Chapter 5

118 80 130
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Vana kembali menggebrak meja mengagetkan semua orang kecuali Rava yang hanya duduk diam tampak tidak perduli sedikitpun sejak tadi. Vana sudah seperti mengajak sebuah benda mati untuk berdebat.

"LO DENGERIN GUE BAIK-BAIK! LO ITU MASIH MURID BARU DISINI JADI JAGA SIKAP LO! SEKARANG GUE MAU LO PERGI DARI MEJA GUE ATAU GUE BAKAL BUAT PERHITUNGAN SAMA LO!" Bentak Vana menunjuk wajah Rava dengan kasar.

Sepertinya suasana hati Vana sudah benar-benar tidak bagus dan itu pertanda buruk karena Vana akan memarahi semua orang yang akan menghalanginya tidak perduli siapapun itu. Tidak hanya murid biasa guru yang terkenal galak sekali pun tidak akan menghentikannya dalam keadaan emosi seperti ini.

"Lo bisa diem nggak sih disini bukan cuman lo doang yang mau makan jadi gue minta jaga sikap angkuh lo itu. Kalau lo mau makan, yah makan aja kali meja di kantin ini tuh banyak bukan cuma meja kebanggaan lo itu doang!" Ucap Randa sedikit membentak karena sudah tidak tahan dengan sikap arogan yang Vana tunjukkan.

"Cowok ganteng disamping gue ini bener Vana, mending kita gabung aja sama yang lain nggak usah rebutin meja itu. Meja lo sama meja kantin yang lain itu gak ada bedanya sama sekali Vana, emang meja lo itu terbuat dari berlian gitu enggak kan jadi udahlah nggak usah di permasalahin lagi." Seru Rasya mulai jengah melihat keras kepala sahabatnya itu.

"Gak, gue nggak mau cowok batu ini duduk di meja yang biasa gue tempatin. Kalian mau tau alasannya itu karena gue jijik sama cowok yang sok cuek padahal aslinya cuma mau perhatian doang." Ketus Vana semakin menjadi-jadi karena melihat Rava yang sejak tadi hanya diam tidak memperdulikan situasi disekitarnya.

Para murid yang awalnya cuek dan berpura-pura mengambil makan siangnya itu kini mulai memusatkan perhatian mereka kearah meja tengah yang mulai dikerumuni murid-murid lain.

Brakk...!

"WATCH YOUR MOUTH!" Bentak Sky karena tak tahan dengan ucapan Vana yang mulai kurang ajar.

"Lo ngehina temen gue, berarti lo ngehina gue juga. Walaupun gue baru ketemu sama dia hari ini bukan berarti gue nggak bakal belain temen gue sendiri." lanjut Sky menunjuk dirinya sendiri.

"I DON'T GIVE A FUCK! LO DENGERIN GUE BAIK-BAIK YA! TEMEN LO INI EMANG NYEBELIN TAU NGGAK. EMANG LO PIKIR GUE NGGAK TAU KALAU TEMEN LO INI ASALNYA DARI KELAS RENDAHAN. GUE TAU KOK KALAU TEMEN BATU KALIAN INI TUH CUMA ORANG MISKIN YANG NGGAK PANTAS MASUK KESEKOLAH ELITE KITA INI!" Dengan suara yang meninggi Vana membentak Sky yang berusaha membela Rava.

"SHUT THE FUCK UP!"

"Kalau punya mulut tuh dijaga ya! Walaupun lo itu cewek bukan berarti gue bakal segan buat nyakitin lo. Lo tau nggak sih kalau mulut lo itu toxic banget? Emang kenapa kalau temen baru gue itu miskin hah?! Itu urusan dia bukan urusan lo! Mau dia miskin kek mau dia kaya kek itu kehidupan dia, status dia nggak bakal bikin hidup lo menderita kecuali kalau lo emang punya obsesi sama dia!" Balas Sky mendorong pelan bahu Vana.

RAVANA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang