chapter 28

26 10 16
                                    

pukul 19

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

pukul 19.00 dikediaman keluarga sanjaya_

Tyara yang baru saja pulang berbelanja dibuat bingung dengan tingkah anak dan suaminya yang jarang mereka perlihatkan. Anak dan ayah itu terus saja tersenyum satu sama lain sesekali mereka tertawa cekikikan.

"Apa penunggu rumah kembali berulah?" Pikirnya Random.

Tyara sangat tau kalau putri nya itu jarang sekali tertawa sampai cekikikan seperti itu. Apa lagi fakta bahwa putrinya itu tertawa karena jokes bapak-bapak yang diberikan suaminya.
Bagaimana mungkin bisa selucu itu? Bukankah jokes bapak-bapak itu terkenal garing?

"Hahaha pah udah dong pah perut Vana sakit nih." kedua tangan Vana memeluk perutnya yang sudah keram karena terlalu banyak tertawa.

"Ada apa ini?" Seru Tyara menghampiri keduanya setelah meletakkan belanjaannya di dapur.

Keduanya sontak menghentikan tawanya dan langsung memperbaiki posisinya.

"Mamah, udah pulang." Sapa Vana bergeser untuk memberi Tyara ruang.

"Sayang, mau tau sesuatu?" Tanya Sanjaya tersenyum jahil.

"Papah!" Tegur Vana melotot.

"Tau apa?" Tyara menaikkan satu alisnya pertanda ia penasaran.

"Putri kita sedang jatuh cinta." ucap Sanjaya menaik turunkan alisnya.

"Jatuh cinta? Sama siapa? Sama David?" Tyara berbalik menatap putrinya itu dengan alis mengkerut.

"Apa, David? Mamah kalau ngomong yang bener dong mah, masa anaknya dijodohin-jodohin sama cowok banci yang bisanya cuma andelin kekayaan orang tuanya doang." Protes Vana bergidik ngeri.

"Kalau bukan David siapa lagi coba, bukannya cowok itu yang udah ngejar-ngejar kamu dari dulu."

Tyara kebingungan kali ini. Bukannya putrinya ini anti dengan yang namanya laki-laki. Laki-laki satu-satunya yang katanya dekat dengan Vana hanya David yang ia tau tidak ada yang lain lagi.

"Intinya Vana enggak suka sama David.
Vana masih bisa berjalan di jalan yang benar.."

"Memangnya David itu sesad?" Tanya Sanjaya dengan tampang sok polosnya.

"Sesad banget malah." balas Vana memutar kedua bola matanya malas.

"Vana, lanjutin lagi ceritanya. Jadi cowok yang Vana maksud itu tuh anak baru disekolah. Vana juga nggak tau kenapa Vana bisa mudah banget nerima dia. Dia orangnya dingin tapi hangat disaat yang bersamaan. Dia itu orangnya serius banget. Udah kayak batu berjalan gitu loh, mah. Tapi dibalik sifat dia yang kayak gitu, Vana nemuin hal yang menarik tentang diri dia. Yang jelasnya, dia itu beda dari cowok lain." jelas Vana sedikit melamun karena membayangkan wajah Rava.

RAVANA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang