma menggunakan supir tapi untungnya teman-teman nya bisa menenangkannya.
Sesampainya disana ibu Vana sudah siap dengan seorang supir, mereka berencana agar langsung menghampiri lokasi kejadian.
Viona sendiri sudah berangkat menggunakan bus karena ia harus segera pergi ke mension Rava untuk memberitahukan kabar ini kepada kakaknya Karin. Ia memang belum terlalu dekat dengan kakak satu-satunya yang Rava punya itu tapi tetap saja Viona harus memberanikan diri untuk itu.
Selama diperjalanan Vana terus menangis sesenggukan sampai-sampai membuat kedua temannya bingung. Apa Vana sudah mulai menyimpan perasaan pada Rava? Mereka harap tidak karena kejadian hari ini membuat mereka takut perasaan Vana tidak bisa terbalaskan.
Jika Vana menangis, lain halnya dengan Naya yang malah terlihat melamun. Kebiasaan buruknya kembali kambuh yaitu terus menggores tangannya dengan kuku hingga menimbulkan beberapa luka disekitar jari tangannya. Kebiasan buruknya jika ia sedang merasa gelisah.
"Naya." Seru Aulia memperingatkan sambil menahan tangan Naya dengan menggenggamnya.
"Jangan dibiasain kayak gini nggak baik." Ucapnya lagi sambil mengelus pelan tangan sahabatnya itu.
Naya yang mendapat teguran hanya diam tanpa membalas. Ia terus merasa gelisah setelah mendengar kabar buruk dari Rava.
"Lo mikirin mobil kesayangannya lo itu?" Tanya Rasya menoleh kearah Naya sebentar.
Mendengar itu Naya spontan menggelengkan kepalanya. Oh ayolah! Naya bahkan bisa membeli sepuluh sekaligus untuk menggantikan mobilnya yang sudah hancur itu.
"Terus kenapa lo ngelamun gitu?" Tanyanya lagi.
"Gue.. gue cuma lagi mikir kenapa Rava bisa make mobil gue, dari mana Rava ambil kunci mobil gue dan kenapa Rava bisa tau bentuk kunci mobil gue." Jawab Naya seadanya.
"Lo bener juga, gue nggak sempet mikir kesana" Ucap Rasya tertekun.
"Tapi apa bener Rava yang bawa mobil lo? Bukannya semalem Rava udah pulang duluan yah?" Ucap Rasya lagi yang langsung bisa menyita perhatian semua orang.
Ucapan Rasya memang ada benarnya juga. Vana menghentikan tangisannya dan malah mengikuti Naya dengan melamun memikirkan kejadian yang mungkin tidak masuk akal ini.
"Lo bener! Kita harus cepet sampai ke lokasi kejadian buat pastiin sebelum banyak orang yang bakalan halangin kita. Bisa aja kan orang itu bukan Rava." Ucap Aulia masih bisa berpikir positif.
"Iya Lia, gue setuju. Vana, lo telfon mamah lo cepet terus suruh langsung ke lokasi aja biar hemat waktu juga. Gak usah ke kantor polisi atau apalah gitu. Kita harus pastiin dulu itu Rava apa bukan." Ucap Rasya yang langsung dibalas anggukan semangat oleh Vana.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAVANA [ON GOING]
Roman pour Adolescents⚠️Banyak kata umpatan⚠️ ⚠️Terdapat banyak adegan pembunuhan⚠️ Rava, hanya seorang anak kecil biasa sampai akhirnya datang sekelompok orang bersenjata membunuh kedua orangtuanya hingga merubah kehidupannya sepenuhnya. Semua tujuan hidupnya hanya terp...